Tim Impian

Disebut impian karena hanya yang beruntung pernah mendapatkannya. Saya pernah beruntung. Anda?

Tim Impian
Image: Ludovic Delot - pexels

Baru akhir-akhir ini saya sadar bahwa yang namanya tim impian itu sangatlah langka. Dari berbagai tim yang pernah saya ikuti, yang bisa disebut tim impian hanyalah satu.

Waktu itu kami berencana membuat sebuah buku panduan dengan dana yang kami cari dari sponsor. Saya merelakan diri menulis proposal, dibantu Q untuk rincian budget.

Surprise-surprise, proposal lolos! Giliran J menyiapkan teks materi buku, dan saya menyiapkan gambar (ngumpulin dari berbagai sumber di internet). Mengedit dan proofread menjadi bagian saya juga. Setelah bahan siap, si W yang meneruskan dengan desain dan tata letak. Setelah buku selesai, kami kirim hardcopy dan report yang disiapkan Q kepada sponsor. Selesai.

Eh, jangan dikira tidak ada dramanya, lho .... Terutama ketika W sedang mengerjakan layout, saya tidak cukup sabar untuk tidak berkomentar. Ngamuk dia. Hahaha.
"Kasi aku selesaikan tugasku, ntar kalo sudah selesai, silakan komentar sesukamu!" Si W dengan pedas mengusir saya yang rewel. Wkwkwk.

Kerjaan menata buku dan proofreading itu urusan yang bolak-balik bolak-balik macam setrikaan. Untungnya, si W sudah kasi warning itu tadi. Jadi saya mulai kerjakan bagian saya setelah W ngoper filenya. Meskipun saya sering duduk di sebelah W dan mengamati cara dia mendesain dan menata, saya terpaksa diam saja. Wkwkwk.

Drama tambahan adalah urusan moody. Ketiga teman saya itu bisa dibilang seniman. Jadi, itu penjelasan (bukan excuse, haha) kadang nunggu mood. Tapi menurut saya, ini beneran urusan mood, bukan alasan menunda atau malas.

Dalam tim ini saya merasa kerja kami satset, dan profesional. Artinya, masing-masing mengerjakan tugasnya demi kelancaran misi yang diemban.
Yang saya heran, di tim ini kami semua setara, tidak ada leader, tapi kerja jalan lancar jaya.

Setelah sekian lama saya pikirkan tentang hal ini, sepertinya karena ketiga teman saya itu orang Bali. Orang Bali terbiasa kerja bareng di banjar masing-masing. Mereka seakan sudah punya SOP kerja masal di kepalanya. Otomatis gitu.

Memang tidak semua orang Bali seperti itu. Ada juga yang syusyah sekali diajak kerja tim. Hehe.

Selain tim yang itu? Jauh dari impian ....

Ada orang yang sok tahu dan bossy. Ada yang egois, maunya pendapat dia yang dipakai. Ada yang kalo rapat ngomongnya lamaaa, tapi enggak mau kerja. Yang super egois enggak mau kerja itu banyak jumlahnya. Ada juga yang model pejabat: kerja enggak tapi nongol ntar di event dan minta diperlakukan spesial.

Gimana, menurut Anda? Pernah beruntung ngalamin kerja dalam sebuah dream team? (rase)

Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.