Resensi: Negeri Di Ujung Tanduk

Seluruh kejadian yang menyakitkan dalam hidup kita, jika kita mampu untuk bertahan maka kita akan tumbuh menjadi insan yang berkarakter bagaikan intan mutiara yang kokoh.

Resensi: Negeri Di Ujung Tanduk

Hari ini (11/2) saya baru saja merampungkan buku novel yang berjudul Negeri Di Ujung Tanduk, karya Tere Liye. Selain senang karena isi bukunya yang sangat bagus, saya juga senang karena ini buku novel yang tercepat dirampungkan selama saya membaca novel. Kurang lebih hanya memakan waktu selama 5 hari untuk merampungkannya—biasanya membutuhkan waktu berminggu-minggu. Ya, walaupun saya tau pasti ada orang yang lebih cepat dari waktu 5 hari. Setidaknya saya berhak mengapresiasi diri sendiri. Bukankah apresiasi diri adalah hal yang cukup penting bagi gen z? wkwk.

Negeri Di Ujung Tanduk karya Tere Liye adalah buku yang menceritakan tentang situasi politik dan mafia hukum di suatu negara. Tokoh utama dalam buku ini adalah Thomas, seorang pemuda yang awalnya berfokus pada profesi konsultan keuangan tapi pada satu kesempatan berbelok menjadi konsultan politik. Sebagai konsultan politik yang ternama, Thomas memiliki klien politik yaitu seorang politisi—yang memiliki reputasi baik di mata masyarakat—yang berencana untuk maju menjadi calon presiden dan tentunya menjadi presiden.

Segala strategi sudah direncanakan oleh Thomas dan kliennya. Namun, saat menjelang konvensi calon presiden tiba-tiba terjadi sesuatu yang tidak diduga oleh mereka. Ada pihak yang tidak ingin klien politiknya Thomas maju menjadi calon presiden karena hal itu akan membahayakan pihak tersebut. Jebakan demi jebakan ditujukan kepada Thomas dan kliennya yang bertujuan untuk menggagalkan semua hal yang telah direncanakan. Pihak yang menjebak Thomas dan kliennya ini adalah suatu kelompok yang memliki power yang sangat kuat di belahan Asia Pasifik, anggota-anggotanya sangat kejam, tidak pandang bulu, dan dipimpin oleh seseorang yang sangat keji.

Serangan bertubi-tubi dilancarkan kepada Thomas dan kliennya. Namun mereka tidak tinggal diam, Thomas memberi serangan balik kepada kelompok jahat tersebut. Hal itu yang membuat konflik dalam cerita ini semakin membesar, semakin membahayakan Thomas dan kliennya.

Aksi-aksi dramatis terjadi di beberapa bagian episode, tidak kalah menegangkan dari film action. Ini yang saya suka dari buku ini. Tere Liye sangat apik dalam menggambarkan detail kronologi ceritanya sehingga pembaca—khususnya saya—mudah untuk mengilustrasikan adegan demi adegan dalam pikiran saya. Sungguh sangat menegangkan. Aslina!

Saking menegangkannya, kadang setelah menyelesaikan beberapa episode (sub judul) saya berhenti sejenak, bukan karena lelah membaca dan ingin istirahat, melainkan saya tidak tahan atau tidak siap untuk mengetahui kelanjutan cerita selanjutnya. Pasalnya, banyak hal-hal yang tidak terduga dalam novel ini tetapi masih masuk akal sesuai jalan cerita.

Saya tidak akan mengulas secara utuh tentang jalan cerita novel ini, garis besar ceritanya sudah saya gambarkan di beberapa pargaraf di atas. Saya tidak ingin spoiler. Namun, saya ingin mengulas sedikit pesan moral yang saya tangkap dari novel ini. Pikiran dan hati saya mendapatkan insight yang cukup mendalam setelah membaca novel ini.

Betapa pentingnya kita harus bertahan dalam situasi sesulit apapun, sesakit apapun, sehancur apapun, dan sebangsat apapun. Di bagian epilog novel ini ada satu paragraf yang menjelaskan tentang terbentuknya intan mutiara. Suatu intan terbaik dihasilkan dari suhu dan tekanan tinggi di perut bumi. Semakin tinggi suhu yang diterima, semakin tinggi pula tekanan yang diperolehnya. Namun, jika dia bisa bertahan maka akan menjadi intan yang kokoh, keras, berkilau, dan mahal harganya. Sama halnya dengan kehidupan. Seluruh kejadian yang menyakitkan dalam hidup kita, jika kita mampu untuk bertahan maka kita akan tumbuh menjadi insan yang berkarakter bagaikan intan mutiara yang kokoh. Menjadi manusia kuat.

Selain itu, novel ini juga memberikan insight bahwa betapa pentingnya kita melakukan suatu kebaikan kepada sesama manusia. Kebaikan yang kita lakukan mungkin tidak selalu langsung kembali lagi kepada kita. Entah cepat atau lambat, kebaikan yang kita lakukan akan selalu kembali lagi kepada kita. Kendati pun kebaikan itu tidak kembali lagi kepada kita, pasti kebaikan itu akan datang kepada orang-orang sekitar kita. Itulah yang dialami oleh Thomas.

Akhir kata, f*ck u, Shinpei!

Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.