Huzaren slaa atau kerak nasi?
Nikmatnya kuliner akan lebih berlipat jika kita pernah melihat cara meracik atau membuatnya
“Sekba!” “Sekba!” teriak si engkoh sambil mengayuh sepedanya, memasuki pekarangan rumah dan berhenti di depan pintu. Si engkoh memarkir sepedanya seraya mengipas-ngipaskan topi, mendinginkan pelipis dan tengkuknya yang bercucuran peluh. Sengat matahari Jakarta sebetulnya belum sampai puncaknya. Namun, membawa panci besar berisi sekba panas di boncengan sepeda, seperti menggonceng mesin pemanas udara. Dengan sabar, ia menunggu kakek saya ke luar membawa mangkuk saji besar. Sewaktu saya masih kecil, dan orang tua belum mampu membeli rumah sendiri, kami tinggal bersama kakek dan nenek. Seminggu sekali, opa, panggilan kakek, menyantap sekba yang mengingatkannya kepada Menado, tempat lahirnya, dimana kebanyakan kuliner menggunakan daging babi. Segala jeroan babi digunakan dalam sekba, termasuk darah dan kuping, juga ada tahu, telur, dan sayur asin yang diikat di dalamnya. Semua digodok dengan tiga macam kecap; kecap asin, kecap manis serta kecap hitam, cuka, dengan rempah adas bintang atau bunga pekak. Si engkoh selalu bercelana pendek model safari longgar dan kemeja lengan pendek, lengkap dengan topi yang menjaganya dari panas matahari. Dengan cekatan, ia mengeluarkan talenan serta pisau, dan memotong tali pengikat sawi asin. Ia memotong kecil semua yang dipilih opa saya siang itu. Kemudian, dimasukkannya semua potongan ke dalam mangkuk saji besar, setelah itu dilaburkan kuah bening berwarna kecoklatan.
Oma, panggilan nenekku, kurang suka dengan sekba, kesukaannya makanan Menado berbau Belanda. Mulai dari sup kacang merah brenebon yang dimasak dengan kaki babi (dari bahasa Belanda; bruine boon, yang berarti kacang coklat), hingga slada Belanda. Selada yang aslinya bernama Huzaren slaa ini, rasanya kecut-kecut manis, segar dan warnanya meriah cocok untuk pesta besar. Warna semarak kuning, oranye, ungu, merah muda, dan hijau datang dari kentang, wortel, bit, telur rebus, ketimun tanpa kulit yang dipotong kecil-kecil, dan dilaburi saus sla. Saus sla campuran kuning telur, cuka, minyak, garam dan gula tersebut sekarang disebut mayonaise. Terakhir ditaburi keju parut, yang pada waktu itu hanya tersedia dalam kemasan kaleng merk Kraft. Satu lagi, makanan kesukaan oma adalah semur lidah lembut dengan bumbu kecap manis, bawang merah, bawang putih, parutan pala & cengkeh segar dari hasil kebun keluarganya di Menado. Ini adalah menu andalan oma yang selalu tampil pada waktu perayaan ulang tahun atau pesta natal.
Jika kedua kakek dan nenek dari sebelah ibu berasal dari Menado, dari pihak ayah berasal dari Brebes, Jawa Tengah. Sehingga makanan yang hadir di meja makan, beraneka ragam. Tiap berkunjung, kakek selalu membawakan bawang merah yang tersohor dari Brebes, dan tentunya telur asin buatan emak, panggilan kami untuk nenek dari Brebes. Telur asin emak warna kuningnya gelap berminyak, dan rasanya tidak ada duanya. Apalagi jika disantap dengan nasi panas.
Kalau sekarang makanan datang dengan pesanan gojek, di zaman tahun 60-an, kami punya langganan tetap yang selalu berhenti di pekarangan rumah kami. Selain sekba, setiap hari, akan lewat penjaja makanan bersepeda, dipikul atau dengan gerobak dorong. Langganan kami bermacam ragam. Ada penjaja buah gohok atau gowok yang berwarna ungu dan berdaging putih, rasanya asam menyengat dan harus dicocolkan ke garam untuk mengimbangi keasamannya. Ada juga kembang tahu, kue putu, rujak bebeg dan es lilin. Yang menarik semua penjaja menyiapkan makanannya di hadapan pembeli. Sehingga atraksi persiapan apa yang akan masuk ke dalam perut kita, mulai dari meracik hingga persiapan termasuk dalam paket jajan makanan.
Tiap pagi, tukang roti Tan Ek Tjoan sudah sibuk keliling dengan sepeda gerobaknya. Di dalam gerobak, dibalik kaca terlihat roti, roti isi coklat, roti isi keju, roti isi srikaya, serta roti rasa spekulas berwarna coklat tua. Sebelum berangkat ke sekolah, saya biasanya menghabiskan sepotong roti dilaburi mentega dan ditaburi butiran coklat mesjes, dan segelas susu. Susu segar pun diantarkan setiap sore dalam botol gelas bening ke rumah kami. Sesampainya, susu langsung dipanaskan, lalu di simpan di kulkas. Dalam beberapa menit akan terbentuk kulit susu di bagian atas susu. Nah, si kulit susu itu akan menjadi rebutan. Kenikmatan tersendiri, serasa memakan semifreddo.
Masa itu masa susah, tapi ayah saya seorang dokter muda saat itu, mengharuskan di meja selalu disiapkan makanan sehat seperti sup ayam dan sayur. Kadang kami memakannya dengan nasi putih, kadang dengan nasi bulgur atau nasi merah. Sayur biasanya dihidangkan dalam bentuk sayur bayam bening dengan jagung masih di bongkol dipotong kecil. Sekali-kali kalau beruntung di meja makan akan ada tumis cumi, yang dimasak sederhana dengan potongan bawang putih, dengan sedikit garam, merica, irisan cabai, dan jahe dengan tinta cumi hitam pekat. Yang menjadi rebutan dengan kakak saya adalah cumi yang gemuk dengan telur.
Rumah kami pada saat itu terdiri dari dua bagian, Rumah utama untuk tempat tinggal dan kamar tidur, dan Di bagian belakang ada bangunan untuk dapur, kamar mandi, kamar kecil serta kamar pembantu. Dapur adalah tempat bermain, karena belum ada Barbie, atau permainan virtual dengan app, saya senang berada di dapur, melihat bagaimana santan diperas dari parutan daging kelapa, bagaimana kompor api dinyalakan menggunakan sumbu, bagaimana membakar ikan dengan menggunakan arang, bagaimana uap mengepul di atas dandang pada waktu nasi mulai masak, menembus tutupan dandang yang terbuat dari bambu. Di bagian bawah dandang biasanya ada bagian nasi yang hangus. Si kerak nasi yang tidak pantas disajikan di meja makan, seharusnya dibuang, namun ini biasanya disisihkan tukang masak kami. Nasi kering yang mirip rengginang itu, dengan bau seperti nasi diasap itu dimakannya dengan garam, ceker ayam goreng dan kepala ayam goreng, semua bagian dari ayam yang tidak dihidangkan di meja makan utama. Ketika saya mencoba mencicipi, ternyata kerak nasi panas dengan garam, dan otak ayam goreng mempunyai kenikmatan tersendiri.
Bagian lain dari bermain di dapur, selain mencicipi makanan juga mencuci piring, dan membantu memotong sayur. Seperti Gordon Ramsay, san chef terkenal dari Inggris, saya pun pernah terpotong jarinya waktu sedang mengiris sayur, sehingga sampai sekarang berbekas di jari telunjuk sebelah kiri tangan saya. Bekas luka potong yang sudah mulai memudar itu akan selalu mengingatkan akan bau gosong kerak nasi dan otak ayam goreng yang rasanya senikmat masa kecil saya yang penuh dengan kenangan makanan.
Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.