Secangkir Kopi Untuk Simbah
Monolog antara "Saya" dan "Simbah", tokoh yang mendiami keris pusaka keluarga
"Apa kabar Mbah?"
Saya belum kenal nama Simbah. Teman yang bisa berkomunikasi dengan Simbah sudah menyampaikan pesan Simbah pada Saya. Ia bilang Simbah menempati keris yang saya dapatkan dari keluarga besar almarhum Bapak.
Teman saya itu, sebutlah namanya Candra bilang kalau Saya harus tetap berada di jalan yang Saya tempuh. Saya paham kok apa maksudnya Mbah. Saya memang sudah bikin jalan yang akan saya tempuh menuju cita-cita saya. Jalan yang cuma saya sendiri yang tahu dan sayangnya juga saya sendiri yang bisa menempuhnya. Entah dari kekuatan fisik maupun mental entah siapa lagi yang bisa menempuh jalan itu.
Ini saya buatkan kopi untuk Simbah. Kopinya kopi manis, bukan kopi pahit yang biasaya disajikan untuk kalangan Simbah di dunia lain sana. Saya pun gak terlalu suka kopi manis sebenarnya, tapi karena kopi yang saya buat itu kopi bawaan dari bus Gunung Harta yang saya bawa kemarin, adanya kopi sachet. Terlebih kopi sachet meninggalkan sampah plastik yang semakin saya tidak menyukainya. Anyway saya masih penasaran, kenapa teman-teman lain di dunia niskala lebih suka kopi pahit daripada kopi manis ya? Coba Simbah beritahu saya. Apa karena takut kena diabetes juga. Wkwk...
Candra juga bilang kalau Simbah didalam keris itu berdua, bukan cuma sendirian. Apa Mbah putri juga suka kopi Mbah? O, iya. Ini ada rokok kretek juga Mbah. Simbah suka rokok kretek gak ya? Kalau ngomongin rokok kretek, saya jadi selau teringat Agus Salim. Simbah pasti tahu orang itu. Orang yang disebut sebagai "The grand old man" oleh Kusno. Saya lebih suka memanggilnya Kusno daripada Bung Karno seperti rang-orang. Bagi saya, Kusno itu lebih merakyat.
Banyak yang pengen saya tahu tentang dunia lain sana. Misalnya, hari ini kan hari Ahad. Kalau di dunia sakala rang-orang pada menghabiskan waktu sebagai hari libur. Ada yang ke CFD di Renon untuk olahraga, cuci mata, dan jajan kudapan. Ada juga yang tidur sepanjang hari karena di hari kerja biasa mereka kerja seperti kuda. Ada jua yang bersih-bersih dan mencuci baju kaerna di rumah mereka gak punya upik abu yang bisa mereka bayar untuk membersihkan rumah mereka. Nah, kalau Simbah apa agendanya di Ahad pagi. Apa sama saja dengan hari-hari biasa?
***
Maaf perbincangan kita terpotong telpon dari entah siapa itu tadi. Kenalan di Jakarta waktu saya ke rumah Mas Anies kapan hari. Mbah, andai saya bisa curhat padamu. It is a God damned tired to be an acvitist and politician. Meeting people almost all day. Tapi ya bagaimana lagi ya Mbah. Itu panggilan hati je. Leluhur kita sudah memilih saya untuk terjun di dunia politik. Bukan sebagai politisi tapi memang betul-betul untuk rakyat. Karena itulah saya ikut Gerakan Rakyat, ormas yang kelak jadi embrio sebuah partai politik.
Mbah, saya mau offline dulu. Ada agenda menghadiri pernikahan sahabat. Lokasinya jauh dari Denpasar, kira-kira perjalanan 2 jamlah. Mau naik motor ke sana karena memang kesukaan saya motoran. Selain alasan naik motor lebih cepat dan fleksibel daripada naik kendaraan beroda 4 atau lebih.
Simbah mbok sekali-sekali hadir dalam mimpi saya atau kasih kode di hati saya biar saya gak monolog seperti ini. Gak mungkin juga kan kan kita chattingan pakai WA atau tiba-tiba keyboard saya ini menulis sendiri karena Simbah menulis pesan dalam bentuk tulisan di aplikasi ini. Hehe...
O iya, tenang saja. Keris warisan keluarga besar tempat Simbah bermukim akan saya rawat baik-baik. Gak saya jual kok. Nanti pembelinya malah kerepotan karena gak cocok sama Simbah. Saya juga akan belajar perkerisan lebih baik lagi, biar gak keblondrok seperti yang disampaikan Paklik Jimmy, jurnalis yang juga suhu senior didunia tosan aji.
Sampai ketemu lagi Simbahku sayang. Titip salam buat Mbah putri ya barangkali sedang belanja kebutuhan sehari-hari atau sedang di dapur gitu.
Padangsambian,
12 Oktober 2025
Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.