Oppenheimer, Sebuah Renungan Jelang Pemilu 2024

Oppenheimer, Sebuah Renungan Jelang Pemilu 2024

Oppenheimer, Sebuah Renungan Jelang Pemilu 2024 Saya tidak terlalu hobi nonton. Kalaupun memutuskan untuk menonton sebuah film, saya harus memastikan filmnya benar-benar istimewa dan inspiratif. Karena itu koleksi film yang pernah saya tonton sangat sedikit, mulai dari Pursuit of Happiness, The Dark Night, Catch Me if You Can, Revolutionary Road, The Pianist, hingga The Reader. Beberapa malah tidak sempat ditonton, hanya dilihat sekilas karena terlalu sibuk dengan pekerjaan, seperti Mulan. Oppenheimer menyajikan cerita yang menggelitik, tentang ilmuwan yang kemudian bertanggung jawab memimpin proyek pembuatan bom nuklir, J Robert Openheimmer. Lahir di New York dari keturunan Yahudi, Openheimmer yang jenius meneruskan impiannya menjadi fisikawan, dengan karakter seorang Outlier. Ia merasa bosan dengan eksperimen-eksperimen Fisika di laboratorium yang terlalu metodis dan sibuk dengan pikiran-pikiran yang melebihi zamannya. Akibatnya ia dibully oleh teman-teman sekelas. Sibuk dengan lamunannya sepanjang malam, ia mendapat nilai buruk di eksperimen. Kecenderungan Oppenheimer yang bagi anak-anak generasi muda sekarang akan dicap overthinking, membuatnya menjadi pribadi yang depresif. Namun di tengah semua lamunannya, ia sedang membangun sebuah sejarah, tentang bagaimana energi yang tak punya limit bisa dihasilkan dengan menghantamkan neutron secara berantai kepada atom, membuatnya terbelah dan menghasilkan ledakan yang luar biasa. Dari sinilah ide bom nuklir berasal. Kesulitan Openheimmer beradaptasi dengan pendidikan di Universitas Cambridge, membuat ia memutuskan dropout dan pindah ke Universitas Göttingen, Jerman, di bawah bimbingan Max Born, setelah nyaris meracuninya dengan Potasium Sianida. Dengan sekejap pemikiran-pemikirannya mendapat sambutan dan menjadi sangat terkenal. Karyanya dalam pemanfaatan fisika teori menjadi senjata pemusnah massal terbuka lebar sejak ia mendapat penghargaan fellowship United States National Research Council di California Institute of Technology. Tak lama kemudian Amerika Serikat menyadari bahwa sekalipun Hitler mulai terdesak di Eropa, hanya menunggu waktu kotak pandora pembuatan bom yang bisa memusnahkan jutaan orang dalam sekejap ditemukan oleh Nazi. Dunia sedang dalam perlombaan yang akan menentukan arah peradaban selanjutnya. Ia mulai menyebarkan idenya di Universitas Leiden dan mendapat banyak pengikut. Ia mendapat tawaran kerjasama dengan Wolfgang Pauli, yang waktu itu juga figur terkenal di Fisika Modern. Kembali ke Amerika Serikat, ia membeli ranch milik saudaranya dan mendapat kesempatan berkontemplasi lebih jauh dengan pemikiran-pemikirannya saat harus istirahat dalam waktu lama akibat terkena TBC. Tak lama, ia diangkat menjadi profesor di Universitas California, Berkeley..Ia memang bukan fisikawan teoritis yang bisa menjelaskan pemikirannya dalam rumus matematika yang panjang, namun memiliki keistimewaan terobosan yang berani dan kemampuannya berkomunikasi bisa mempengaruhi banyak ilmuwan lain. Kebiasaannya berdiskusi membuatnya makin terkenal dan akhirnya menyerertnya dengan berbagai diskusi kelompok-kelompok kiri yang lebih progresif dan akrab dengan perubahan. Walaupun demikian, ia tetap menjaga netralitasnya dengan tidak bergabung dengan gerakan komunisme yang waktu itu mulai mendapat tempat di Amerika Serikat. George Eltenton, seorang fisikawan yang juga mata-mata Uni Soviet, kemudian merekrutnya untuk ikut serta dalam Project Manhattan, memberikannya kesempatan mebngajukan proposal membangun kompleks yang berisi ilmuwan yang berfokus menciptakan bom nulir, Los Alamos. Ia kemudian bertemu dengan cintanya, Jean Tatlock dan Katherine Puening, keduanya sama-sama berpandangan kiri ekstrim. Oppenheimer kemudian menikah dan memiliki anak dengan Puening, namun berselingkuh dengan Tatlock. Hubungannya dengan Tatlock berantakan karena Oppenheimer terus-menerus diikuti FBI untuk penyelidikan posisinya yang dianggap terlalu kiri. Tatlock akhirnya depresi dan memutuskan bunuh diri. Ide Oppenheimer untuk mengumpulkan fisikawan dan membaginya dalam beberapa group yang saling dukung dengan menyumbangkan pikiran masing-masing, terbukti berhasil mewujudkan impian Amerika Serikat untuk memimpin dalam perlombaan menciptakan senjata nuklir. Walaupun kemudian Jerman menyerah dan Jepang menjadi tempat show of force yang membuat dunia gentar ketakutan, ia tetap saja selalu dilecehkan dan ditekan akibat terlalu dekat dengan gerakan kiri, Di sinilah sisi menarik sebenarnya film Oppenheimer. Lewis Strauss, Menteri Perdagangan, yang awalnya terlibat mengorbitkan bakat Oppenheimer, mulai merasa terancam dan secara halus mengorkestrasi “pengadilan”, lewat gerakan Red Scare, yang waktu itu memang sedang mendapat angin. Semua orang bisa dengan mudah dipanggil, diinterogasi, diintimidasi, dan diancam akan dibuka berbagai masalah pribadinya, untuk mendapatkan pengakuan ia memang mendukung gerakan komunisme. Selanjutnya, mereka yang terbukti “bersalah” akan disingkirkan dengan segala cara. Oppenheimer, yang dielu-elukan sebagai Bapak Bom Atom, membuktikan kecerdasannya bukan hanya dalam keilmuan, namun juga dalam berpolitik.. Walau ia juga merasa bersalah dengan ciptaannya yang telah merenggut begitu banyak jiwa di Hiroshima dan Nagasaki, ia berkeras bahwa apa yang dia lakukan justru menghalangi negara-negara lain yang menerapkan sistem kediktatoran terlebih dahulu, membuat mereka takut dan tunduk kepada demokrasi ala Amerika Serikat. Alas, percaturan politik dunia sedang berubah. Musuh Amerika Serikat kini bukan lagi fasisme, namun berbelok ke Uni Soviet dengan komunismenya. Pada akhirnya Oppenheimer tetap disingkirkan dari Proyek Manhattan dan Los Alamos, sesuatu yang memang dia sadari sejak awal, bahwa negara, dengan segala kekuasaannya, bisa saja mempromosikan dan sebaliknya menyingkirkan seseorang saat dianggap sudah tidak berguna lagi. Oppenheimer terus berjuang menjadi figur yang dihormati dan disegani. Dengan sisa-sisa pengaruhnya, ia mengkampanyekan pengurangan perlombaan senjata nuklir antara blok timur dan barat serta penggunaan energi nuklir untuk tujuan damai. Ia tidak sepenuhnya menentang penggunaan nuklir sebagai senjata, namun menyarankan agar senjata nuklir tidak lagi diciptakan untuk strategi pemboman raksasa, namun dalam skala yang mikro dan tertarget. Pada akhirnya Amerika Serikat mengikuti aspirasi Oppenheimer dan kawan-kawan untuk lebih bersikap terbuka dalam pengembangan potensi senjata nuklir dan mengurangi dampak perlombaan senjata nuklir antar negara. Walaupun akhirnya Partai Komunis dilarang di Amerika Serikat, nama baik Oppenheimer akhirnya perlahan pulih. Sabotase kuliahnya di Universitas Washington oleh Henry Schmitz, mendorong terjadi demonstrasi para mahasiswa. Bersama Albert Einstein, Bertrand Russell, Joseph Rotblat,dan fisikawan terkenal lainnya di World Academy of Art and Science, ia mendorong pemikiran bahwa harusnya para pemikir dan seniman diberikan kesempatan bekerjasama, apapun pandangan politiknya. Ia diganjar dengan berbagai penghargaan yang harusnya sejak awal ia dapatkan atas kejeniusan dan kerja kerasnya, walaupun tetap tidak pernah mendapatkan hadiah nobel. Komunitas ilmuwan akhirnya bergerak bersama-sama untuk balik menyingkirkan Lewis Strauss, dengan bantuan keluarga Kennedy yang memang memiliki pengaruh besar di dunia politik. Saat meninggal akibat kanker tenggorokan, pemakamannya dihadiri 600 tokoh berpengaruh yang setia mendukung pemikiran-pemikirannya. Walau banyak dipromosikan dengan narasi film mengenai sains, saya lebih melihat bahwa narasi red scare di film ini sangat menarik, yang memperlihatkan bagaimana kotornya permainan politik hampir saja membuat bakat luar biasa masuk ke tong sampah. Dan pada akhirnya, kehidupan kita semua tidak bisa terbebas dari politik sepenuhnya. Sejenius dan seberdedikasi apapun seseorang kepada negaranya, ia bisa saja disingkirkan hanya karena masalah kepentingan sesaat. Inilah yang perlu disadari para relawan dan simpatisan yang kini bersemangat menyambut Pemilu 2024. Tidak sekedar menang dan kalah, kita harus menjaga bagaimana agar kekuasaan yang telah diamanatkan rakyuat tidak disalahgunakan untuk melayani kepentingan pribadi. Di balik angka-angka survei terkini dan hasil quick count, real count, dan pengumuman KPU nanti, akan tersimpan nasib bakat-bakat terbaik Indonesia, apakah mereka akan difasiltasi negara, atau sebaliknya didiskriminasi dan dibunuh karakternya karena kita semua salah pilih pemimpin.

Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.