Terpaksa Ganjar.

Terpaksa Ganjar.

Dari dulu saya gak begitu suka sama Ganjar Pranowo. Entah karena apa. Eh, sorry, mungkin bukan gak suka. Istilah itu rasanya terlalu sumbang di telinga. Barangkali yang lebih tepat, saya gak suka tapi juga gak benci. Biasa aja. Abis gimana lagi? Secara umum gak ada satu pun prestasinya yang membuat saya kagum. Jadi perasaan saya ke dia biasa2 aja. Netrallah.

Sampai suatu hari, perasaan gak suka saya sama Ganjar jadi gak suka beneran. Gara2nya ketika dia tiba2 menolak kedatangan kesebelasan Timnas Israel. Akibatnya Indonesia batal menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20 setelah dicoret FIFA. Sebagai penggemar bola tentu saja saya kecewa berat ketika event bola akbar itu batal permanen. Kalo boleh pinjem istilahnya Butet Kartaredjasa: Uasuwoook!

Sebetulnya saya selalu menghormati pendapat orang lain meskipun pilihannya berbeda dengan saya. Tapi ketidakkonsitenan dia dalam mengambil sikap terhadap masalah itulah yang membuat saya kesel berat. Bagaimana mungkin seorang pemimpin bisa plintat-plintut begitu dalam mengambil sikap? Saya langsung bergumam dalam hati, kalo dia sampai terpilih sebagai capres, saya tidak akan memilih Ganjar. Itu pasti.

Ketika KPU mengumumkan daftar nama capres yang telah mendaftar, di situlah dilema dimulai. Nama-nama yang terdaftar sebagai capres adalah Prabowo, Anies dan Ganjar. Waduh...bingung dong gue. Mendingan saya kembali menjadi golput aja kali ya? Lama saya merenung dan merenung. Setelah mikir bolak-balik saya memutuskan tidak Golput. Nah, masalahnya siapa yang harus saya pilih.

Akhirnya saya membuat kalkulasi pada ketiga capres tersebut. Dan ternyata cara ini sangat membantu dalam mengambil keputusan. Pertama saya menganalisis track recordnya Prabowo. Temuannya sangat mudah. Prabowo masa lalunya kelam sekali. Tapi yang paling ditakutkan, kalo sampai jadi presiden, dia akan mengembalikan masa orde baru. Keluarga Cendana akan berkuasa kembali. Oh, No!

Lalu saya menganalisis Anies. Ternyata sami mawon. Dia dipecat sebagai menteri pendidikan. Dia gagal sebagai gubernur DKI. Namun yang paling ditakutkan, dia terlalu dekat sama kaum Islam garis keras. Kalo dia jadi presiden, FPI dan HTI sangat mungkin dihidupkan kembali. Yang paling nyeremin, negeri ini bisa berpeluang dijadikan negara Islam. Semua perempuan harus pakai cadar. Budaya lokal dilarang. Wah, ngeri amat.

Terakhir saya menganalisis Ganjar. Calon presiden ini rasanya juga gak pantes saya pilih. Kader2 partainya sendiri banyak yang gak suka sama dia. Kalo dia terpilih, dia punya potensi akan menjadi sekedar boneka doang. Apalagi peristiwa membelotnya keluarga Jokowi dari PDIP pasti akan membuat partainya semakin keras untuk mengontrolnya.

Setelah membandingkan ketiga calon, saya mengambil kesimpulan. Dari ketiga calon yang ada, Ganjar adalah capres yang dosa-dosa masa lalunya masih bisa dikompromi. Tentu saja saya masih kesel sama sikapnya soal Israel di atas. Tapi saya gak punya pilihan lain. Dialah calon terbaik dari calon2 yang buruk. Sejelek-jeleknya PDIP, partai ini adalah partai nasionalis.

Jadi kemungkinannya ada dua. Pertama saya golput. Kedua, kalo memang harus memilih, saya akan memilih Ganjar. Abis saya gak punya pilihan lain yang lebih baik. kesimpulan akhir, pilihan satu-satunya adalah Ganjar. Terpaksa Ganjar.

PS: Maaf. Tidak menerima debat.

Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.