LELAKI YANG DATANG DI SAAT YANG TEPAT

Dalam sepanjang hidupnya, Rensy nggak pernah mengakui 'hari sial'. Termasuk hari ini. Meskipun tadi pagi dia nggak bisa sarapan nasi uduk kesayangan karena nggak notice saat Mak Ti lewat di depan kosan, atau saat pahanya terkena pagar kawat sampai celananya sobek -jadinya harus ganti celana panjang padahal sudah jelas-jelas ia terlambat ke perpustakaan kota. Semuanya nggak lantas membuat Rensy luluh dan mengakui bahwa 'hari sial' itu memang ada. Sumber kekacauan hari ini hanya satu menurutnya, terlambat bangun!
Rensy melaju dengan motor matic-nya. Ngebut banget, seolah perpustakaan akan pindah tempat sebentar lagi. Tiba-tiba setetes air membasahi kaca helemnya. Sekali, dua kali. Tangannya kemudian basah juga. Rensy hampir tak percaya, gerimis datang begitu saja tanpa ada firasat apapun sebelumnya. Rensy melambat, dia bingung harus menerjang gerimis yang sewaktu-waktu bisa saja jadi hujan lebat, atau menepi untuk memakai jas hujan. Rensy menarik nafas sangat dalam. Menahannya lama, seolah tak ingin melepaskan. Huft...akhirnya dihembuskan juga nafasnya sambil ngegas motornya sangat kencang. "Dikit lagi nyampe," pikirnya.
Hampir saja Rensy nggak menghiraukan tukang parkir di pintu masuk karena terburu-buru. Baju dan celana bagian depannya sudah lumayan basah. Rensy meringis karena pahanya terasa perih terkena hujan. Pandangan Rensy menjelajahi tempat parkir, mencari tempat kosong. Hari itu banyak sekali motor yang ada di sana. "Itu dia!" kata Rensy dalam hati. Nggak pikir panjang-panjang lagi, Rensy segera menuju ke tempat kosong yang sempit itu untuk meletakkan motornya. Ternyata nggak muat. Motornya nggak bisa masuk dengan sempurna. Rensy melihat sekeliling dengan gelisah. Tak lama, ada seorang lelaki yang berlari kecil ke arah motor di sebelah Rensy. Rensy seketika tersenyum lega. Lelaki itu pasti akan mengambil motornya lalu pergi, jadi Rensy bisa leluasa memarkir motornya. Benar-benar lelaki yang datang di saat yang tepat.
Rensy menunggu dengan sabar meskipun bajunya sudah fix basah. Dia sedikit melirik ke arah lelaki itu. "Kenapa lambat sekali lelaki ini?" keluh Rensy dalam hati saat melihat cara lelaki itu memakai helem, mengeluarkan jas hujan dari jok. Pelan sekali, seperti adegan lambat di film-film. Dan yang bikin Rensy semakin geram adalah, lelaki itu masih saja serius menghisap rokoknya yang sudah tinggal dua atau tiga kali hisap. Benar saja, sekarang lelaki itu tampak kebingungan. Dia pasti sedang berfikir keras bagaimana caranya memakai jas hujan kelelawarnya sementara dia masih ingin terus merokok. Rensy tiba-tiba merasa kepanasan di dalam dadanya sampai-sampai tak merasakan dinginnya hujan. Sambil menggerutu, Rensy bersiap memindahkan motornya mencari tempat kosong lainnya. Tapi tiba-tiba lelaki itu nyeletuk,
"Eh, tolong dong..." Rensy menghentikan niatnya untuk memindah motor.
"Apa?" tanya Rensy ketus.
"Tolong pegangin ini dong." Lelaki itu berkata sambil menjulurkan rokok pendek yang dari tadi dia hisap. Rokok yang sudah waktunya untuk dibuang dan diinjak-injak. Rensy melongo selebar-lebarnya. Matanya mengecil tapi tetap tajam menatap. Tangan kirinya menegang saat menggenggam setir, seperti sedang kram. Jari-jari tangan kanannya sigap membentuk formasi mengepal. Jantungnya bergemuruh mengalahkan suara gerimis. Sekarang kedua bibir Rensy sudah mengatup sangat rapat. Ia membuang bogem mentahnya tepat ke arah wajah lelaki itu dan mengenai pipi, hidung dan mulutnya sekaligus.
Rensy menghela nafas lega, bahkan sangat lega. Dia semakin yakin bahwa 'hari sial' itu tak ada. Dia justru merasa beruntung hari ini karena bertemu lelaki itu saat harinya benar-benar berantakan tapi tak tahu harus marah pada siapa. Benar-banar lelaki yang datang di saat yang tepat.
Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.