Telepon dari alam kubur?
Dinda ketakutan gara-gara menerima telepon dari sopir jemputannya yang telah meninggal dunia.

Based on True Story. Kejadian itu sekitar 2 tahun lalu. Saat itu masih subuh, masih sekitar jam 5 pagi, langit juga masih gelap. Tiba-tiba dering handphone memanggil nyaring.
" Ih, jam berapa sih ini? Perasaan masih gelap. Apa gue salah setel jam alarm ya?" batin Dinda sambil ngedumel.
Dengan setengah terpaksa Dinda beringsut bangun dari tempat tidurnya, meraba-raba dalam kegelapan meraih handphonenya yang berisik minta atensi.
"Lho ini bukan alarm", Dinda komentar sendiri.
Sambil ngucek-ngucek mana, Dinda menatap layar handphone. " Siapa sih yang nelepon pagi-pagi begini", kata Dinda setengah ngedumel.
Di layar handphone tertera nama Pak Wani - Sopir Jemputan. Dan Dinda pun shock, matanya terbelalak dan mukanya pucat. Dinda terpaku menatap ke layar sampai bunyi telepon pun akhirnya berhenti. Dinda tampak bengong sejenak.
Setelah mengumpulkan keberanian, Dinda menelepon balik ke nomor telepon tersebut.
" Hallo", kata Dinda lirih.
"Ya, ini siapa ya?" jawab orang di seberang sana.
" Apakah ini dengan nomor pak Wani?" tanya Dinda tanpa menggubris pertanyaan dari orang di seberang.
" Ya betul", kata orang itu lagi.
"Ini dengan siapa ya? Tadi dari nomor ini ada yang menelepon saya soalnya jadi saya telepon balik" sahut Dinda dengan suara agak bergetar.
"Ini anaknya pak Wani, tapi tidak ada telepon ke nomor mbak sih" jawab orang di seberang dengan nada bingung.
"Oh gitu ya, makasih ya. Selamat pagi", Dinda mengakhiri pembicaraan.
Lututnya sontak lemas dan migrennya pun langsung kumat.
Pagi itu Dinda tampak lesu. Waktu dijemput Hengky, pacarnya, mukanya tampak kurang bersemangat.
" Kenapa kamu, tumben diam az, lagi dapet ya" Hengky berusaha ngebanyol mencairkan suasana.
"Iya nih, lagi dapet, dapet kejutan telepon yang bikin shock. Gara-gara telepon itu, dari pagi migren aku kambuh" kata Dinda sambil memijit pelipis kepalanya.
"Memang dapat telepon dari siapa? Ada masalah? Atau ada yang lagi sakit?" tanya Hengky prihatin.
"Bukan.." jawab Dinda lirih.
"Lah terus gara-gara apa donk?" kejar Hengky penasaran.
"Jadi.. tadi pas subuh itu aku dapat telepon dari Pak Wani, mantan sopir jemputan di kantor lama. Setahu aku, beliau sudah meninggal karena stroke. Nah pas telepon bunyi itu aku gak berani ngangkat, lalu pas ditelepon balik, anaknya yang angkat dan katanya gak ada nelepon ke nomor ini" jelas Dinda heboh.
"Hahahhahaha" Hengky tertawa tergelak.
"Dih kok ketawa sih.. nyebelin deh" kata Dinda kesal bercampur malu.
"Lagian... katanya anak soleh, tapi penakut. Lagian memangnya kamu ada salah besar sama Pak Wani? Ngga kan? Masa dia repot-repot nelepon kamu dari alam kubur?" kata Hengky lagi.
"Paling juga anaknya salah pencet kali, tapi gak nyadar" lanjut Hengky santai.
"Benar juga sih", jawab Dinda manggut-manggut.
Hatinya agak tenang setelah curhat ke Hengky, pacarnya yang tingkahnya suka nyebelin tapi ternyata hari ini dia bijak juga, ah so sweet.
Nah menurut kalian pembaca, telepon itu dari anaknya yang salah pencet atau dari Pak Wani?
Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.