Ribut Soal Antrian
"Antri" adalah hal yang masih susah dilakukan oleh sebagian orang di negara kita ini. Seringkali di tempat tempat yang menyediakan fasilitas umum, aku sering mendapati beberapa makhluk keturunan homo sapiens ini yang lebih memilih berebut daripada mengantri. Salah satunya yang aku alami minggu siang tadi.
Waktu itu aku dan suami pergi belanja keperluan rumah di salah satu pasar swalayan. Biar lebih leluasa belanja, dan menghindari kebosanan suami, akhirnya kami bagi tugas. Suami jagain anak di Play Ground , sementara aku belanja keperluan rumah sendirian. Tau sendiri lah kalo emak2 udah belanja, suami mana betah nemeni lama - lama.
Setelah mendapat semua yang kami butuhkan, aku langsung menuju Kasir untuk membayar. Aku lihat di depan kasir antriannya terpecah menjadi 2 barisan. Karena bingung mau antri yang sebelah mana aku akhirnya nanya sama salah seorang cewek yang juga ikut antri di situ.
" mbak antrinya sebelah mana ya?" Tanyaku hati - hati.
"Oh yang barisan ini ke belakang mbak, soalnya yang sebelah tadi komputer kasirnya mati jadi sementara ini dilayani gantian kiri kanan" jawab cewek berbaju krem itu dengan ramah.
Akhirnya aku langsung menuju barisan paling belakang.
20menitan di depan kasir, sekarang aku ada di urutan ke 2. Sementara barisan sebelah tinggal seorang perempuan paruh baya dan di belakangku antrian masih mengular panjang.
Setelah si ibuk yang barisan sebelah tadi dilayani, tiba-tiba datang seorang laki-laki bertubuh jangkung dan langsung berdiri di sebelah kanan barisan kami, tempat antrian sebelah yang sudah habis tadi. Umurnya kira-kira 40 tahunan. Dia bersama anak perempuannya yang berumur sekitar 10 tahunan.
Dengan tanpa merasa berdosa dia menyodorkan selembar nota ke kasir. Akan tetapi si kasir tidak menghiraukan karena masih melayani pelanggan yang ada di depanku.
"Pak antrinya di belakang ya.. tolong hargai pelanggan yang lain" aku mencoba mengingatkan dengan hati hati, tapi yang bersangkutan tetap tidak menggubris. Aku bener-bener nggak tahan dengan jenis orang seperti ini.
"Maaf pak, kita disini sudah antri dari tadi, tolong kalo mau antri baris di belakang.." aku mengingatkan lagi , kali ini dengan tone yang sedikit lebih tinggi.
"Terus tadi ibuk yang di sini ngapain?" Jawabnya dengan setengah membentak.
"Makanya tanya dulu pak, jangan asal serobot" kataku ketus.
"Ya sudah kalu mau duluan duluan aja gak usah banyak bac*t" jawabnya kasar.
"Lah... kan emang aku duluan yang dateng" jawabku dongkol.
Muka lelaki berkemeja kotak kotak itu merah padam menahan amarah. Yang bikin aku heran,tak satupun dari kasir maupun pelanggan lain yang meladeninya. Sebagian dari mereka memasang muka tegang dan sebagian lagi hanya memasang muka tidak suka melihat kelakuan lelaki itu. Tapi tak satu patah kata pun keluar dari mulut mereka.
Selesai melakukan pembayaran aku langsung bergegas meninggalkan kasir lalu berniat mencari suami dan anakku yang sudah berpindah ke area foodcourt. Namun baru beberapa langkah meninggalkan meja kasir tiba-tiba terdengar suara orang menggebrak meja.
"BRAAKK!! Kamu berani meremehkan saya ya???" Kata laki laki tadi setengah berteriak
"Maaf pak, tapi bapak memang datang paling akhir, jadi seharusnya antri dari belakang" si kasir mencoba masih terlihat tenang, padahal aku lihat jari jarinya bergetar tanda dia sedang gugup.
"Terus kenapa ibuk ibuk sebelum saya tadi dilayani? Kenapa kamu beda bedain pelanggan hah??" Emosi lelaki itupun memuncak, matanya melotot napasnya naik turun nggak karuan.
Karena nggak tahan dengan kelakuan lelaki itu, aku pun memutar langkahku kembali ke arah kasir menghampiri keributan tersebut.
"Maaf pak, tolong jaga sikap ya, ini tempat umum, lagipula bapak apa nggak malu bersikap arogan di depan anak bapak? Ngasih contoh jelek nggak mau antri.." aku omelin deh dia abis abisan.
Dan akhirnya terjadilah percekcokan jilid 2 antara aku dan pelanggan arogan tersebut. Sampai-sampai dia kehilangan dan mengangkat tangannya seolah mau memukulku.
"Udah pak, sini aja sini bapak duluan nggak apa2". Si kasir mulai ketakutan bakal terjadi keributan lebih besar.
Begitu juga pelanggan yang antri lainnya yang semuanya adalah wanita. Memilih untuk membiarkan saja daripada terjadi keributan.
"Ini nih yang bikin orang kaya gini nggak akan pernah sadar. Ya karena terlalu gampang dituruti kemauannya. Jadi nggak pernah ngrasa bersalah". Kataku kesal.
"Berisik , kalau mau ceramah sana di masjid" katanya meledek. Membuatku semakin kesal.
Wajar saja kalau orang seperti ini masih banyak kita temui. Karena ketakutan orang buat negur dengan alasan menghindari keributan.
Aku pernah baca artikel,di negara maju seperti Jepang orang tua jauh lebih malu jika anaknya tidak bisa antri daripada anaknya tidak bisa matematika. Lah kalau ini? malah terang terangan ngasih contoh ke anaknya buat nggak mau antri.
Coba aja kalau si kasir tadi bersikap lebih tegas, dan pelanggan yang lain juga dengan tegas mempertahankan haknya. Mungkin akan terjadi sedikit keributan, tapi orang itu juga bakal mikir 2x kalau mau nyerobot antrian lagi.
Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.