PANDEMI BELUM USAI JUA
Kita semua menyadari bahwa makin lama dan semakin tidak ada kejelasan tentang kapan sekolah dan kuliah dimulai lagi secara tatap muka, walaupun diikuti dengan menerapkan protokol kesehatan yang sangat ketat, 5 M: (1) Memakai masker; (2) Mencuci tangan; (3) Menjaga jarak; (4) Menjauhi kerumunan; (5) mengurangi mobilitas. Akan tetapi yang namanya sekolah adalah tempat berkumpul. Sekolah di DKI Jakarta belum tentu dibuka tahun ini

Data menunjukkan masih fluktuasinya orang terkena covid-19, kadang-kadang sehari berjumah ratusan namun besuknya bisa meningkat lagi sampai berjumlah ribuan, baik di wilayah DKI Jakarta maupun dibeberapa daerah lain di Indonesia. Lalu bagaimana dengan rencana membuka sekolah tatap muka yang sudah semakin dekat ini? Mengambil keputusan untuk menyelenggarakan pembelajaran secara daring atau luring sampai kini masih penuh kebimbangan.
Seperti kasus di kota Kudus (Jawa Tengah), ada ribuan orang terkena covid-19 sesudah libur lebaran, bahkan ada sekitar 30 orang yang meninggal setiap harinya, sampai-sampai petugas pemakaman kewalahan dan kelelahan. Ada pula tenaga kesehatan yang terpapar dan akhirnya meninggal. Belum lagi berita yang berseliweran baik di media elektronik (TV) juga media cetak yang memberitakan bahwa covid-19 kian ‘menggila’. Berbagai peraturan sudah disosialisasikan, protokol kesehatan juga sudah diterapkan secara ketat, lalu harus bagaimana lagi kita harus mencari dan menemukan solusi di bidang pendidikan?
Pada suatu pagi, sebagaimana biasanya penulis rutin melakukan olah raga, paling tidak jalan pagi, lari-lari kecil, menggerakkan tangan dan kaki serta seluruh badan di bawah sinar matahari pagi. Rupanya ada kesempatan untuk mendekati sekelompok anak-anak usia SD sedang bermain di taman, dengan tidak melewatkan kesempatan berharga ini, langsung penulis mewawancarai mereka satu per satu ada sekitar 7-8 orang. Diawali dengan salam ucapan selamat pagi, lalu meluncurlah pertanyaan-pertanyaan seputar sekolah dimana dik, tatap muka atau belajar dari rumah? Enak mana daring (on line) atau luring (off line)? Kalau belajar di rumah siapa yang mendampingi? Bisa menggunakan komputer (lap top) atau HP?
Rupanya mereka biasa menggunakan HP dan tiba-tiba serempak mereka tanpa ada yang memberi aba-aba meluncurkan kata-kata dari mulutnya: ‘Bosan!’; tak bisa ketemu guru, teman-teman, bermain bersama di sekolah, makan atau jajan bareng, dan sebagainya. Sambil menyaksikan mereka masih asyik bermain menyusun batu-batu, penulis merenung dalam-dalam dan mengucap dalam hati, ya Tuhan bagaimana penerus generasi kami nanti kalau pendidikannya terganggu seperti sekarang ini dan entah sampai kapan?
Berangkat dari wawancara in-formal itulah penulis berusaha untuk menemukan solusi apa yang sekiranya dapat memberi jalan keluar untuk masalah yang serious ini? Kalau bagi penulis sendiri, sejak Indonesia dilanda cocid-19 lebih dari satu tahun yang lalu, tepatnya pada pertengahan bulan Mei 2020 sampai dengan kini yang berarti sudah berjalan hampir tiga semester dan menyadari bahwa proses pembelajaran harus tetap berlangsung semester demi semester tidak bisa ditunda apalagi dihentikan. Mau tak mau yang tadinya berlangsung tatap muka di kelas dibantu dengan berbagai media belajar seperti komputer (lap top), LCD, layar, mikrofon, papan tulis, buku catatan dan lain-lain, kini harus bisa menggunakan ZOOM, TEAMS, Google Classroom, Video, Podcast dan segala cara yang dapat menjadikan pembelajaran tetap berlangsung dengan lancar dan menarik.
Oleh karena itu, berikut penulis mencoba menyusun kiat orangtua dalam mendampingi anak belajar atau sekolah dari rumah, karena selama pandemi covid-19 anak-anak mau tak mau atau suka tak suka harus belajar dari rumah. Di sisi lain bagi orangtua hal ini menjadi tantangan tersendiri, yang dulunya cukup mempercayakan pendidikan anaknya di sekolah dan mungkin ditambah dengan mengikutkan les (pelajaran tambahan), baik dengan mengirim anaknya ke lembaga-lembaga bimbingan belajar ataupun dengan mendatangkan guru privat, kini pola belajar anaknya menjadi berubah sama sekali.
Pembelajaran dilakukan secara daring, memperoleh dan mengumpulkan tugas atau presentasi juga lewat surat elektronik atau mendapatkan kiriman paket dari sekolah/guru untuk belajar mandiri. Interaksi antara pendidik dan peserta didik menjadi terhambat, orangtua banyak yang mengalami kesulitan, guru-guru pun juga harus mengubah cara mengajarnya dengan strategi yang lain dari biasanya.
Berikut ini adalah kiat-kiat yang dapat membantu para orangtua untuk mendampingi anaknya:
- Buat jadual dan terapkan secara disiplin (misalnya, waktu mengerjakan tugas adalah setelah mandi sore); sinkronkan dengan jadual kerja orangtua (ayah/ibu) supaya terjadi sinergi dan ayah atau ibu tetap punya waktu untuk mendampingi belajar putera-puterinya.
- Buat/sediakan ruang khusus untuk belajar anak yang tenang dan nyaman, dengan penerangan yang cukup dan sirkulasi udara yang sehat, lengkapi dengan meja-kursi untuk belajar dan rak buku, serta alat tulis-menulis secukupnya.
- Sediakan juga jam dan kalender untuk diberi tanda-tanda sebagai pengingat agar tidak terjadi ada acara yang terlewatkan, saling membatu dan mengingatkan.
- Siapkan fitur teknologi yang bisa membantu anak, seperti komputer, lap top, ponsel, gawai, lengkap dengan fitur pendamping yang bisa mendukung proses pembelajaran.
- Lakukan kordinasi dan komunikasi dengan guru baik lewat e mail, telpon, maupun panggilan video, karena pembelajaran secara daring memang perlu dukungan seluruh keluarga.
Orangtua harus bertindak proaktif, terutama jika anak mengalami kesulitan mengikuti proses belajar. Selain ke lima hal tersebut di atas, jangan lupa lakukan olah raga karena dengan berolah raga akan membuat orangtua dan anak lebih lancar berpikir. Aktivitas fisik adalah cara alami untuk menurunkan stres dan mencegah gangguan kecemasan.
Kita semua menyadari bahwa makin lama dan semakin tidak ada kejelasan tentang kapan sekolah dan kuliah dimulai lagi secara tatap muka, walaupun diikuti dengan menerapkan protokol kesehatan yang sangat ketat, 5 M: (1) Memakai masker; (2) Mencuci tangan; (3) Menjaga jarak; (4) Menjauhi kerumunan; (5) mengurangi mobilitas. Akan tetapi yang namanya sekolah adalah tempat berkumpul. Sekolah di DKI Jakarta belum tentu dibuka tahun ini (sumber Kompas, 7 Juni 2021).
Keselamatan manusia penting, pendidikan juga penting, mari kita bekerjasama mematuhi peraturan yang ada, berusaha hidup tertib dan tetap berdoa agar Indonesia dan dunia segera terbebas dari pandemi covid-19, karena memang pandemi yang satu ini belum usai jua.
Jakarta, 7 Juni 2021
Salam sehat dari penulis: E. Handayani Tyas – [email protected]
Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.