Kacang Tholo Mau Juga Jadi Selebriti

Catatan Seorang Ecofreak #5

Kacang Tholo Mau Juga Jadi Selebriti
Kacang tholo (foto: Rase)

Kacang tholo (sering juga disebut kacang tunggak dengan nama latin Vigna unguiculata) memang belum sebeken kacang hijau atau kacang kedelai. Namun karena mereka sodaraan di keluarga legume, kandungan protein dan nutrisi lain sebenernya tak kalah dengan dua selebriti kacang itu.

Kacang kedelai terkenal tidak hanya di Indonesia, tetapi juga di dunia. Di Indonesia ia jadi bahan utama untuk tahu dan tempe. Di kalangan vegan dan vegetarian,  kedelai juga diperah susunya (haha) jadi susu kedelai serta jadi bahan utama mock meat (daging nabati).

Sempat heboh beberapa tahun lalu di kalangan vegan dan vegetarian, karena olahan kedelai dibilang terdapat kandungan estrogen. Tentunya ga asyik kalo kebanyakan dikonsumsi oleh orang laki, ya? Tapi kehebohan itu mereda, karena tidak ada riset yang betul-betul membuktikan soal estrogen di produk kedelai.

Kedelai, di negara oom Sam, juga dipakai untuk pakan ternak. Karena demand tinggi (di sana konsumsi daging hewani banyak), maka dibuatlah (oleh perusahaan) kedelai transgenik (atau biasa disebut GMO - genetically modified organism). Ngapain? Katanya sih demi produktivitas kedelai yang tinggi serta sesuai spec yang dibutuhkan.

Celakanya (dan jahatnya perusahaan cuman ngejer profit) kedelai GMO dijual juga ke negara lain, sebagai bahan baku makanan manusia. Celaka tambahannya, Indonesia tuh belum punya aturan untuk menolak produk GMO seperti ini. Jadi ... Masuklah kedelai GMO lewat impor. Celaka berikutnya lagi, dibilang kedelai impor ini kalo dibikin tempe penampilannya bagus. Nah lo!?

Apa sih bahayanya GMO? Wah, bisa panjang kalo mbahas ini nih, ntar ga jadi ngomongin kacang tholo. Lain kali saja, ya, ngebahas GMO.

Bagi yang menolak GMO, ada gerakan mencari dan mengonsumsi kedelai lokal. Yang organik lebih baik. Bahkan ada yang ekstrem, bikin tempe sendiri! Segitu repotnya? Iya! Demi sehat. Juga demi tidak didikte urusan makan sama perusahaan itu tuh (dan bikin ketergantungan beli sama dia terus). Sekaligus menjaga keanekaragaman flora Indonesia, dong.

Selebriti kedua, si kacang hijau ga sampai ada versi GMO sih. Tapi kacang hijau lebih mahal dibanding kacang tholo. Soalnya kacang hijau banyak banget penggemarnya. MPASI alias makanan awal buat bayi umur >6 bulan salah satunya adalah kacang hijau. Bahkan di posyandu dan TK, menu bubur kacang hijau ini seakan wajib. Saking dicekoki sejak batita, maka ketika jadi mahasiswa nongkrongnya di burjo (eh, ini hipotesis, ya, haha). Tak hanya itu, orang juga butuh kecambahnya, alias taoge. Untuk soto, rawon, pecel, gimbal, ... apalagi? Jadi, maklumlah kalo kacang hijau itu selebriti nomor dua.

Hmm, bukannya kacang tanah juga favorit? Iya, ketinggalan. Dia ini juga selebriti. Banyak banget bumbu berbasis kacang tanah: Bumbu pecel, gado-gado, siomay, tahu campur, lotek, ... apalagi? Termasuk jadi kacang bawang dan kacang rebus, ya?

Nah, si kacang tholo nih bak newbie yang malu-malu mau. Secara tradisi, sebenarnya si kacang tholo dipakai untuk lodeh, brongkos, keripik, serta pendamping ketan kukus. Dia berani juga digoreng sendirian. Rasanya gurih. Sayangnya, karirnya, ya, di situ-situ saja.

Padahal belum pada nyoba eksperimen dengan si tholo ini, kan? Coba bikin patty, perkedel, masukkin di kari, atau dibuat bakso. Enak, lho! Karena begitu dimasak, si tholo ini jadi gurih.

Jadi, yuk jadwalkan memasak kacang tholo minggu ini. Yum!

Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.