Graffiti Writers, Keanonimannya Yang Tak Lagi Intim

Graffiti Writers, Keanonimannya Yang Tak Lagi Intim

Entah mengapa, dewasa ini saya merasakan bahwa keanoniman para graffiti writers tidak lagi intim. Ada beberapa hal yang saya rasa itu terjadi secara tidak sengaja maupun disengaja. Bagaimana saya bisa menyatakan demikian? Apa yang mendasari pernyataan saya tersebut? Anonim? Kata anonim menjadi sebuah kata yang melekat pada para graffiti writers, hal tersebut didasari oleh kebiasaan mereka menyembunyikan identitas diri, yang mana hal tersebut mereka lakukan untuk mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan.

Apalagi di era teknologi saat ini, dengan penggunaan media sosial yang  menjadi sebuah keharusan setiap individu, seperti apa yang saya sampaikan di awal tulisan ini bahwa keanoniman graffiti writers tidak lagi intim, kalimat itu memiliki maksud bahwa amat sangat mudah mendapatkan data-data pribadi seseorang di internet, termasuk data-data pribadi seorang graffiti writers. Akan ada celah bagi mereka yang merasa dirugikan oleh para graffiti writers untuk mencari identitas graffiti writers tersebut.

Salah satu contoh yang saya rasa cukup untuk menjelaskan bagaimana keanoniman seorang graffiti writes dapat memudar, hingga sampai seluruh identitasnya diketahui oleh seseorang yang mencari keberadaan graffiti writers tersebut. Anggap aja “A” merupakan seorang graffiti writer yang bergerak secara anonim, dia tidak menggunakan media sosial sama sekali, namun dia bergabung dalam sekelompok crew yang mana crew tersebut memiliki sebuah akun instagram.

Di dalam akun instagram tersebut, pastinya seluruh karya yang sudah dihasilkan akan terdokumentasi. Jika begitu adanya, maka akun instagram crew dari si “A” ini menjadi sebuah ladang data bagi seseorang yang tadinya mencari keberadaan si “A”. Bagaimana caranya? Apakah bisa mendapatkan data identitas dengan hanya mengetahui karya si “A” melalui sebuah instagram? 

Akun instagram pastinya mempunyai kolom kontak, baik itu nomor handphone dan alamat e-mail pengguna. Data e-mail dan nomor handphone yang seseorang dapatkan menjadi peluru paling muktahir untuk menemukan pelaku di balik akun instagram tersebut. Setelah dia mendapatkan alamat e-mail, menurut saya, amat sangat mudah baginya untuk melacak lokasi pengguna akun. Apalagi dengan telah didapatkannya  nomor handphone, kita bisa saja mengetahui siapa nama dari pemilik nomor handphone dengan menggunakan sebuah aplikasi yang dapat melihat nama pengguna di balik nomor handphone tersebut.

Bisa saja seseorang yang mencari keberadaan si “A” itu langsung bergerak ke lokasi yang dia dapatkan, atau menanyakan perihal si “A” kepada anggota crew, namun hal itu kemungkinan keberhasilannya amat minim, bisa jadi anggota crew si “A” tidak mau mengatakan apapun mengenai identitas si “A”.

Jadi, apakah para graffiti writers dapat menganonimkan dirinya, jika ujung-ujungnya bakal berakhir demikian? Jawabannya adalah bisa! Malahan menjadi sebuah keharusan bagi para graffiti writers untuk menutupi identitas mereka agar aman dari berbagai kemungkinan-kemungkinan yang dapat merugikan dirinya dan itu merupakan sebuah bentuk  proteksi dini pada diri pribadi graffiti writers.

Menurut saya, jika benar-benar para graffiti writers ingin menganonimkan dirinya, maka saya rasa salah satu cara paling tepat adalah dengan bergerak secara  individu, benar-benar sendiri, tidak terafiliasi dengan siapapun, tidak menggunakan media sosial, tidak bersosialisasi dengan graffiti writers lainnya. Nah, dengan begitu, jika sekalipun karyanya terdokumentasi secara digital, maka dia akan tetap aman, sebab orang yang mendokumentasikannya itu jika ditemui sekalipun tidak akan dapat memberikan penjelasan mengenai siapa yang dia dokumentasikan.

Namun, bagaimanapun keadaannya, media sosial sudah menjadi  penunjang bagi keeksistensian seorang seniman, termasuk graffiti writers, dengan menggunakan media sosial  para seniman dapat menarik perhatian orang-orang untuk melihat karya-karyanya. Untuk graffiti sendiri, saya rasa tidak akan cukup hanya sekedar terpampang di jalanan, dia harus ada di berbagai  media sosial, maka dengan itu pula,secara tidak langsung dapat menjadi pengarsipan yang baik sebab graffiti adalah sebuah karya seni yang bersifat temporer.

 

@bin.adia

 

 

 

 

Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.