Healing Versi Ulama yang Perlu Kita Praktikkan

Healing Versi Ulama yang Perlu Kita Praktikkan

Ada sebuah kisah dari masa lalu yang dapat dijadikan bahan referensi untuk kita dalam melakukan healing. Adalah kisah Ibnu Duraid bersama teman-temannya yang sedang membicarakan tempat rekreasi. Dalam kisah ini juga mengggambarkan kecintaan Ibnu Duraid kepada ilmu dan buku.

Kisah ini diceritakan oleh teman Ibnu Duraid, Abu Nashr Al-Mikali, bahwa pada suatu hari mereka sedang berkumpul di suatu tempat dan sedang membicarakan tempat rekreasi. Satu per satu dari mereka saling bersahutan menyebutkan tempat rekreasi yang indah. “Tempat yang paling menyenangkan untuk rekreasi adalah lembah-lembah asri di Damaskus” kata seseorang. Kemudian yang lainnya menyebutkan Sungai Al-Uballah, Taman Samarkand, Nahrawan di Bagdad, taman indah di Bawwan, dan Nubahar Balkh.

Setelah mereka menyebutkan tempat-tempat rekreasi tersebut lalu Ibnu Duraid speak up, beliau bertanya kepada teman-temannya “Semua ini (tempat yang tadi disebutkan) adalah tempat rekreasi mata, lalu manakah jatah rekreasi hati kalian?”. Kemudian teman-temannya balik bertanya, “Wahai Ibnu Duraid, apa yang anda maksud dengan rekreasi hati?”. Ibnu Duraid pun menjawab, “Yaitu membaca kitab Uyun Al-Akhbar karya Al-Qutbi, kitab Az-Zahrah karya Ibnu Dawud, dan Qalaq Al-Musytaq karya Ibnu Abi Thahir.

Setelah menjawab pertanyaan dari teman-temannya, Ibnu Duraid langsung menyenandungkan syair: “Barangsiapa tamasyanya tertuju pada biduanita, piala, dan minuman. Maka tamasya dan istirahat kami adalah menelaah buku dan kitab Al-Uyun”.

Kisah di atas mengingatkan saya kepada suatu hal yang gemar dilakukan oleh masyarakat umum pada saat ini, yaitu rekreasi atau istilah kerennya healing. Kata healing jika terjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia memiliki arti penyembuhan. Namun, penggunaan kata healing di kalangan masyarakat saat ini lebih mengacu kepada sesuatu yang berhubungan dengan kesehatan mental. Saya mengartikan healing sebagai suatu aktivitas di mana seseorang pergi ke suatu tempat rekreasi yang jauh dari khalayak ramai dan bertujuan untuk melepas penat, menyembuhkan luka batin, serta mengembalikan semangat hidup yang sedang terpuruk.

Biasanya tempat healing yang lazim dikunjungi adalah tempat yang berbau alam seperti pantai, bukit, hutan, gunung, dan sebagainya. Saat melakukan healing, seseorang akan membawa dirinya pergi ke tempat yang jauh dari area aktivitas sehari-harinya. Misalnya, orang yang bermukim di perkotaan akan pergi healing ke tempat yang jauh dari hiruk pikuk perkotaan, entah itu pedesaan di tepi pantai atau pedesaan di kaki gunung. Namun, ada juga orang-orang yang melakukan healing dengan cukup berdiam diri di suatu coffee shop yang hening. Intinya, aktivitas healing membutuhkan suatu tempat yang sepi dan hening agar dapat menenangkan pikiran.

Healing biasanya dilakukan saat seseorang sedang mengalami emosi negatif seperti stes, cemas, khawatir, dan tidak bersemangat. Ada juga, saat seseorang mengalami overthinking terhadap masa depan, kisah cinta, karir, hubungan keluarga, dan pekerjaan, lalu mereka membutuhkan jawaban atas overthinking-nya itu maka yang dibutuhkan adalah healing. Selain itu, healing biasanya dilakukan setelah seseorang menyelesaikan suatu pekerjaan yang membuatnya lelah. Ada juga, healing di kalangan mahasiswa dilakukan saat setelah mereka menyelesaikan ujian-ujiannya. Dalam hal ini, healing biasanya dilakukan sebagai self reward atau mungkin bahasa sederhananya adalah mengapresiasi diri sendiri.

Namun, aktivitas healing tidak semata-mata dapat menyembuhkan luka batin atau emosi negatif yang sedang kita rasakan. Tidak sedikit orang-orang yang pergi healing lalu saat kembali ke rumah dan menjalani rutinitasnya tetapi masih tetap merasakan hal yang sama alias tidak merasa tersembuhkan oleh healing-nya. Saya rasa fenomena ini ada kaitannya dengan dua jenis “rekreasi” dalam kisah Ibnu Duraid tadi.

Dalam kisah tersebut, Ibnu Duraid membedakan rekreasi menjadi dua jenis, yang pertama adalah rekreasi mata dan yang kedua adalah rekreasi hati. Rekreasi yang dimaksud Ibnu Duraid dalam kisah tersebut mungkin saat ini dapat diartikan dengan istilah healing. Rekreasi mata yang dimaksud dalam kisah tersebut adalah healing yang hanya memanjakan pandangan mata saja, seperti pergi ke lembah, sungai, dan taman. Sedangkan, rekreasi hati adalah membaca dan menelaah kitab-kitab atau jika disesuaikan dengan era saat ini adalah membaca buku.

Kaitannya dengan fenomena healing pada saat ini adalah mungkin selama ini kebanyakan dari kita  hanya melakukan healing mata, tidak diimbangi dengan healing hati. Kita lebih sering melakukan healing mata dengan pergi ke pantai, bukit, hutan, gunung, dan pelosok atau tempat apapun itu yang memberikan ketenangan sesaat daripada healing hati dengan membaca dan menelaah buku-buku. Mungkin itulah sebabnya healing yang dilakukan oleh banyak orang tidak serta merta dapat menyembuhkan perasaan negatif yang sedang dialaminya.

Saat healing mata, memang pandangan kita dapat dimanjakan oleh indahnya pemandangan, telinga kita dapat mendengarkan kedamaian suara alam, hidung kita dapat kesejukan dari asrinya suasana alam, sehingga pada saat itu dan selama di tempat itu kita dapat merasakan ketenangan dan lupa akan permasalahan hidup. Namun, saat kembali ke rumah dan menjalani aktivitas seperti biasanya, permasalahan dan perasaan negatif muncul kembali. Hal itu kadang membuat kita merasa healing yang kita lakukan menjadi sia-sia.

Mungkin salama ini kita kurang tepat dalam melakukan healing. Kita terlalu fokus melakukan healing mata dan tidak diimbangi dengan healing hati, oleh sebab itu kita sering merasa healing yang kita lakukan sia-sia. Agar lebih optimal kita memang perlu melakukan healing hati dengan cara membaca dan menelaah buku. Dengan begitu, hati dan pikiran akan mendapatkan pengetahuan dan sudut pandang baru yang bisa diimplementasikan dalam menyembuhkan luka batin dan perasaan negatif yang kita alami.

Jika Ibnu Duraid healing hati dengan membaca kitab, maka kita juga bisa melakukan hal yang sama dengan membaca buku. Namun yang harus digarisbawahi adalah Ibnu Duraid membaca buku bukan semata-mata untuk healing, hal itu beliau lakukan memang atas dasar rasa cinta kepada ilmu dan buku sehingga kegiatan tersebut dapat membuat hatinya tenang dan beliau menganggap kegiatan membaca buku adalah rekreasi hati atau healing hati.

Kisah ini membuat saya sadar bahwa ketika ingin memperbaiki permasalahan hidup ternyata bukan hanya pikiran saja yang harus diperbaiki, tetapi hati juga perlu diperbaiki, justru menurut saya seharusnya hati yang perlu diperbaiki terlebih dahulu kemudian menata kembali pikiran dan mindset kita. Jadi, sejauh apapun kita pergi untuk menyembuhkan luka batin, tetapi kita tidak berusaha menyembuhkan hati terlebih dahulu maka itu hanya akan menjadi sia-sia.

Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.