PESAN CINTA 'TUK BIDADARIKU
Anak bungsu memiliki perjalanan hidup yang unik dan menyenangkan.

Masih terngiang di telingaku tangisan pertamamu. Saat kau lahir ke Dunia.
Karena alasan spiritual, Aku tidak diijinkan menyaksikan kelahiranmu langsung. Sehingga menunggu kelahirannu menjadi sesuatu yang sangat mencekam bagiku. Aku berjalan hilir mudik di Lorong penantian. Meskipun ini adalah kali kedua, namun sekali lagi, aku tidak diperkenankan mendampingi Bundamu melahirkanmu. Karena di ruang sebelah yang juga terbuka, Seorang Ibu juga lagi berjuang untuk melahirkan buah hatinya.
Tiba-tiba terdengar tangisan Bayi yang menyentak diriku dan seorang calon Ayah lainnya. Kami saling berpandangan dan bertanya dalam hati “Buah hati siapakah yang menangis itu? Belum hilang keterkejutan Kami, ada suara teriakan seorang Ibu dan disusul suara Perawat “tenang ya Buuu, Tarik napas, buang pelan-pelan. Tarik lagi, dan seterusnya”. Dua suara itu mampu memberi jawaban bahwa tangisan Bayi itu adalah suara Bidadariku. Alhamdulilaaaaaaah, Allloohu Akbaaar. Teriakku riang.
Aku masih ingat, saat dirimu wisuda TK, badanmu tumbuh bongsor dan cenderung bulat. Kamu senang bermain sendiri, ingin menyelesaikan pekerjaan sendiri, dan bila berebut sesuatu cenderung untuk mengalah. Ada satu hal yang memerlukan sedikit ekstra dalam mengarahkan dirimu, yaitu untuk tersenyum ketika difoto. Kamu selalu berargumen “Ini udah senyum”sambil tersenyum cepat dan ala kadarnya.
Kamu sangat berbeda dengan kakakmu. Kalo kakakmu anak yang sangat sadar Kamera. Ga bisa lihat tustel nganggur, langsung jeprat-jepret. Meskipun dari sepuluh kali ambil, sepuluh-sepuluhnya menghasilkan ekspresi yang sama, foto anak yang lagi NYENGIIIR.
Namun, bila dirimu diajak berfoto. Kamu akan berekspresi sekenanya dan cenderung tidak betah berfoto lama-lama.
Memasuki Sekolah Dasar, Kamu bersekolah di SD Islam Terpadu. Keseharianmu di sekolah, menjadi kebiasaanmu di rumah. Kamu terbiasa berinteraksi sesama Akhwat, dan selalu menjaga jarak dengan Ikhwan. Sehingga ketika dirumahpun, Kamu terlihat risih, ketika Ayah peluk. Dan Kamu selalu menghindar bila Ayah ingin mendekat mencium dan menggandeng tanganmu.
Ada hal yang Kami tidak menyadari akan kelebihanmu. Kamu memiliki telinga yang sangat sensitif. Jangankan berbicara keras, berbisikpun Kamu bisa menyimak dengan akurat.
Saat SMP tiba, Kami sepakat menyekelohkanmu di Sekolah negeri. Tujuannya agar terbangun kepedulian spiritual dan sosial dalam dirimu. Kami berharap Kamu bisa menjadi anak yang mandiri, disiplin dan bermanfaat minimal di lingkungan sekolah.
Pramuka menjadi kegiatan yang mampu merubah dirimu secara signifikan. Kamu menjadi lebih terbuka, punya ketegasan, ada disiplin, memiliki kepekaan sosial yang tinggi dan keinginan untuk mencari teman. Meskipun untuk itu, Kamu harus rela memiliki kulit yang rada hitam, karena setiap kegiatan, selalu berjemur di lapangan.
Masih teringat ketika Ayah beserta Bunda diam-diam melihat Kamu bertanding dan menunggu pengumuman pemenang. Kami sengaja bersembunyi untuk menyaksikan pengumuman, agar Kamu tidak melihat. Ternyata Kami yang dibuat terkejut. Karena tidak menemukan dirimu. Hingga Kami bertanya kepada peserta yang lain.
“Ooooh SMP-4 pak, itu yang mukanya dicoreng-coreng”kata peserta lain.
“Mereka sih juara sejati, kreatif dan pokoknya Tangguh”kata anak tersebut sambil berlalu.
Jambore Nasional yang kamu ikuti di Palembang, menjadi tahapan bagimu untuk melihat dan berjumpa dengan sesama Saudaramu se Nusantara. Kalau Ayah sih pernah Jambore, jadi tahu betul situasi dan kondisinya, sehingga merasa ga perlu mengunjungi dirimu. Tetapi Bundamu, sangat khawatir. Setiap hari pengennya menelepon. Padahal Ayah tahu, tidak setiap saat kamu bisa dihubungi.
Kami perhatikan secara teliti. Ada rasa tidk percaya kamu bisa berdiri tegak dan diam dalam waktu lama. Karena biasanya kalau di rumah Kamu termasuk Anak yang kakinya ga bisa diam. Kalau kakimu dipegang, tanganmu yang akan berbgerak kemana-mana.
Ada saat Kami, Ayah dan Bundamu konflik, karena berbeda keputusan tentang dirimu. Disatu sisi Bundamu setuju kamu ikut lomba pramuka yang terakhir kalinya, disisi lain Ayah tidak setuju karena kamu harus mempersiapkan diri untuk menghadapi Ujian nasional. Kamu kreatif Bidadariku. Kamu berhasil memprovokasi teman-temanmu untuk menghadap Ayah, agar kamu diijinkan bertanding untuk yang terakhir kalinya.
Sekolah Menengah untukmu, sengaja kami pilihkan yang agak jauh dari rumah. Selain bertujuan untuk meningkatkan disiplin mengatur waktu, juga sebagai bahagian membangun spiritmu tumbuh ketika Kau kuliah nanti. Kami menginginkan Kamu kuliah di luar kota, agar mendapatkan pengalaman tentang budaya dan lingkungan yang berbeda.
Tiba saatnya memikirkan harus Kuliah jurusan apa, dengan mengucap Bismillaah Kamu memilih Bisnis. Kami sedikit Kepo dan kamu menjawab ingin menjadi pebisnis. Meski Saya senang, karena punya teman diskusi bisnis dan bisa berbagi ilmu yang Ayah miliki dan bisa join dengan Bunda mengimplementasikan ilmu bisnismu.
Ayah punya pesan Kunci dalam berbisnis, yaitu Networking. Kota Bandung menjadi salah satu barometer Pendidikan. Kamu punya kesempatan memiliki teman-teman yang berasal dari seluruh Indonesia. Banyak organisasi non kampus yang bisa Kamu ikuti, untuk mengembangkan jaringan dan kapabilitas bisnis.
Ketika Kamu memutuskan bergabung di Aiesec hingga mampu menduduki CeO, itu menjadi modal bagimu untuk tumbuh dan berkembang di journey berikutnya.
Alhamdulilaah. Kepak Sayapmu semakin kuat dan cengkeraman kakimu semakin kokoh, terbanglah Bidadariku sejauh mungkin. Warna pelangi Akan Kamu raih dan sebagai bekal menuju perjalanan Akhirat. Keep moving, be the best. Barokalloh.
Cinta Kami,
“Ayah, Bunda, Abang and Ayoe”.
Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.