The Writers Mengguncang Pos Bloc!

The Writers Mengguncang Pos Bloc!
Dua orang yang merasa ganteng

The Writers Book Festival Mengguncang Pos Bloc!

Cerita sedikit tentang Pos Bloc di Pasar Baru, Jakarta, ini disebut Handoko Hendroyono sebagai place making atau cipta ruang. Sebelumnya Handoko juga berhasil membuat MBloc di kawasan Blok M. Pos Bloc dulunya adalah kantor pos, lalu dialihfungsikan menjadi ruang publik, creative hub, tempatnya anak-anaknya muda berkumpul, berkreasi, dan memfasilitasi pegiat UMKM untuk berjuang di situ dengan karyanya.

Dua hari kemarin, 23-24 September 2023, komunitas The Writers mengisi hampir seharian penuh ruang utama Pos Bloc, mulai jam sepuluh pagi sampai tujuh malam. 

Saya datang agak telat, jam sebelas baru dari Jonggol, menerobos macetnya Cibubur, "markir" di jalan tol Jakarta, akhirnya tiba di Pos Bloc baru jam satu siang. 

Dua acara terlewat, untungnya sambil di jalan saya mendengar lewat streaming YouTube. Sesi pertama saya seperti mendengar supporter bola! Ternyata itu teman-teman satu gengnya Chelsea Celesta, yang masih duduk di bangku SMA.

Begitu MC memanggil nama Chelsea, teman-temannya berteriak lantang dari tribun, "CHELSEA! CHELSEA!" ramai sekali. Untung saya terlambat sih, karena saya pendukung Manchester United. Uhuk.

Gadis SMA ini membahas bukunya yang baru saja rilis berjudul Paripurna. Tentu isinya bukan tentang kejadian seputar rapat di gedung DPR, melainkan rapat OSIS. Maaf, bukan juga. Itu adalah kumpulan puisinya. Tahun lalu rasanya Chelsea ini juga promokan buku pertamanya di acara The Writers yang di Pesona Square Depok. Produktif sekali.

Lalu siangnya ada Aris Heru yang membedah bukunya berjudul Bola Bundar Bulat. Membahas Piala Dunia 2022 di Qatar lalu. Banyak sudut pandang diutarakan, kenapa ada penolakan kaum pelangi, pelarangan minuman keras, dan lain-lain. 

Sambil mengisi waktu, band Grateful Joy memainkan nadanya, daripada kosong diisi suara jangkrik, lebih baik bermain musik. Saya yang masih di mobil pun mengetuk-ngetuk klakson yang tidak berbunyi. 

Perwakilan Kompas juga datang bersama editornya. Kesempatan emas untuk berdiskusi, bagaimana karyanya supaya bisa tembus Kompas? Tentu harus membaca arah mata angin. Arah mana yang Kompas suka. 

Semakin sore acara semakin menarik, pengunjung juga makin memenuhi ruang-ruang Pos Bloc. Yang seru adalah, ada pembuat komik Cakrapolis, yang modern, dan Gerdi WK yang gambar komiknya sangat khas Indonesia. Sangat paradoks tipe komiknya. Yang milenial mungkin kurang relate dengan komiknya Gerdi WK. Tapi kalau pernah baca majalah Bobo, di situ ada Oki & Nirmala, nah itu buatan Gerdi WK. 

Pak Gerdi ini membuat ilustrasi untuk bukunya Dedy Vansopi yang berjudul Orang-Orang Tepi Kali. Kalau dilihat gambar ilustrasinya mengingatkan kita ke buku pelajaran sekolah dasar. Khas Indonesia, selaras dengan bukunya yang juga bercerita tentang kehidupan sederhana orang-orang di tepi kali. Ini cerita tanah Jawa, bukan tanah Sumatra. Kalau di Medan pasti intonasinya berubah jadi, "Tepi kalinya kau!" (pinggir banget sih lu!).

Andris Halim membuat Cakrapolis, superhero Indonesia dengan universumnya sendiri. Kalau sekilas kita lihat, mirip komik DC. Tapi celana dalamnya di dalam. Namanya juga celana dalam, masa di luar. 

Pukul tiga sore, Bapak Hilmar Farid dari Dirjen Kebudayaan Kemendikbudristek datang. Ia sangat ditunggu-tunggu, karena itu prasasti sudah lama menunggu bubuhan tanda tangannya. 

Acara makin heboh sebelum magrib! Senior periklanan datang juga ke The Writers Book Festival untuk membedah bukunya. Ralat, kitabnya. Beliau ada Subiakto Priosoedarsono, alias Pak Bi, membawa kitab Bisa Bikin Brand. Acara dipandu oleh Asep Herna, seorang hipnoterapis.

Pak Bi membahas branding marketing selling, mulai dari 1.0 sampai 4.0. Apa itu? Waduh, terlalu panjang, kitabnya saja tebal. Tapi intinya, dunia sudah berubah, UMKM harus melek zaman. Dulu fokusnya ke produk melulu (1.0), sekarang harus mulai menjalin ikatan emosi dengan konsumen (2.0), lalu membuat konsumennya jadi siapa (3.0), dan menggabungkan konsumen tersebut pada kelompok/tribes apa (4.0).

Handoko Hendroyono juga bicara tentang buku yang baru dirilisnya berjudul Place Making, kisahnya dalam membuat MBloc dan Filosofi Kopi.

Acara semakin malam ditutup oleh energi khas Asep Herna yang begitu semangat. Kang Asep ini membahas Hypnotic Copywriting, bukunya yang membahas teknis penulisan copywriting yang bisa menghipnotis. Bahkan saat acara, dipraktikkan langsung! Ada tangan peserta yang masih gemetar usai kena sugesti dari penulis dengan aksen khas sundanya ini. 

Ini baru rekap hari pertama. Keseruan masih berlanjut di hari kedua!

 

 

Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.