Varian Baru Burger

Varian Baru Burger
Credits: Marcel Heil (unsplash.com)

Malam itu, saya dan suami tidak makan di rumah. Tidak ada perayaan. Kami hanya ingin memanfaatkan diskon dari salah satu restauran fast food pada hari itu. 

Kami memiliki menu andalan di restauran itu yang selalu dipesan. Menu burger yang memiliki dua lapis daging patty dilengkapi dengan keju dan sayur-sayuran. Ketika dalam perjalanan menuju restauran, kami sudah memutuskan ingin memesan itu. 

Sesampainya di restauran, saya memesan melalui mesin layar sentuh. Saya sudah hafal di mana letak menu burger itu di mesin ini. Ketika ingin menambahkan pesanan ke dalam keranjang, saya melihat ada varian baru yang ditawarkan dari menu burger andalan kami. 

Varian itu memiliki tambahan bacon sapi di dalam burgernya. Hari itu sedang promo. Varian tersebut memiliki harga yang sama dengan varian yang biasa saya beli. Hmmm.. Tambahan bacon, harga sama. Saya pun beralih memesan menu itu, barangkali ini bisa menjadi varian favorit kami selanjutnya. Saya mengatur pesanannya menjadi dua paket, dilengkapi dengan kentang goreng dan minuman bersoda. 

Pesanan akan diantarkan ke meja jika sudah selesai dibuat. Setelah memesan, saya dan suami mencari tempat duduk. Hari itu cukup ramai dengan pengunjung, pasti karena ada diskon khusus di hari itu. Untungnya, masih ada tempat tersisa untuk kami. Sambil menunggu pesanan datang, saya dan suami ngobrol, bertukar cerita di hari itu. 

Hampir 10 menit berlalu, pramusaji mengantarkan pesanan kami. Obrolan kami terputus. Saya dan suami bergantian untuk cuci tangan. Setelah itu, kami membuka pembungkus burger masing-masing dan mulai menyantapnya. Kami pun melanjutkan obrolan yang terpotong tadi. 

Obrolan terhenti. Saya kembali mengigit burger yang saya pegang. Burger itu sudah habis setengahnya. Kemudian, pandangan saya memperhatikan struk pesanan kami. Saya baru menyadari sesuatu. 

"Burger kita ga ada baconnya ya?" tanya saya ke suami sambil memperlihat isi burger yang saya pegang. 

"Eh iya ya," suami saya pun ternyata baru menyadarinya. 

Tidak terlalu masalah sebenarnya, toh harganya juga sama. Tapi, ada rasa penasaran, bagaimana rasanya burger andalan kami ini kalau ditambah bacon. Akhirnya, suami membawa struk pesanan ke kasir untuk menanyakan tambahan baconnya. 

Tidak lama suami kembali, disusul oleh pramusaji. Pramusaji itu melihat sekilas ke meja kami. 

"Tunggu sebentar ya, Kak," kata pramusaji. Ia kembali ke dapur. 

Kami melanjutkan makan, tetapi kami hanya memakan kentang. Burgernya harus disisakan biar kami masih bisa menikmatinya dengan potongan bacon itu. 

Beberapa menit berlalu, pramusaji itu datang membawa nampan ke arah meja kami.

"Maaf, Kak, tadi pesanannya salah," kata pramusaji itu sambil meletakkan nampannya. 

"Loh, ini dibuatin burger baru mas?" tanya suami. 

Ya, pramusaji itu tidak mengantar tambahan bacon yang seharusnya diselipkan di burger kami. Ia malah mengantar dua burger utuh yang masih terbungkus rapi. Setelah kami bertanya, pramusaji menginfokan kalau ini memang kebijakan dari restauran karena ketidaknyamanan yang ditimbulkan. 

Padahal bagi kami, kejadian ini tidak semengganggu itu. Tapi ya sudah, siapa yang bisa menolak mendapat tambahan burger gratis? Alhasil, makan malam pada hari itu menjadi makan termurah kami di restauran itu. 

 

Epilog

Beberapa bulan kemudian, saya dan suami kembali ke restaurant itu. Ternyata varian baru dari burger itu sudah tidak ada. Hmmm... Apakah banyak kejadian potongan bacon yang tertinggal seperti kami?

Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.