Anda Butuh Waktu, Kami Butuh Uang

Cerpenting Batch 11

Anda Butuh Waktu, Kami Butuh Uang

ANDA BUTUH WAKTU, KAMU BUTUH UANG

 

“Selamat Pagi mas Asril, Sesuai peta yaaaa”. Demikian sapa Ramah abang Driver online dari seberang teleponnya.

“Iya betuuuul, nanti kalo sudah masuk pintu gerbang kompleks bilang aja menjemput pak As di Blok A” pesanku ke Abang Griver online tersebut. Maklum Aku tinggal di komplek Perumahan dan dikenal bukan sebagai Asril, tetapi cukup Pak AS saja.

 

Sambil menunggu Abang Driver, kulanjutkan menulis cerita yang sempat terdistract telepon dari Abang Driver Online. Aku terus asyik menulis, ternyata waktu telah berlalu 30 menit dan Abang penjemput belum ada tanda-tanda nyampe.  Langsung kusambar HPku untUk melihat lokasi Beliau sudah nyampe dimana.

 

“Bang Kok menjauh dari rumah Saya” tanyaku ia telepon.

“Bukannya Bapak berada di Bogor Timur? Jawab si Abang panik.

“Saya sudah mutar-mutar dari tadi dan sudah tanya nama Pak As, ternyata ga ada yang kenal” lanjut si Abang sambil lanjut menyetir.

“Lho koq? Tanyaku sambil melihat kembali ke aplikasi lebih teliti.

“Oalaaaaaaaaah, maaf Saya salah Bang” balik Saya yang panik.

“Kok Bisa Salah yaaaaa?”tanyaku dalam hati.

“Ya udah Saya Cancel dan Saya bayar ya Bang” kataku.

 

Pelajaran berharga. Orang seusiaku memang bukan generasi multitasking, jadi jangan sok-sok an bekerja secara paralel dengan waktu bersamaan. Begini nih akibatnya. Kali ini Aku pesan Online secara sadar-sesadarnya dan abang Driver online berhasil menjemput Saya sesuai alamat.

 

Hari ini Aku berencana ke Bandar Halim, karena ada pekerjaan di Luar Kota. Sudah 6 bulan lebih Aku tidak menginjakkan kaki ke Bandara Halim. Padahal biasanya hampir setiap Minggu Aku terbang berpindah-pindah Kota untuk urusan training. Aku sedikit grogi untuk keberangkatan kali ini. Bukan apa-apa, Aku harus mengikuti protocol Covid 19 dan Aku belun tahu apakah lolos atau tidak.

 

Sejak keluar komplek Perumahan, mobil melaju kencang dan sesekali Abang Driver mengerem secara tiba-tiba. Saat melindas polisi tidurpun tidak ada rem yang lembut, mobil melewati rintangan tersebut sedikit terbang dan membuat tas tangankupun ikut terbang.

 

“Pelan-pelan aja Bang, ga’buru-buru kok” kataku memulai percakapan.

“oh iya Siaaap Pak”jawabnya singkat.

“Sudah lama jadi driver online, Bang” tanyaku penasaran.

“Sudah masuk tahun ke enam Pak” katanya.

“Ooooooh, lama juga yaaaa!

“Berarti udah sangat pengalaman dong, udah sangat menguasai wilayah Bogor dan Jakarta” Aku sedikit menyelidiki.

“ya gitulah Pak, sedikit pengalaman” jawabnya.

 

Saat tiba di perempatan dan posisi Lampu Traffic light Merah, tetapi mobil belum ada tanda-tanda untuk mengurangi kecepatan. Dannnnn Ciiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiit, suara rem mobil berdecit dan hanya berjarak 10 Cm di belakang sebuah mobil mewah, Mobil Kami berhenti. Aku pura-pura tidak melihat dan memalingkan pandanganku ke arah luar mobil. Pandangan tajam seakan marah ditunjukkan para pengendera sepeda motor ke arah Kami berdua.  

 

Peristiwa demi peristiwa Aku alami selama diperjalanan. Jarak tempuh yang tidak terlalu jauh itu sangat menyiksa diriku. Bayangkan, Aku harus ikut mengerem ketika mobil harus mengurangi kecepatan karena di depan ada kemacetan. Aku harus ikut melompat-lompat akibat mobil harus melintasi peredam kecepatan yang dibuat oleh jasa Marga untuk mobil yang ngebut lewat bahu jalan.

 

AC Mobil yang dingin ini tidak mampu menahan keringatku untuk bercucuran, karena rasa takut, gelisah dan beragam perasaan yang ada dilubuk hatiku. Sebenarnya Aku ingin menumpahkan segala kekesalan hatiku pada Si Abang Driver ini, tetapi sengaja kutahan untuk mencari tahu kenapa Dia mengenderai mobil seperti ini.

 

“Sebelum jadi Driver online, kerjaannya apa bang?” tanyaku memecah kesunyian.

“Saya sebelumnya supir angkot pak” katanya polos.

“Oooooooh”sahutku.

“Biasa kejar setoran ya bang” tanyaku

“Betul Pak, Saya terbiasa bawa kenderaan seperti ini. Maklumlah dari dulu hingga sekarang tetap kejar setoran” katanya dengan penuh percaya diri.

“Tapi kalo sekarang kan penumpangnya berbeda Bang!” kataku sedikit meninggikan intonasi.

“Prinsipnya sama aja pak” jawabnya ngotot.

“Maksudnya gimana Bang” kataku sedikit penasaran.

“Anda butuh waktu, Kami butuh Uang” katanya berfilosofi.

“Istilah darimana itu bang” aku kepoin.

“Istilah Kita-kita sesama Driver” jawabnya ringan.

“Terus, ga penting kenyaman ato keselamatan penumpang” kataku meninggi.

“Ya ampyuuuuuuuuun, hari giniiiii. Bayar seadanyaaa minta selamat”katanya sambil tertawa garing.

 

 

 

 

Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.