Ah, Kita Memang Udah Gak Cocok Lagi

Ah, Kita Memang Udah Gak Cocok Lagi
cristabellrusi

 

Gw lagi (masih) baca buku Mindset. Buku ini menarik banget buat gw dan kasih insight2 yang baru dan membuka pikiran lebih luas lagi. 

Pada dasarnya buku ini cerita bahwa di dunia ini ada 2 jenis mindset, mindset tetap (fixed mindset) dan mindset tumbuh (growth mindset).

Sejauh yang gw baca sampai sekarang, gw belajar bahwa salah satu perbedaan besar antara kedua mindset ini adalah cara mereka memandang usaha dan pembelajaran.

Mindset tetap mengagungkan bakat, sifat bawaan, hasil, dan mengaitkan usaha dan pembelajaran sebagai kurangnya kemampuan dan (malah) merendahkan citra diri.

Mindset tumbuh, sebaliknya, percaya pada usaha dan pembelajaran. Mereka memandang usaha dan pembelajaran sebagai sesuatu yang mengembangkan diri mereka dan akan membangun citra diri.

Dan ini berlaku di semua aspek hidup. Seseorang bisa punya mindset tetap di satu aspek hidupnya, sekaligus bermindset tumbuh di aspek hidup yg lain. Tergantung pengalaman, memori, pengetahuan.

Ada orang yang bermindset tumbuh di finansial, mau berusaha, mau belajar demi mencapai tujuannya, tapi mungkin orang yang sama ini bermindset tetap di hubungan misalnya. Atau bermindset tetap di aspek pengembangan diri, tapi bermindset tumbuh di aspek spiritual. Bisa macem-macem kombinasinya.

Tadinya gw pikir buku Mindset ini cuma soal mindset di kerjaan, bisnis, dan seputar itu, tapi Ary kasi tau gw bahwa yang dibahas ternyata lengkap soal aspek-aspek hidup yang lain juga ada, termasuk soal hubungan. Pinter yah dia promo buku ke bininya. Hehe..

Gara-gara buku ini gw baru tau bahwa dalam membangun hubungan dengan pasangan ternyata juga perlu pake mindset tumbuh. Kalo pake mindset tetap, yang ada kita akan cenderung sering merasa pasangan kita mungkin bukan orang yang tepat buat kita, terutama saat ada masalah atau perbedaan.

Beda pendapat, beda visi, beda gaya, beda kepribadian dan beda-beda yang lain. Padahal, gak mungkin juga kita dan pasangan kita sama persis. 

Ada tiga aspek yang terlibat dalam suatu hubungan, yaitu "aku", "kamu", dan "hubungan".
Aku seperti apa? Apakah aku bisa berproses untuk jadi lebih baik?
Kamu seperti apa? Apakah kamu bisa berproses untuk jadi lebih baik?
Hubungan kita seperti apa? Apakah hubungan kita bisa berproses untuk jadi lebih baik?

Jawaban ketiga pertanyaan itu bisa membuat kita mereview apakah kita punya mindset tumbuh untuk "aku", "kamu", dan "hubungan".

Kalo mindset tetap dipake di hubungan dan hubungan tersebut pas lagi nyampe tahap gak cocok, gak nyambung, maka yg biasanya sering keluar adalah statement, "Kita kayanya udah beda sekarang. Mungkin kita emang gak cocok lagi. Mungkin kita emang bukan pasangan yang tepat."

Mindset tetap bikin orang berpikir bahwa kalau hubungan itu perlu usaha untuk berjalan baik, maka sebenernya hubungan itu gak cocok.
Karena kalau cocok, ya cocok aja dong, gak usah pake usaha.
Chemistry ceunah..
Padahal gak gitu cara kerjanya.

Tapi kalo pake mindset tumbuh untuk hubungan, kita jadi mikir sebaliknya, bahwa usaha itu memang diperlukan untuk membangun segala sesuatu, termasuk hubungan untuk bisa berjalan seperti yang kita inginkan.

Maka kalo mindset tetap bikin orang ngomong, "Kita udah gak cocok. Hubungan kita gak akan bisa jalan," sedangkan dengan mindset tumbuh orang akan bisa bilang, "Saat ini kita lagi gak cocok. Apa yang bisa kita lakukan untuk membuat hubungan ini berjalan baik seperti yang kita inginkan?"

Gw udah pernah melihat ada pasangan berpisah bukan karena gak cinta lagi, tapi karena gak bisa lagi melihat visi bahwa hubungan mereka bisa berjalan baik. 
Dan seringkali ekspektasi bahwa pasangan dan pernikahan akan membuat mereka bahagia dan lebih penuh yang membuat lebih kecewa.
Lupa bahwa bahagia itu dari dalam diri sendiri. 
Pencarian dan pengharapan keluar seringkali malah menambah luka dan berakhir dengan kekosongan lagi. 
Terus mencari yang cocok, yang sempurna.

Intinya, gak ada orang yang bisa bener-bener cocok sama kita.
Gak ada hubungan yang gak diapa-apain jalan mulus terus.
Secocok-cocoknya orang sama kita, tetep akan ada satu dua tiga empat hal yang beda dan gak nyambung.

Memilih pasangan adalah memilih serangkaian persoalan yang bisa kita hadapi.
Memilih pasangan dengan kekurangan yang masih masuk batas toleransi kita, kayanya itu yang gw lakukan dulu.
Tapi ternyata seiring perjalanan, bahkan ada hal-hal yang dulunya membuat pasangan menarik bagi kita, malah jadi hal yang menyebalkan. Wkwkwkwk..

Maka akhirnya, ketika kita sudah meyakini pasangan kita adalah yang terbaik bagi kita dengan segala kelebihan dan kekurangannya, sudah berkomitmen sehidup semati, gw pikir saling belajar, bertumbuh bersama, dan sama-sama terus berusaha membangun cinta adalah satu-satunya cara untuk membuat hubungan itu bisa terasa bagai surga di dunia.

Begitu katanya.. ????????

Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.