Aku dan mainan perahu

“Jika seandainya aku punya mainan itu, itu pasti keren” suara salah satu bocah yang sembari menunjuk-nunjuk tangannya.
Aku ingat, sore itu aku dan ibu sedang berjalan menuju rumah, sampai langkahku terhenti oleh keramaian anak-anak di depan toko mainan. Sentak mataku ikut melirik ke arah tangan bocah itu menunjuk. Sebuah kapal remot kontrol yang dipajang di depan toko. Tanpa sadar aku melangkah masuk dan berbaur dengan anak-anak tersebut. Mengucapkan hal yang sama dan membayangkan kalo mainan itu ada di tanganku.
Desainnya yang begitu bagus, bisa dimainkan di atas air dan dengan adanya remot, tentu bisa mengemudikannya kemana pun. Hampir semua anak membicarakan Mainan remot kontrol itu, karena sangat tren pada saat itu.
“Doni, Doni! Ayo kita pulang sayang. Masakan di rumah udah nungguin” Ibuku memanggilku dari kejauhan lalu menghampiriku.
Aku bisa melihat ibuku dari pantulan kaca toko, sayangnya, aku tak merespon. mataku tetap tertuju pada mainan itu, Seakan tak mendengar apapun.
“Kamu lagi liat apa?” Ibuku bertanya
Mendengar hal itu, aku langsung mengarahkan jari ke kapal tersebut. Ibuku melihatnya, tak lama ibu melirikan matanya ke bawah. Sebuah kertas yang bertuliskan angka-angka yang banyak, sampai ibu hanya bisa berdiri diam.
“Apa aku bisa punya mainan itu?” giliranku yang bertanya.
Ibu diam sesaat “nanti ya, kalo ibu ada uangnya”
Kemudian ibu mengambil tanganku dan membawaku menjauh dari toko. Aku hanya bisa menengok dan melihat sampai toko itu benar-benar hilang dari mataku.
Aku tau kalo ibu tidak bisa membelinya. Melihat wajah yang diam tadi, merupakan jawaban sebenarnya dari pertanyaanku.
Ibuku adalah seorang kuli cuci biasa, dengan penghasilan yang rendah, Ibu membesarkanku seorang diri. Setiap pagi membuatkanku sarapan kemudian mengantarku ke sekolah SD. Aku dibesarkan tanpa seorang ayah. Ibu bilang, ayah pergi berlayar ke tempat yang sangat jauh dan hanya tuhan yang tau dimana tempatnya. Tapi aku tau maksudnya.
Di sekolah semua anak laki-laki membicarakan tentang kapal remot kontrol. Kemudian sepulang sekolah aku kembali melewati jalan yang sama. Mampir dan memperhatikan kapal tersebut. Kapal itu masih tetap bersinar di mataku, membayangkan kapal itu bisa segera kumainkan. Hari-hari berikutnya pun terlihat sama, aku kembali melewati toko mainan, sambil sesekali berhenti dan melihat. Namun kali ini aku membawa uang yan kutabung, aku menghitungnya tapi masih tetap kurang. Dalam pikiranku, mungkin hanya sebagian anak yang beruntung yang bisa memainkan mainan itu.
Tak lama kemudian, seorang bocah memegang sebuah kardus besar keluar dengan diikuti pria di belakangnya. Ia salah satu temanku di sekolah dan ayahnya. Tampaknya mereka telah membeli kapal remot kontrol tersebut.
“Hai Fredi, kamu abis beli apa? gede banget” Aku menghampiri untuk memastikannya.
“Beli kapal remot kontrol dong, kan lagi ngetren” Balasnya sambil memamerkan kardusnya.
“Wuiihhhhh warna merah, keren banget.” aku yang ikut senang mendengarnya.
“iya dong, abis ini langsung segeran dimainin. Paling main di sungai deket rumah!” ia sambil berlagak sombong.
“Kalogitu aku ikut ya? Bolehkan?” ajakku sambil menatapnya.
“Boleh, tapi cuman liat aja ya!” ia berkata sambil tersenyum.
Setelah kami segera pergi ke tepi sungai, sementara Fredi dan ayahnya sibuk memasang batre. Aku sibuk melihat-lihat kardus tersebut, dan membaca buku panduannya. Selesai memasang dan mempersiapkan, kapal itu segera meluncur di atas air. Terlihat Fredi sangat bersemangat memaikannya, aku juga tidak kalah heboh, meloncat-loncat sambil berteriak.
Kapal itu melaju sangat pelan dan berbunyi karena gerakan baling-baling yang ada di bawah perahu.
“Dia bener-bener jalan!” Teriakku dengan semangat.
Padahal aku hanya melihat orang lain bermain, tapi sudah merasa asik sendiri. Serasa seperti aku yang sedang memainkannya. Kemudian sesekali kapal itu berpindah tangan ke tangan ayah Fredi. Kapal itu bergerak cepat jika ayah Fredi yang memainkan, namun berjalan pelan dan kaku jika dimainkan oleh Fredi sendiri.
Sesuai perintahnya tadi, aku hanya melihat dan tidak menyentuhnya sekali pun. Jujur aku sangat iri, ia bisa dibelikan mainan seperti itu oleh ayahnya. Ditambah harganya yang masih sangat mahal, rasanya butuh 2 tahun untuk menabungnya. Jadi aku takut, sebab jika aku yang memaikan, aku takut kapal itu akan menabrak sesuatu lalu rusak.
Hari-hari berikutnya aku tetap melakukan hal yang sama. Menyisihkan uang jajan dan pergi ke toko untuk melihat mainan itu. Setelah itu, aku langsung bermain dengan teman-temanku. Dan kini hampir semua temanku sudah punya mainan tersebut. Meski sesekali aku membuat perahu kertas untuk bisa berbaur dengan teman-temanku yang lain.
Hari terus berlanjut, dan akhirnya aku membeli perahu mainan kaleng untuk bisa memainkannya, tapi rasanya tetap berbeda dari mainan remot kontrol yang canggih. Karena mainan tersebut sudah habis dan tidak lagi dipajang di toko mainan. Katanya mainan itu sudah tidak diproduksi lagi.
Sabar tapi pasti, kini aku sudah membelinya. Aku langsung membukanya dan mengangkatnya, Kapal itu melayang-layang di atas tanganku. Sampai kemudian mendarat di tangan bocah kecil.
“Ini untukmu, selamat ulang tahun Ali” Aku mengucapkan riang sambil memberinya sebuah mainan kapal.
Anakku yang sedang menunjuk-nunjuk tanganya ke sebuah iklan di TV terkejut ketika aku memberinya sebuah mainan yang hampir sama dengan yang diinginkannya, tapi intinya kapal remot kontrol.
“Yeayyy! Terima kasih ayah! Ini keren bangettt” Jeritnya nyaring sambil meloncat-loncat di atas sofa.
“Ih itukan kapal mainan yang sering di mainin sama anak laki-laki waktu SD bukan? Tau ga si dulu heboh banget sama kapal ini!” Istriku yang berada di sofa sebelah ikut terkejut dan merasa nostalgia ketika melihat mainan tersebut.
“Iya bener!” aku membalas dengan sangat semangat.
Anakku selalu menginginkan kapal mainan tersebut, setiap kali ada iklan itu di TV selalu menunjuk-nujuknya sambil berkata ‘Jika seandainya aku punya mainan itu, itu pasti keren’. Karena itu, aku mencarinya di Shopee, dengan ribuan barang dan berbagai macam produk di sana. Jadi saya bisa gampang banget nemuin mainannya.
Selain mainan, saya juga membeli bermacam pakaian dan berbagai produk alat rumah tangga lain di sana. Metode pembayaran juga gampang, bisa dari mini market terdekat atau langsung dari kartu ATM. Mau dapet cashback sama gratis ongkir? Bisa! Langsung pake ShopeePay.
Di Shopee bisa langsung bayar tagihan listrik, air, pulsa. Dan banyak juga brand official di sana, jadi terpercaya banget dan aman. Kita juga bisa buka toko sendiri. Cuman duduk dan klik, kita bisa langsung beli tanpa harus keluar rumah, enak banget kan?
Yuk langsung kunjungi websitenya atau download Shopee HP mu. mencari, berbelanja, dan berjualan langsung di HP aja.
Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.