Belajar Sedikit dari Ria Ricis

Belajar Sedikit dari Ria Ricis
Image by youtube

Dulu cita-cita anak saat ditanya oleh orang tua atau gurunya, tidak akan jauh dari dokter, polisi dan tentara.

Doktrin yang diberikan oleh setiap orang tua bahwa kalau sudah besar jadi polisi, tentara atau dokter kehidupan atau masa depannya akan terjamin.

 

Walau penyanyi atau pemain drama sudah ada dari zaman dulu, namun sangat jarang jawaban anak-anak untuk cita-cita ingin menjadi artis atau pekerja seni saat mereka dewasa nanti.

 

Namun keadaan itu sedikit bergeser, saat ini cita-cita seorang anak berubah menjadi apa saja yang penting uangnya banyak.

 

Tahun 2005, muncul sebuah platform video yang bernama Youtube.

Melalui platform ini pengguna dapat menikmati berbagai video sekaligus menggunggah video mereka sendiri agar bisa dinikmati oleh orang banyak.

 

Awal adanya platform ini saya dan mungkin sebagian orang tidak tahu kalau suatu saat dapat menjadi mata pencaharian yang bahkan penghasilannya melebihi pengusaha sekalipun jika viewers videonya berjuta-juta.

 

Saat ini hampir seluruh pengguna handphone menikmati video di youtube, berdasarkan inormasi dari survey yang telah dilakukan oleh APJII (Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indoneisa) pengguna internet yang menonton video cukup tinggi yaitu 69%.  

Dari mulai penikmat kuliner, tutorial make up, flashback lagu-lagu jaman dulu sampai ke video prank yang lebih banyak mudaratnya daripada manfaatnya.

 

Coba saja dibuat daftar video prank, video mana yang berikan manfaat?.

 

Herannya lagi semaki tengil videonya malah semakin viral dan pelakunya alias yoitubernya semakin berbangga hati karena yang dikejar oleh dia hanya subscriber, keviralannya dan rupiah yang akan dia peroleh.

 

Sebut saja video salah satu keluarga Halilintar yang sempat heboh dengan adegan sobek uang kertas seratus ribuannya, lalu video kolaborasi Gritte Agatha dan Indira Calista yang menyatakan bahwa betapa tidak nyamannya mengunakan masker saat kondisi Indonesi masih pandemi corona seperti sekarang ini dan yang lebih parah lagi adalah video prank Ferdian Paleka yang memberikan “sembako” berisi sampah saat bulan puasa.


Dan untuk video terakhir ini, Ferdian Paleka termasuk berani dalam hal mengelabui Polisi, perlu beberapa hari sampai akhirnya Ferdian Paleka ditangkap di KM 19 Tol Merak Jakarta, lalu  harus merasakan masuk penjara walau hanya beberapa hari saja dan tudak lama dari penangkapannya, tuntutan dari korban dicabut dan akhirnya Ferdian bebas bahkan disambut oleh Wakil Bupati Bandung Gun Gun Gunawan, Ferdian “bebas” dan dinyatakan sebagai anak muda berbakat. Wow keren.

 

Pertanyaannya adalah apakah para youtuber ini paham, bahwa video mereka ditonton oleh orang banyak, bahwa video mereka memberikan kontribusi untuk dinikmati lalu diikuti tingkah lakunya dan apakah mereka sadar penikmat video bukan saja dari kalangan dewasa yang sudah bisa membedakan video mana yang bisa dinikmati dan dicontoh serta video mana yang masuk kategori tong sampah?.

 

Sebetulnya apakah Youtube sendiri punya filter atau tidak untuk menampilkan video mana yang layak tayang atau tidak?.

 

Atau Youtube akan melakukan takedown video bila ada report dari penggunanya?.

 

Buktinya seperti video “Aku bukan Boneka” Kekeyi, sempat menjadi trending video dalam satu hari lalu karena ada indikasi penjiplakan maka video segera di take down, tak berapa lama muncul kembali setelah ditelusuri bahwa tidak ada kesamaan isi video atau lirik dengan lagu “Aku Bukan Boneka” Rini Idol, rupanya yang melaporkan video ini adalah salah satu hatersnya Kekeyi. Dasar nasib Kekeyi, saat ini sedang ramai pula diperbincangkan oleh anaknya Papa T Bob, yang notabene raja pencipta lagu anak pada jamannya. Bagaimana kelanjutannya?. Kita lihat saja nanti.

 

Sebaiknya sebagai seorang youtuber harus menyadari bahwa mereka tak ubahnya seorang public figure, segala hal yang mereka upload akan dinikmati sekaligus dicontoh oleh beberapa bagian penontonnya.

 

Maka dari itu alangkah lebih bijak bila mereka tak saja fokus pada jumlah viewers, subcribers atau nilai rupiah yang akan mereka dapatkan.

 

Mereka harus menyadari bahwa content yang mereka sampaikan harus bermanfaat, membuat penggunanya dapat berkata, oh ini toh yang selama ini kita tidak tahu” bukan malah “weis asik nih, kita cobain yuk siapa tahu viral”.

 

Dan sebagai youtuber tingkah lakunya pun harus diperhatikan. Tidak bisa lagi seenak jidat saat mereka membuat content.

 

Hari ini muncul lagi berita dari youtuber yang digadang-gadang sebagai ratu Youtuber Indonesia tahun lalu.

Siapa lagi kalu bukan Ria Ricis.

 

Tak seheboh berita sebelumya, tapi cukup menggelitik untuk kita ikut berkomentar.
 

Ria Ricis kena tilang, dengan alasan sedang syuting, Ria Ricis minta untuk tidak ditilang.

“Pak, jangan ditilang saya sedang syuting, saya youtuber.”

 

Oke, stop di sini. Mari kita cermati!.

 
Berita yang muncul dan langsung dikonsumsi adalah Ria Ricis tidak mau ditilang karena dia youtuber.

So, ramai-ramailah netizen mengeluarkan hujatannya.

Salah satunya comment yang dapay kita temukan di unggahan videonya
“Woi ini negara hukum, yang salah ya tetap salah”

 

Bila kita tonton dulu videonya di youtube sampai selesai, video ini tidak seperti video Ferdian Paleka atau mengundang kontroversi.

 

Jika sebelumnya Ria Ricis digugat tetannganya karena membuat keramaian saat yang lain stay at home, kali ini video yang disampaikan lebih ke edukasi.
Memang pengemasan yang ditampilkan seakan ingin menuai kontroversi, mungkin itu salah satu trik dari Ria Ricis Official agar videonya bikin emosi jiwa lalu orang ramai-ramai tonton.

 

Maka anda sebagai penikmat video Youtube butuh keterampilan juga lo biar masuk ke dalam kategori smart people.

Jangan mentang-mentang hanya penikmat maka boleh seenak udel koreksi video orang lantas anda sendiri belum tahu akar masalahya ada di mana.

 

Memang perlu diakui terkadang Ria Ricis kalau bikin content suka bikin gemas, gemas untuk nyinyir . Terkadang pula memang tidak mendidik, atau niatnya mengedukasi tapi yang lebih menonjol malah yang “kelirunya”.

 

Mengikuti tingkah laku para youtuber ada kalanya membuat elus dada, apalagi buat para orang tua yang anakya menjadi salah satu fans mereka.

 

Di sini peran kita. Sebagai viewers harus pintar juga menilai isi videonya. Perhatikan dengan baik secara keseluruhan, ya youtubernya, ya contentnya, ya dampaknya. Semuanya.

 

Jangan sungkan report video jika sekiranya video tersebut bersifat hoax, mengganggu atau bahkan membahayakan viewernya khususnya untuk anak-anak.

 

Cara reportnya mudah sekali. Anda tinggal masuk saja ke channel yang anda maksud di youtube lalu klik button tiga titik di bawah video lalu klik report dan selanjutnya pilih alasan anda melaporkan video tersebut, klik next.

 

Melihat dari kasus Kekeyi sih, respon dari Youtube termasuk fast respon.

 

Hentikan kebiasaan menghujat bila hanya bermaksud menghabisi hajat hidup orang. Tapi jika memang sudah masuk kategori tak layak, tugas anda untuk review atau report jelas sangat diperlukan.

Tapi ingat review atau report jangan cuma karena ingin ikut viral, base on video yang kamu hujat.

Itu sih sama saja bohong, sama-sama memiliki maksud tak baik. Daripada menghujat, lebih baik buat video yang bermanfaat. ​

 

Masih banyak tema kehidupan yang bisa diangkat untuk kita saling berbagi ilmu. Saya, kamu dan Indonesia akan semakin kaya bila sumber daya berdaya upaya membuat indah dunia.

 

Bijak dan berakhlak, berdiri tegak tanpa harus berteriak.

 

#Bandung, 15 Juni 2020

 

 

 

 

 

 

Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.