REVIEW FILM QODRAT: SPESIAL EFEK RASA HOLLYWOOD, CERITA RASA KEARIFAN LOKAL
Pencampuran constantine, the exorcist, the raid dan hereditary, keren!
Mulai 27 Okt 2022 ini (khamis) telah tayang sebuah film horor-action berjudul Qodrat. Buat saya, ini bukanlah sebagaimana film horor pada umumnya. Film Qodrat menawarkan pencapaian teknis dan ekstetika yang bisa dibilang setara dengan film-film besutan Hollywood bahkan khas dengan elemen kearifan lokalnya. Saat premierenya-pun berbagai review positif telah berseliweran tentang film ini termasuk dari salah satu channel youtube yang dikenal sangat pedas dalam me-review film-film horor Indonesia, Qodrat justru mendapat banyak pujian dan nilai yang bagus. Bahkan di hari penayangan perdananya, Qodrat berhasil membukukan penjualan seratus ribu lebih tiket penonton yang membuat pihak 21 segera melakukan penambahan jumlah layar.
Hal menarik apa yang bisa kalian temukan dalam film ini? Ga usah tunggu lama, sebab dari awal film kalian akan disajikan pengalaman sinematik seolah seperti pengalaman menonton film digabungkan dengan POV kita saat memakai alat Virtual Reality. Kita dibawa masuk ke dalam POV tokoh utama yang diperankan dengan sangat apik dan kelam oleh Vino G Bastian, sebuah capaian akting berani beliau dalam merambah genre yang berbeda lagi. Rasakan dan lihat bagaimana seru bahkan bahayanya proses Ustad Qodrat meruqyah anaknya sendiri dan itu semua dari 1'st POV serta seamless cut. Tepuk tangan untuk tim efek, kamera, sutradara, editing dan lainnya.
Kita benar-benar merasakan diri kita sebagai Ust. Qodrat. Jika kalian pikir bahwa penggunaan ini hanya untuk keren-kerenan saja, salah besar! Buat saya pemilihan yang dilakukan sutradara Charles Gozali lewat POV Ust.Qodrat ini sangat tepat, kenapa? Karena pengalaman ruqyah ini akan jadi pengalaman paling personal bagi Ust.Qodrat bahkan traumatis, karenanya treatment seperti ini hadir secara tepat.
Hal berikutnya yang menurut saya menarik adalah set dan color grading. Pemilihan era, landscape area pedesaan dan pewarnaan yang cenderung pucat, menambah kesan terpencil, gersang, kelam dan pahit yang ada di desa ini. Elemen-elemen ini dipadu apik sehingga menghadirkan kesegaran tersendiri bagi mata kita yang diberi alternatif set, alam dan pewarnaan berbeda dari film-film horor lainnya.
Berikutnya adalah jajaran pemain-pemain cilik dan remaja yang ternyata bisa mengimbangi para pemain senior. Sebut saja gadis dalam pasungan yang memberi kengerian lewat permainan senyum dan tatap kerasukannya, merinding gila! Belum lagi Alif di awal scene-anak Ust.Qodrat, Alif kedua dan Kakak perempuannya. Meski mereka masih baru tapi rasa ketergangguan dan keresahan selalu dibawa oleh tokoh mereka dengan baik sepanjang film apalagi shifting dari sebelum dan sesudah kerasukannya. Salute!
Chemistry sangat baik juga dihadirkan oleh Vino-Marsha, meski di awal peran Marsha hadir sebagai sosok ibu yang cemas dan lemah tapi setelah paruh kedua film, semua dibayar dengan ledakan aksi seram yang menteror tanpa henti dari sang tokoh ibu. Lihat saja bagaimana Marsha menjaga mikro ekspresinya sehingga terasa kaku, tajam dan keras sehingga kontras dengan dirinya saat sebelum kerasukan. Sementara Vino konsisten menjaga keraguan dan rasa traumatis dalam dirinya. Dua karakter ini bertemu dengan pertarungan yang bukan saja soal fisik tapi juga pertentangan sejarah kelam keduanya. Bahkan di sebuah scene perdamaian Ust.Qodrat dan Alif yang telah almarhum, seolah mengulang adegan Vino sebagai bapak Dodo di Miracle No 7 hanya dalam bentuk horor. Sedih sih, mau nangis sih tapi.. masih horor nih .
Kehadiran Randy Pangalila, Whani Darmawan, Pritt Timoty, Agla Artalidia, Cecep Arif Rahman serta pemain lainnya sanggup mempertebal cerita dan kelamnya film ini sendiri. Mereka bisa memberi tekanan-tekanan tersendiri bagi problem tokoh utama.
Dan tibalah pada puncaknya, adegan final battle Ust.Qodrat telah memberikan definisi segar atau baru bagi genre horor Indonesia. Charles Gozali sang sutradara menyalurkan passion dan energinya pada adegan action yang dihadirkan dengan koreografi pertarungan bak komik-komik superhero namun tetap terasa intens, seram dan menggebu-gebu.
Sudah lupakan harga tiket di tangan kalian, karena apa yang disajikan sangatlah worth it bahkan lebih, tak akan rugi! Adrenalin kita dipacu tanpa henti namun dengan suguhan spesial efek dan koreo rapi dipadu ekstremnya pergerakan kamera. Dahsyat!
Jadi bila akhir bulan ini kalian ingin mencari sensasi tontonan yang membuat kalian keluar dari bioskop dengan rasa takjub dan kagum, film Qodrat bisa jadi pilihan yang tepat! Ingat, tak selamanya film bertema religi itu terasa kuno, Qodrat membawa film ini pada level yang sangat baik bahkan Ustad Qodrat saya juluki ustad anti mainstream. Tampilannya casual tapi hatinya siap menolong yang membutuhkan, berani menentang kelemahan terbesarnya sendiri untuk mengalahkan kejahatan tersistem di sekelilingnya meski sendirian. Berjuanglah Ustad Qodrat!
Note: Scene potong kue menjadi memorable scene terlebih tokoh bapak dengan smirky smile-nya. Mau tau kayak gimana? Nonton yah dan bareng-bareng nontonnya, takutnya kalo sendirian kalian bakal kesurupan. #kidding.
Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.