Kenapa sih Orang Sulit Berubah?

Kenapa sih Orang Sulit Berubah?
Sudah menjadi kebiasaan di masyarakat saat melihat dan mendengar aib, lantas langsung mengomentari aib tersebut dengan membuat kelompok diskusi darurat alias gosip.
Jika dulu kelompok diskusi darurat baru bisa dibuka pagi hari saat berbelanja bahan dapur di abang sayur komplek. Maka sekarang, sedetik pasca aib itu diketahui dan dibaui keberadaannya diskusi bisa langsung dibuka lewat fitur whatsapp grup.
Seketika, beragam komentar bermunculan saat aib dilemparkan ke forum, mulai dari komentar alim yang berusaha mengajak warga grup untuk husnudzon dengan berita yang dianggap aib sampai komentar meninggikan diri sendiri dan merendahkan yang didiskusikan. Tak heran komparasi adu nasib seperti “kalo aku gak bakal gitu walau hidupku gini” bermunculan yang endingnya tetap memojokkan pelaku aib.
Menggunjing pelaku artinya memperlambat sadar pelaku
Selain hidup sebagai warga negara yang memiliki hukum positif, kita juga hidup dalam masyarakat yang memiliki hukum sosial. Digunjingi adalah salah satu bentuk sanksi sosial yang akan didapatkan oleh pelaku aib jika melakukan tindakan yang tak bersesuaian dengan norma dan etika masyarakat.
Katanya dengan digunjingi pelaku akan cepat sadar dan tidak mengulangi kesalahan yang sama di tengah masyarakat. Namun pertanyaannya, apakah benar pelaku akan sadar setelah digunjingi?
Ternyata hal ini dibahas oleh Ust Mohammad Fauzil Adhim dalam bukunya "Disebabkan oleh Cinta Kupercayakan Rumahku Padamu". Dalam bukunya beliau menyampaikan bahwa ketika keburukan seseorang tersebar luas, maka yang bersangkutan akan sulit melakukan perubahan ke arah yang lebih baik. Kenapa? Karena prasangka buruk masyarakat kepada pelaku ini energinya lebih besar berbanding energi pelaku yang ingin bertahap berubah ke arah yang baik.
Lihat saja disekitar kita, saat ada istri yang suaminya pernah kedapatan nyopet karena butuh uang untuk membeli beras pasti akan jadi bahan gunjingan seumur hidup. Walau hukuman pidana sudah dijalankan suaminya, walau suaminya sudah bertekad melakukan perubahan masyarakat tetap melabeli “copet” dan tetap bisik-bisik kanan kiri. Akhirnya suami merasa gagal, malu, tak punya masa depan dan melakukan kembali aksi nyopet karena ia berpikir sudah dianggap rusak oleh masyarakat.
Islam Melarang Kita Mengumbar Aib Sendiri dan Aib Orang Lain
Jika malaikat diciptakan Allah tanpa hawa nafsu. Maka Allah menciptakan manusia sepaket dengan hawa nafsu. Artinya manusia tak akan luput dari yang namanya dosa dan khilaf (kesalahan). Namun, begitu indah dan tingginya akhlak dalam Islam. Saat kita melakukan kesalahan maka kesalahan itu tak boleh kita ceritakan kepada orang lain. Simpan dan rahasiakanlah rapat-rapat kesalahan kita tersebut.
Sebuah hadis berbunyi
Setiap umatku akan mendapatkan ampunan dari Allah kecuali Al-Mujahir, yaitu semisal ada seorang laki-laki yang mengerjakan perbuatan buruk pada malam hari, kemudian ia menjumpai waktu subuh dan Allah telah menutupi aibnya, lalu laki-laki tersebut mengatakan, “Wahai Fulan, aku telah mengerjakan sebuah perbuatan buruk ini dan itu!” Maka itulah orang yang malamnya Allah telah menutup aibnya, lalu ia membuka aibnya sendiri (HR. Bukhari no. 6069).
Dari redaksi hadis itu terlihat jelas bahwa, Allah melarang keras hambaNya mengumbar dosa yang telah Ia tutupi dengan kemurahanNya.
Aib sendiri aja gak boleh kita umbar-umbar apalagi mengumbar dan mengomentari aib orang lain? Tentu lebih tidak boleh lagi dan dilarang keras!
Mari kita simak dalil di bawah, Allah SWT berfirman dalam Q.S Al Hujarat ayat 12 yang artinya
"Wahai orang-orang yang beriman, jauhilah banyak prasangka! Sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa. Janganlah mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah ada di antara kamu yang menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik. Bertakwalah kepada Allah! Sesungguhnya Allah Maha Penerima Tobat lagi Maha Penyayang."
Allah umpamakan gunjingan sebagai bangkai yang sudah mati lalu dimakan oleh penggunjing. Tidakkah kita merasa jijik? Jijik doong, dan oyaa jangan lagi yaa mengumbar aib sendiri dengan alasan “aku sih orangnya gak munafik, jadi aku terbuka aja kalo buat kesalahan” hush! Gaboleh yaa!
Cara Ideal Bersikap Untuk Mengubah Seseorang
Dengan mengetahui beberapa dalil tentang larangan mengumbar aib sendiri dan orang lain. Kita jadi bisamengambil sikap yang tepat, yaitu dengan tidak perlu ikut serta dalam mengomentari berita buruk individu yang berseliweran di sekitar kita. Jika ingin mendapatkan jawaban atas rasa penasaran kita maka bertanyalah langsung ke orangnya, jangan malah bertanya ke orang lain dan berujung menggosipi/menggunjingi pelaku.
Biasanya pelaku kesalahan itu sudah tahu kok kalo apa yang mereka lakukan itu salah, karena kita manusia bukan setan, kalo manusia itu masih dikasih Allah perasaan bersalah saat melakukan kesalahan. Jadi kita tak perlu ikut menambah perasaan bersalahnya. Dengan diam dan tak menggunjinginya, pelaku akan mudah melalukan perbaikan atas jiwanya tanpa terkungkung dengan penilaian orang lain yang negatif atas dia. Ia tidak memiliki hambatan psikis yang berat karena masyarakat cukup proaktif menerima perkembangan baiknya.
Namun jika kita tetap melakukan kebiasaan menggunjing berkepanjangan maka hal itu tidak akan membuat pelaku sadar dan tobat melainkan pelaku jadi sedih, stress, merasa hina dan lama-lama jengkel. Makin keraslah hatinya untuk mau berbenah.
Lagian sebenarnya yang kita benci itu bukan pelakunya melainkan tindakannya bukan? Jika memang tindakannya yang kita benci, orangnya jangan digunjingi, dijauhi. Melainkan dinasehati dan dibersamai agar kembali ke jalan yang benar.
Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.