Berpisah Jauh Lebih Susah

“Bram, aku mohon jangan tinggalkan aku!”
“Sana pergi, bikin rusak suasana saja!”
Tidak ada satu orangpun yang tidak kesal dengan tingkah laku Dru. Dru yang menikah hampir tiga belas tahun sepertinya tidak belajar banyak dari segala kejadian yang telah dia alami.
Berulang kali Bram menyakiti hati Dru, selalu saja termaafkan dengan mudah oleh Dru.
“Morning Dru…Ada cerita apa pagi ini?”. Ario ngeledek Dru pagi-pagi.
“Tidak ada. Pekerjaanku banyak, kepalaku tak sempat pikirkan hal lain.”
“What…bercanda kamu Dru. Mana bisa kamu kerja di rumah, yang ada macan hitammu ngamuk kali Dru.”
Pikiran Dru sangat mumet, pertengkaran ke 3561 dalam tiga belas tahun pernikahannya jelas bukan hal yang aneh.
Cerita mudah ditebak, Dru minta maaf, Bram masih marah lalu Bram menyesal telah menikahi Dru lalu Dru berjanji akan berubah. Padahal yang salah tetap Bram.
“Hmm, heran sama Dru. Pagi-pagi muka pucat, jauh dari kata fresh. DItanya ada apa, jawabnya everything is ok. Oke saikey.”
“Ya sudah lah Yo, Dru tidak mau cerita ya sudah. Kok kamu yang ribet.”
“Kalau si Dru pagi-pagi sudah nongkrong di sini sambil bawa laptop lengkap dengan charger tandanya dia lagi mau sendiri.”
“Terus kamu mau temani dia gitu?”
“Ya engga lah Nad, gue ngopi doang abis itu ke atas lah. Dah sana kamu duluan, kopi gue belum abis.”
“Dih ngusir.”
Secangkir V60 dan donat kentang gula halus masih utuh di meja langganan Dru kalau pagi nongkrong di sini.
Meta, waitress Liberica shift pagi sudah sangat tahu kebiasaan Dru.
Jika Dru bawa laptop lengkap dengan chargernya, tak lama akan dia tinggal di meja lalu dia pergi sebentar ke mini market sebelah, datang kembali tidak sampai lima menit lalu duduk, nyalakan zippo dan tring, ngebul.
Tugas Metta, bikin V60 plus donat kampungnya, bill tinggal disimpan di meja Dru.
Dari jauh Ario sudah bisa mencium wangi Zara Black Amber. Ario kibaskan rambut tipisnya, rapikan sedikit alisnya lalu memperbaiki posisi duduk agar terkesan pura-pura tidak lihat Dru lalu pura-pura menyapa, pindahkan kursi dan memulai obrolan dengan Dru.
“Met, bikinin aku cappucino juga dong.”
“Kok tumben Dru?”
“Tuh si Ario kopinya udah mau abis, sebentar lagi ke meja gue. Daripada kopi gue pura-pura ga sengaja dia minum, berabe bisa dipenjara satu tahun.”
“Hahaha, ketahuan. Tengsin gue Dru.”
“Norak lu Yo.”
Mata Dru sudah mulai cekung, lingkaran hitam jelas terlihat. Belum masuk fase lelah, hingga tak sudah-sudah Dru melanjutkan setiap babak drama kehidupannya.
“Aku harus bertahan, biar hidupku berantakan yang penting anak-anak senang.”
“Motto darimana tuh Dru?”
“Dari hati gue Yo. Eh Yo, kopi lu udah abis tuh, tadi Nadia nyariin lu tuh.”
“Apa sih Dru, Sukanya banting stir mulu. Nadia ga masuk. Laporan gue udah kelar. Gue mau nemenin lu di sini.”
“Yo, aku mau sendiri.”
Matahari mulai liar, pelan-pelan taman ditinggalkan. Hanya satu dua orang saja yang masih duduk di sekitar taman, itupun karena nanggung rokoknya sudah mau habis.
Dari jauh suara Adzan terdengar syahdu. Pemilik alam sudah memanggil.
Dru tinggalkan laptopnya, segera dia bergegas menuju mushola di ujung taman.
“Met titip ya, bikinin gue mie goreng ya. Mulai lapar lagi deh ni!”
“Pedes Dru?”
“Masih tanya aja Met?. Karet dua Met.”
Tuhan, jauh di lubuk hatiku aku lelah. Aku rasa nilaiku sebagai manusia semakin tipis. Jika yang kau maksud adalah mengujiku, maka aku sampaikan bahwa aku sudah tak sanggup.
Jika menurut-Mu aku masih bisa berjalan, maka aku jawab ya, aku bisa namun tertatih.
Tuhan, air mata ini tak hentinya mengalir. Kurasa Kau sangat paham yang terjadi denganku. Apakah tanganmu enggan mengulur untukku?”
Tuhan, jika yang kulakukan harus membahagiakan orang lain. Apakah Engkau tak sisakan bahagia walau sedikit untukku?.
Ini hidupku, aku hanya ingin aku dan Engkau saja yang tahu. Tapi batas bertahanku sudah hampir rapuh. Apakah Engkau akan biarkan semakin luruh?. Rupanya mengucap pisah jauh lebih sulit ya Tuhan.
Rasanya mulutku berat berkata, hatiku takut mengaku dan masa depan anakku terlalu lekat di pelupuk mata. Apakah yang kau maksud, aku tak sanggup berdiri sendiri?
Tuhan, aku tak pernah tahu dengan yang akan terjadi. Namun jika doaku untuk kehidupan yang indah tak kunjung Kau kabulkan, maka maksud mana lagi yang perlu aku pelajari?
Tuhan, doaku tak pernah selesai. Inginku tak juga kau berikan.
Pintaku kali ini semoga Engkau berkenan dengarkan, Tuhan aku mau bahagia, aku juga mau memberikan pelangi untuk malaikat kecilku. Tolong dengarkan aku. Lepaskan aku dari kegelapan, perkenankan aku melihat cahaya.
Aku sudah hampir mati rasanya.
“Dru…sudah mau ashar, masih di sini saja?. Meta cari kamu tuh, dia mau ganti shift.”
“Yo, ini kan tempat perempuan. Pergi, jangan di sini.”
“Aku tahu Dru. Tapi aku khawatir sama kamu, masa Dzhur dan Ashar kamu lakukan sekaligus.”
“Ya tidak masalah kan?”
“Tidak, yang masalah aku.” Ario langsung balik badan dan hentakkan kakinya.
“Eh Yoooo…kok pergi?”
“Kan ini bukan tempatku.”
“Di sini tempatmu Yo.”
Pura-pura tak mendengar Dru, Ario senyum-senyum sendiri. Sambil menerka maksud Dru, di sini itu di hati? Atau di sini itu apa ya?.
Ah Dru, kenapa aku harus cinta sama kamu. Kamu bukan milikku. Kamu sudah ada pemiliknya.
“Yo, kamu sudah mulai cari penggantinya kan?”
“Pengganti apaan Bro?”
“Pengganti Dru lah?”
“Loh Dru mau dimutasi kemana?”
“Kok mutasi?. Dia resign. Nih surat pengajuannya.”
“Hah, kok gue ga tahu?. Kok ga lewat gue?”
“Lah ini lu tandatangan, masa lu ga baca?. Urgent lu tandain di sini, makanya gue langsung kirim ke HRD. “
Ario sama sekali tak ingat kapan tandatangan surat pengajuan resign dari Dru.
Ario buka kembali isi amplop Dru.
Yo, maaf aku sudah buat tandatangan ala aku di surat pengajuan resignku. Maaf aku tidak izin. Aku hanya tidak mau menjelaskan panjang lebar alasanku.
Yo, di balik ini aku sertakan Copy Surat Keterangan Visum Et Repertum punyaku, biar kamu tidak banyak bertanya lagi. Dia sudah kehilangan akal Yo. Aku semakin serba salah, bertahan aku tersiksa, melepaskan tetap tersiksa.
Aku pergi ya Yo. Semata agar aku melepas penat sebentar. Luka di punggungku sebentar lagi hilang, tapi hatiku entah kapan.
Oiya Yo, thanks ya untuk semua wejangannya. Aku dengarkan semua.
Aku tidak punya kesempatan lain lagi untuk sampaikan. Yo, rupanya aku sudah mulai sayang kamu. Take Care Yo. Jaga dirimu baik-baik.
Sampai jumpa Yo.
“Sial, kenapa gue ga ngeh sih sama sikap Dru dari tadi?”
“Ya sudah lah Yo. Kan masih bisa kamu telpon Dru.”
“Ga bisa Nad. Nomorku di blokir oleh Dru dan sepertinya semua akses sudah dia tutup semua.”
#Bandung, 16 Juni 2020
Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.