Babak Belur

Ketika lelah mendera mental di tengah tsunami covid-19… Ditulis pada 4 Agustus 2021, sebagai status facebook.

Babak Belur
[Image by Mystic Art Design from Pixabay]
Jaman kuliah dulu, salah satu kegiatan gue adalah silat. Sering ikut bertanding, dan seringnya sih kalah. Menjelang kalah itu yang rasanya ampun-ampunan. Badan sudah tak bertenaga. Lelah. Tangan dan kaki tak bisa lagi terangkat. Sementara, lawan masih segar. Masih keras mendaratkan pukulan demi pukulan, tendangan demi tendangan. Rasanya serangan bagai datang dari segala arah, padahal lawan hanya satu orang.
 
Kalau sudah begitu, ya mau tak mau, gue pasrah saja tapi enggan menyerah. Gue terima saja semua hajaran-hajaran itu, sambil berdoa agar bel tanda usai segera berdering.
 
Di kehidupan nyata, tak gue sangka bahwa gue bisa merasakan momen menjelang kalah itu. Kapan? Sejak pandemi merebak. Di mana kabar dukacita tiba-tiba menjadi menu dalam kehidupan sehari-hari kita. Datang bertubi-tubi, dari segala arah, bagai pukulan dan tendangan dari lawan silat saya.
 
Teman, kerabat, temannya teman, keluarga teman, dan seterusnya; terkabarkan berpulang. Satu per satu. Setiap hari pasti ada. Kenal langsung ataupun tidak.
 
Kabar-kabar itu, mau nggak mau gue terima. Meski rasanya ampun-ampunan. Sudah mencapai lelah tanpa batas. Tapi, tetap harus diterima karena tak bisa ditolak. Hanya bisa berharap semoga ada bel tanda usai yang akan segera berdering.
 
Itu sebab, gue hanya bisa berbisik dalam hati, "Selamat jalan ke keabadian, teman!" Pada waktunya, kita pasti akan berkumpul bersama.
 
Kepada keluarga yang ditinggalkan, terimalah salam dukacita ini...   =^.^=

Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.