Bangsal Kelas 3
![Bangsal Kelas 3](https://thewriters.id/uploads/images/image_750x_63e35f323ce83.jpg)
Sebagai orang yang pernah menjadi perawat yang cukup lama di rumah sakit, lumayan punya kesempatan melayani pasien dari berbagai kelas. Mulai dari kelas 4 sampai super vip sekali pun. Dan yang pasti kebutuhan mereka sangat berbeda yang membutuhkan pendekatan yang juga berbeda. Melayani pasien super vip, hampir sama seperti seorang parmugari yang melayani penumpang pesawat first class, yang terpenting adalah profesionalisme dengan kebutuhan informasi yang jelas, prosedur yang aman dan presisi. Boleh dibilang pasien ini tipe maskulin dimana ketika segala kebutuhan logika terpenuhi semua aman dan beres.
Beda banget kalau kita melayani pasien kelas 3. Jika diibaratkan, transportasi maka yang paling pas adalah metro mini. Bangsalnya selalu ramai dengan ranjang yang jarang kosong. Bahkan pasien yang akan masuk pun terkadang harus antri. Kebutuhan informasi bagi warga kelas 3 seperlunya saja, kalau kebanyakan malah bikin penyakit mereka bertambah: Mumet, sakit kepala dan kebingungan. Mereka tipe pasien feminin, yang jika tersentuh hatinya sedikit saja, misalnya dengan penerimaan yang ramah dan komunikasi yang santai, kalau pun kita salah kasih pispot enggak bakal sampai ke meja hijau. Seringnya malah mereka mengingatkan kami untuk makan siang hehehe....
Yang paling menarik di rumah sakit adalah jam kunjung/jam besuk. Para pengunjung pasien super vip biasanya datang dengan penampilan yang rapi, wangi dan berjalan anggun dengan irama hak sepatu yang jelas saat mengetuk lantai, membuat para perawat di kantor tahu bahwa ada seseorang yang datang mendekat. Kata-kata yang meluncur dari bibir mereka terdengar santun dan teduh. Gerakan kepala sedikit mengangguk saat menyapa perawat pun terasa seperti sudah diatur sudut kemiringannya. Tdak terlalu membungkuk, mengangguk sewajarnya saja. "Selamat siang, Suster. Maaf mengganggu, untuk pasien atas nama bapak Michael Hadisumargo ada di kamar berapa, Sus?" Suara yang halus, mengijinkan suasana ruang perawatan yang hening menjadi tetap terjaga tenang. Tanpa diminta pun, kami para perawat dengan senang hati mengantar mereka sampai ke kamar yang mereka cari dengan sebelumnya menanyakan pasien apakah mereka bersedia untuk menerima sebuah kunjungan.
Tanda kasih yang mereka bawa untuk pasien biasanya bunga-bunga cantik dengan warna lembut yang elegan seperti mawar atau casablanca. Ada sebagian juga membawa buah tangan dalam rupa kue-kue cantik yang terlalu sayang untuk dimakan. Mereka masuk ke kamar pasien satu persatu secara bergantian setelah tamu sebelumnya keluar baru tamu berikutnya masuk. Mereka mengerti batasan yang jelas antara orang per orang. Tamu-tamu ini sangat taat dengan peraturan, jika memang waktu berkunjung sudah selesai, mereka paham tanpa perlu diingatkan apalagi diberi pengertian untuk kembali memberi hak pasien untuk kembali beristirahat.
Lain cerita dengan bangsal kelas 3 dimana saya menghabiskan selama 5 tahun di sana. Waktu jam kunjungan bagi warga kelas 3 adalah waktu piknik keluarga dan temu kangen. Mereka biasanya datang dengan rombongan dengan menyewa angkot. Layaknya keluarga yang ingin berpiknik, mereka membawa serta rantang 4 susun yang berisi makanan favorite keluarga dan pasien. Ada nasi, sayur, lauk, sambal, lalapan dan apa saja yang bisa mereka tenteng sebagai buah tangan. Yang tidak boleh dilupakan adalah tikar yang siap di gelar di lantai samping ranjang pasien. Semakin ramai yang berkunjung, pasien semakin senang karena begitu banyak perhatian kasih sayang yang didapat.
Diantara riuhnya pengunjung, sama seperti metro mini, copet pun berpartisipasi memeriahkan suasana jam besuk. Ga heran, di jam-jam seperti ini para perawat seketika merangkap profesi sebagai security yang siap memantau gerak-gerik pengunjung yang mencurigakan dengan pura-pura mencari keluarga yang sakit jikalau kepergok modusnya.
Suatu kali saya di datangi rombongan yang ingin mengunjungi tetangganya yang dirawat. Ajaibnya lagi, para pengunjung ini tidak tahu nama pasien yang sakit. "Permisi, Sus. Mau besuk pasien yang dari Pondok Gede, Sus?" tanya ketua rombongan yang biasanya dipilih mendadak ketika harus berhadapan dengan perawat. Ya, warga kelas 3 sepertinya melihat perawat sebagai sosok yang agak menakutkan sehingga mereka perlu juru bicara yang lebih berani untuk menemuinya.
Dengan hanya bermodal sepotong alamat yang mewakili begitu banyak pasien, tentu cukup merepotkan. Sementara masa itu, data pasien belum menggunakan sistem komputerisasi.
Saya: "Nama pasiennya siapa, Pak?"
Bapak : "Siapa ya?!" Sambil berpikir keras dan memandang anggota rombongan lain dengan harapan mendapat bantuan jawaban. Tapi saat itu semua malah saling berpandangan dengan wajah bingung. "Pasiennya lelaki, Sus" tambahnya, walapun penambahan informasi itu hanya sedikit saja membantu.
"Yang rumahnya di Pondok Gede, di depan rumahnya ada pohon kecapinya, Sus". Tambah salah seorang dari anggota rombongan yang tetap tidak membantu.
Saya: "Sakitnya apa, Pak?"
Bapak:"Katanya, sih sakit jantung, Sus".
Saya: "Bapak ke lantai 3 ya, di sana khusus penyakit dalam. Kalo di sini khusus pasien yang abis operasi". Jawab saya sambil menunjuk lift menuju lantai 3.
Bapak: "Tapi katanya dirawatnya di lantai dasar, Sus".
Saya: "Coba Bapak telpon dulu keluarga pasiennya, ya. Bener ga dirawat di lantai dasar?!"
Ga berapa lama, Bapak menyuruh salah seorang anak muda yang ada di rombungan itu untuk menelpon keluarga pasien yang mereka cari. Setelah kasak-kusuk sebentar, Bapak tua itu kembali menemui saya.
Bapak:"Bener, Sus. Dirawatnya di lantai dasar, nama pasiennya Jainudin. Sakit jantung".
Saya:"Tapi di sini ga ada pasien yang namanya Jainudin dan sakit jantung, Pak." Kata saya sambil menunjuk daftar nama-nama pasien yang tertulis di white board yang tergantung di dinding nurse station.
Saya:"Coba tanya lagi, bener ga dirawatnya di rumah sakit ini?"
Bapak ketua rombungan kembali memberi kode pada anak muda yang tadi menelpon untuk kembali menelpon.
Tidak berapa lama, Bapak kembali menemui saya. "Iya, bener, Sus. Maaf. Pasiennya di rawatnya bukan di sini. Di rumah sakit lain".
Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.