Misteri dan Pasti

Suasana matahari terbenam yang menjadi momen favorit seorang gadis berusia hampir kepala 3 itu menyelemutinya dengan hangat dan tenang. Semua orang sibuk mengabadikan momen tersebut melalui ponsel genggam masing-masing, namun gadis tersebut hanya memandangannya dengan senyuman dan pikirannya yang akhir-akhir selalu mengusiknya.

Misteri dan Pasti
Foto punya Suho (EXO)

Malam pun tiba, gadis itu itu pun bersiap-siap untuk pulang dengan langkah yang terasa begitu berat. Bukan, bukan karena ia menggunakan pemberat kaki yang sering digunakan untuk olahraga itu, tapi langkah yang berat karena serangan dari pertanyaan-pertanyaan yang ia pun tidak tahu jawabannya apa, tidak tahu harus menjawab apa, dan tidak tahu kapan jawaban itu bisa terjawab. Pertanyaan yang sering ia dapatkan adalah pertanyaan klasik untuk wanita yang sudah menginjak usia kepala 3 namun belum bertemu teman hidupnya. Ya mungkin yang bertanya belum tau perbedaan mana yang masih misteri dan mana yang sudah pasti dalam kehidupan semua orang, iya semua orang, dan masih banyak yang menganggap semua wanita harus sudah menikah sebelum usia 30 tahun dan minimal sudah memiliki satu anak, tapi nyatanya banyak sekali diluar sana yang tidak bisa mencapai hal tersebut karena itu adalah misteri hidup dan bukan kepastian hidup. 

 

Setelah ia sudah siap untuk pulang dengan hati yang siap untuk mendapatkan pertanyaan yang sama lagi dan siap juga untuk menjawab dengan jawaban sama lagi, ia berjalan menuju parkiran yang sudah penuh oleh kendaraan pemuda pemudi yang ingin menghabiskan waktu berdua dengan menikmati citylight Kota Bandung yang selalu cantik. Setelah dirasa sudah safety dan sudah membayar parkir, ia melajukan kendaraan roda dua yang dibeli secara tunai tanpa kredit dan tanpa bunga tentunya. Lampu merah demi lampu merah terlewati, karena Bandung banyak perempatan jadi mau tidak mau harus terlewati, walau Bandung macetnya tidak manusiawi, tapi salut warganya jarang yang klakson kalo udah ijo, dan ini pun masih menjadi misteri. 

 

Sesampainya di rumah dan memakirkan motornya dalam ruang tamu, ia melihat kamar tidur orang tuanya yang sudah gelap, ah aman pikirnya, lalu ia bergegas untuk solat Isya dan mencurahkan isi hatinya kepada Sang Pemilik hati. Setelah solat ia merebahkan diri dalam kamar yang tidak cukup luas namun sangat nyaman dan aman, lalu memainkan ponselnya itu, melihat postingan teman-temanya yang berisi tentang keluarga kecilnya masing-masing, ada yang lagi suapin anak keduanya sambil main, ada yang lagi liburan keluarga, dan ada juga yang baru melangsungkan pernikahannya, ia terus melihat postingan demi postingan dengan pikiran yang selalu menganggu ia akhir akhir ini "ah aku kapan ya".

 

Awal pikiran itu datang ketika kedua orang tuanya mulai bertanya "nak, kapan kamu menikah? Ibu dan ayah sudah di usia senja, kami khawatir jika kami meninggalkanmu, nanti kamu sama siapa nak". Sejak saat itu, gadis itu pun mulai merenungi pertanyaan yang selama ini tak pernah ia bayangkan keluar dari rasa gundah kedua orang tuanya, karena ia menganggap bahwa orang tuanya merasa biasa saja dan tidak mengkhawatirkannya, mungkin jika itu orang lain yang bertanya, ia akan merasa biasa dan menganggap angin lalu, tapi saat ini orang tuanya pun mempertanyakan hal tersebut. Ah gadis itu pun mulai dipenuhi pikiran dan pertanyaan yang ia pun tidak tau harus menjawab apa. 

(Belum beres) 

Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.