Sahabat

Masa sekolah/kuliah adalah masa yang paling indah. Manusia tak mungkin hidup seorang diri, ia perlu teman dan sahabat baik di waktu muda apalagi di saat tua.

Sahabat
istockphoto - Persahabatan

 

 

            Sahabat dimanakah kamu…….. sekian lama kita tak bertemu, saling rindu, saling kangen masa-masa dulu. Tiada tali yang paling erat selain tali silaturahmi; tiada pintu yang paling kokoh selain pintu hati; tiada hutang yang paling berat selain hutang budi (kata orang, hutang budi dibawa mati); dan tiada pemberian yang paling berharga selain memberi maaf. Meminta maaf adalah perbuatan baik tetapi hati yang bisa  memberi maaf adalah yang terbaik. Tetap tersenyum dan bersyukur dalam segala keadaan walau itu tidak mudah namun, ucapan syukur adalah bukti nyata bahwa manusia itu mengakui keagungan atau kebesaran Tuhan Yang Maha Kuasa.

            Jangan melihat ke belakang dengan segudang penyesalan, tapi lihatlah ke depan dengan penuh harapan. Masa lalu adalah pembelajaran – masa kini adalah pembenahan – sedangkan masa depan adalah tujuan. Sebagai sahabat, jangan sekali-kali kita menilai seseorang dari masa lalunya yang mungkin saja kelam. Sebab tetesan rintik air hujan yang jernih pun terbentuk dari awan yang gelap. Oleh karena itu, mari kita dengar kata-kata RM A. Joko Purwanto: ‘Jalan jauh bikin kaki bengkak dan lebam, sungguh nikmat ada air panas untuk rendam; lebih baik mengasihi daripada balas dendam, karena dengan mengasihi dunia jadi aman dan tenteram’.

            Bergulirnya waktu tak seorangpun dapat menghentikannya, padahal cuma ada tiga zona waktu yaitu kemarin – hari ini – besuk; yang lalu biarlah berlalu dan tak usah dicemaskan karena tiap hari ada persoalannya sendiri, jalani hari ini dengan usaha plus doa niscaya bahagia. Dalam menjalin persahabatan pun kita harus bertindak ‘You OK dan I OK’ artinya saling menguntungkan (simbiosis mutualistis). Bukankah suatu persahabatan terkadang justru lebih erat dari persaudaraan? Dalam hidup kita selalu membutuhkan orang lain, sebab tak mungkin orang hidup seorang diri.

            Hubungan dengan teman atau sahabat adalah sesuatu yang penting dalam hidup. Dikatakan sahabat apabila seseorang sudah benar-benar menyatu dalam kehidupan kita. Ia selalu ada untuk menemani dan menghibur ketika sahabatnya sedang sedih. Bersahabat itu harus tulus, sebagaimana orang katakan janganlah bersahabat karena ada apanya tetapi bersahabatlah dengan apa adanya. Namun, yang perlu kita ingat bahwa yang namanya sahabat tetaplah seorang manusia yang kadang-kadang bisa salah (khilaf). Tak ada manusia yang sempurna tanpa kekeliruan sedikit pun, yang penting segera sadar dan langsung meminta maaf dan jangan mengulanginya lagi.

            Oleh karena itu, yang harus kita lakukan adalah sikap saling mengerti bahkan sebaiknya atau lebih tepatnya adalah memahami, karena memahami terlebih dahulu baru dipahami (first understand then be understood) adalah perbuatan terpuji. Jangan maunya dipahami melulu, kaidah ini berlaku baik dalam hubungan persahabatan maupun persaudaraan. Juga dalam hal hubungan suami – isteri, hubungan orangtua dan anak atau anak-anaknya, hubungan dengan tetangga dan lingkungan sekitar.

Sahabat Teman Seperjuangan

            Jika kita mengenang masa lalu, masa-masa indah waktu sekolah/kuliah, betapa pentingnya arti sebuah reuni. Sebuah pengakuan seorang kakek, ia merasa begitu bahagia ketika datang disebuah acara reuni akbar diusianya yang sudah tujuhpuluh tahun. Kalau diingat-ingat selepas SMA begitu bahagia ketika diterima masuk dan menjadi mahasiswa di Perguruan Tinggi sampai akhirnya lulus dan menjadi sarjana. Banyak yang mengakui bahwa masa sekolah/kuliah adalah masa yang paling indah meskipun suka–duka selalu saja datang silih berganti. Kadang-kadang harus bertanding tapi tetap harus bersanding (to compete and to corporate).

            Belajar bersama, makan bersama, pergi-pergi bersama, dan mungkin juga tinggal di rumah kost yang sama. Setelah lulus mengalami diwisuda bersama, sesudah itu masing-masing kemana-mana. Ada yang berkarir di instansi pemerintahan, di lembaga swasta, menjadi wirausahawan, semuanya dijalani dengan kerja keras dan kerja cerdas (work hard and work smart). Ada yang memutuskan untuk lanjut studi ke jenjang yang lebih tinggi, ada yang berumah tangga, ada juga yang memilih untuk hidup mandiri. Memang hidup adalah pilihan dan tentu saja orang memilih yang terbaik menurutnya.

            Waktu kerja dulu adalah waktunya mencari dan mengumpulkan (menabung), kini setelah usia senior (lansia) waktunya menjaga harta dan melepas perlahan-lahan sesuai kebutuhan agar tetap ‘aman’, bisa mencukupi semua kebutuhan sendiri dan syukur-syukur kelak meninggalkan harta warisan. Hidup mandiri tanpa ‘mengganggu’ anak, karena anak punya kebutuhannya sendiri. Persahabatan tidak selalu berdekatan, ada yang terpisah selama 20 tahun – 30 tahun – 40 tahun, bahkan 50 tahun (setengah abad). Kalau dianugerahi umur panjang dan bisa ketemuan lagi alangkah bahagianya, bisa berbagi cerita, tertawa bersama mengingat masa lalu yang lucu-lucu.

            Beruntung kini teknologi canggih dapat menghubungkan satu sama lain, seperti HP, IG, Video call dan sebagainya menjadikan kita bisa saling melepas rindu, mengobati kangen yang menggebu. Teman-teman bahagia, kita ikut bahagia, itu tandanya kita bersahabat. Ketika terdengar ada yang harus berpulang lebih dahulu, maka kesedihan tak terelakkan, kita wajib menghibur dan mendoakan serta siap memberi pundak untuk bersandar ketika sahabat menangis.

Sahabatku di waktu muda – sahabatku di waktu tua, kita semua wajib bahagia, bertemu untuk saling melepas rindu, doakan semua sehat dan tetap semangat. Penuh syukur karena tak semua orang berkesempatan umur panjang. Selalulah berbuat kebajikan dan bertindaklah semakin bijak, baik dalam lisan maupun perbuatan. Jangan pelit memberikan senyuman, karena sebuah senyuman memberi kebahagiaan baik di rumah maupun di lingkungan sekitar, memberi semangat di tempat kerja dan pastinya adalah memperindah persahabatan. Akhirnya ijinkan penulis mengutip filosofi dari Afrika yang dikenal dengan istilah Ubuntu: ‘Aku ada karena kau ada, aku menemukan nilaiku dalam dirimu, dan kau menemukan nulaimu dalam diriku’.

 

Jakarta, 28 Juni 2022

Salam penulis: E. Handayani Tyas; Universitas Kristen Indonesia – [email protected]

Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.