Lebaran Selalu Berkesan

Lebaran Selalu Berkesan
Sumber: unsplash.com

Entah sejak kapan Lebaran identik dengan petasan. Seingatku, sejak aku kecil selalu begitu. Berbagai petasan dengan berbagai macam bunyi, selalu memeriahkan suasana Lebaran. Yang paliiiing asyiiik, adalah kenangan sewaktu kami kecil dan masih tinggal di desa. Keempat sepupu tersayang, yang tinggal di luar Jawa, biasanya datang berkunjung. Ayah mereka, alias kakak ibuku, alias pakdheku, selalu membawakan mercon-mercon terhebat yang pernah ada di zaman itu. 

Yang paling spektakuler yang dibawakan pakdhe adalah petasan, yang usai dibakar sumbunya, akan meluncur ke atas dan meledak berkeping-keping di udara menyemburkan sejuta cahaya. Efeknya kurang lebih mirip petasan-petasan menjelang dipilihnya Po sebagai the Dragon Warrior. Bedanya, kami ramai-ramai pesta petasan di hamparan sawah kering, di sebelah barat rumah ibuku.

Ketika para sepupu datang, dan kami semua libur, waktu yang ada dihabiskan hanyalah untuk bersenang-senang. Memancing ikan, baca buku cerita, main pingpong, main kartu, atau diajak berkunjung ke rumah famili. Kalau bertamu, artinya bisa makan sepuasnya!

"Aduh, perutku sakiit," keluh sepupuku nomer satu.

"Saya juga," timpal kakak sulungku, sambil memegang perut yang terasa perih dan panas di dalam.

Kami sedang berkunjung di sepupu nenek kami di desa sebelah. Ada empis-empis tongkol yang disiapkan untuk menjamu tamu. Yang namanya empis-empis itu masakan berbasis cabe hijau, yang menawarkan rasa gurih adiktif, namun penuh dengan jebakan betmen. Pedasnya minta ampun!

Ingatanku agak samar-samar tentang kejadian itu. Rasanya ada empat atau lima dari rombongan kami, dalam perjalanan pulang, berjongkok berderet di tepi sungai, melepaskan hajat. Ewww. Hahaha. Jangan tanyakan urusan higienis, ya. Itu solusi terbaik dalam kondisi darurat. Kan perjalanan kami tempuh dengan jalan kaki lewat sawah dan sungai? Aku? Karena sejak kecil tak terlalu suka pedas, saat itu aku terbebas dari jebakan betmen si empis-empis.

Makanan berlimpah selalu ada saat Lebaran. Untuk jamuan orang yang berkunjung bersilahturahmi. Tiap berkunjung, harus makan. Ini seperti Manis Galungan di Bali, yaitu sehari setelah Galungan. Seperti juga Saparan di beberapa daerah di Jawa. Orang akan berkunjung ke kerabat dan teman. Makanan berlimpah menjadi semacam syarat tak tertulis, untuk menjamin acara ngumpul-ngumpul tak terganggu karena lapar dan haus.

"Psst. Meneng wae, yo?" ujar kakak laki-laki ketika kupergoki dia sedang menyiapkan jebakan. Aku melihat dia meletakkan bungkus tape di piring saji. Dia memintaku untuk tidak memberitahu ulahnya kepada yang lain.

Usai memakan habis tape ketan, kakakku memasang kembali lidi semat, supaya orang tertipu dengan bungkus kosong. Itu ulah favorit dia. Tape ketan adalah makanan khas yang selalu ada di rumah nenek. Ibuku biasanya menyiapkannya beberapa hari sebelumnya, karena fermentasi ketan jadi tape perlu waktu.

Menurutku, kerabat yang menyediakan makanan paling lengkap dan enak di saat Lebaran adalah di tempat Mbah Mudal, sepupu nenek yang lain lagi. Mudal bukan namanya, tetapi nama daerah tempat tinggalnya. Entah kenapa, kami dulu punya kebiasaan menempelkan nama tempat untuk menyebut terutama Mbah (nenek atau kakek). Kalo kami ujung (berkunjung saat Lebaran) ke sana, sudah pasti kantong sakuku akan penuh terutama dengan kacang bawang. Juara banget rasanya! Selain itu, bentuk kacang bawang yang paling aman untuk masuk kantong. Hehe.

Kue-kue Lebaran seperti kattentong (lidah kucing), kaastengels, nastaart, dan spekkoek (lapis legit), kukenal lebih dekat saat aku tinggal bersama keluarga budeku. Bude dan ibuku itu satu generasi. Traditionalist generation. Generasi, saat yang namanya perempuan, pasti sangat terampil alias pinter masak, pinter njahit, pinter berkebun, pinter dandan, dan entah pinter keterampilan apalagi. Budeku selalu menyiapkan, alias membuat sendiri kue-kue untuk Lebaran. Keren banget, kaan?

Ketika aku tinggal bersama keluarga bude, sayangnya aku sedang tergila-gila dengan kegiatan outdoor yang sok cinta alam gituh. Jadi yang namanya bebikinan kue, ga masuk di radarku. Haha. Emang sih, tetep saja mata dan telinga jeliku rajin mencatat. Lidah kucing itu full pake putih telur, sisa dari resep kue yang lain. Mataku mencatat merek butter yang dipakai bude. Juga mencatat bagaimana cara beliau dengan ekstra hati-hati menumpuk layer-layer lapis legit. O mijn God, prima!

Ada juga sih saat di mana aku dan sepupu nomer empat, dapat tugas mengawasi oven ketika bude salat Magrib. Tapi ... dasar anak-anak muda yaa ... begitu bude selesai salat, ngacirlah kami berdua pamit pergi berenang. Berenang? Malam? Iya ... waktu itu di Yogya awal-awal ada kolam renang umum yang buka sampai malam. Aku sih emang janjian latihan sama temen-temen. Sebagai diver pemula, rasanya pengen di air mulu, meskipun ga selalu bisa di air asin sih ... Haha. Sok banget, ya? Nah, kalo sepupuku itu emang suka berenang, sih. Jadi dia ikutan gabung saja. Cuman ga nyangka, entah sejak kapan dia dan temenku maen mata, dan akhirnya mereka pacaran dan jadi istri-suami. Xixixi.

Itulah. Lebaran selalu berkesan di hati ini. Meskipun aku tidak merayakannya sebagai ritual agama, namun aku selalu merasa Lebaran itu momen sangat tepat untuk merayakan kebersamaaan dengan keluarga dan sahabat. Menguatkan tali silahturahmi.

Kini, menjelang Lebaran kali ini, hati rasanya kok lain. Jumat sore ketika bersepeda ke warung, ternyata rute yang biasa kulalui, mulai hari itu ditutup. Mungkin karena rute menuju makam di dekat rumah. Gang-gang kecil perkampungan sudah sejak kapan hari ditutup. Ketika menemukan jalan berpalang karena ditutup, rasanya langsung DEG! seakan menolak keberadaanku. Seakan akulah si Corona. *sedih banget tau!

Aku tahu, kita harus optimis menghadapi hidup ini sekarang. Ada banyak cara bersilahturahmi di zaman ini. Face to face dengan physical distancing itu sudah jamak. Karena aku introvert yang super malas telponan, vidcal, apalagi ketemuan rame-rame pake aplikasi yang sempat dicecar karena diragukan sekuritasnya, maka cukuplah aku membuat tulisan ini. 

Selamat Idul Fitri buat semua yang merayakan. Maaf lahir batin. Semoga jalinan pertemanan, persahabatan, dan kekeluargaan kita makin terjalin erat. Meskipun fisik berjauhan, hati kita berdekatan. Yes? Love you all. (rase)

Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.