Reservasi - Mbak Atun
Yogyakarta. Dari dulu saya sudah jatuh cinta dengan kota yang satu ini. Bagi saya, begitu masuk ke daerah istimewa ini, langsung ada rasa nyaman dan tenang yang menjalar keseluruh jiwa-raga. Kebetulan sekali putri bungsu kami dua tahun terakhir ini kuliah di sana. Jadi saya punya banyak alasan untuk mondar mandir Jakarta – Jogja. Sebagai orang yang kecimpung di dunia kuliner, menurut saya banyak hal yang unik dan menarik dalam keragaman kuliner di Jogja. Apa saja yang enak di sana?
Gudeg? Ya tentu saja, saya penggemar gudeg. Menurut saya, nasi gudeg selalu enak atau enak luar biasa. Tidak ada gudeg yang tidak enak di Jogja. Sama-sama gudeg, sama-sama sambal krecek, sama-sama opor, dan juga sama-sama telur pindang. Namun antara Gudeg Mbah Lindu, Gudeg Yu Djum, Gudeg Bromo, Gudeg Permata, Gudeg Pawon, Gudeg Sagan, Gudeg Song Dji, atau sebut sajalah gudeg manapun, masing-masing mempunyai rasa khas istimewa tersendiri. Jadi bila seseorang bertanya ke saya gudeg mana yang paling enak, pasti saya akan mengatakan temukan sendiri gudeg mana yang paling kau sukai.
Selain gudeg? Mie Godog Jawa. Nah kalau untuk masakan yang satu ini, saya tidak memalingkan muka ke tempat lain. "Warung Bakmi Mbak Atun". One and the only one. Kalau ada orang yang menyarankan bakmi godog yang enak di Jogja tapi bukan milik Mbak Atun, pasti saya tantang untuk coba dulu Bakmi Mbak Atun, baru beritahu saya mana yang lebih enak. Hahaha… saya yang selalu melarang memperdebatkan soal selera, dalam hal ini malah terjebak dengan pantangan saya sendiri.
Apa yang membuat saya tergila-gila dengan warung si mbak ini? Mungkin pertama cara jenius ia bikin strategi marketing nya. Kagum. Dulu sepengetahuan saya, hanya di restoran bintang lima atau restoran fine dining kita harus membuat reservasi. Nah ternyata, jangan pernah coba datang warung kecil ini tanpa reservasi. Pasti kecewa.
Begini bikin reservasinya, pastilah harus beritahu jam berapa mau kesana. Mbak Atun itu tidak tertarik berapa orang yang datang. Ia lebih ingin tahu berapa porsi yang mau dipesan. Dan bila ingin bakmi (dia menyebutnya bakmi kuning) harus beritahu. Misalnya ya, bila 4 orang yang akan kesana, dan semua ingin coba mie godog dan mie goreng, jadi masing-masing 2 porsi. Maka harus beritahu 8 porsi bakmi kuning (bila tidak nanti dapatnya mie putih alias bihun). Masaknya mau seperti apa nanti saja beritahu bila sudah sampai di tempat.
Jangan datang lebih awal, percuma tidak ada tempat tunggu. Datang tepat waktu.
Lokasinya agak sulit terjangkau, warungnya berada di ujung jalan yang sangat terpencil. Coba bayangkan di daerah kotagede, ada gang super sempit. Kiri kanan tembok. Muat hanya satu mobil. Mobil kendaraan pribadi ya. Jangan coba-coba bawa rombongan satu bus kesana. Pasti nyangkut busnya.
Kurang lebih sekitar 600m dari mulut jalan, mobil harus berjuang melewati gang sempit. Oh ya jangan gugup kalau ketemu (pasti ketemu) di antara dua tembok sebelah kiri tepi tembok ada tiang listrik. Maju saja perlahan-lahan. Kalau supirnya kurang jago nyetir minta satu penumpang turun untuk memandu.
Pernah suatu ketika saya mengajak seorang teman, dalam perjalanan dia agak panik. Berulang kali setengah berteriak, “Jangan bercanda, ini mau kemana? Takut!! Aku lapar.” Saya tidak gubis kegusarannya.
Sebetulnya saya pernah terbayang dan merasa sedikit takut, kalau tiba-tiba mati lampu dan ada mobil datang dari arah berlawanan, jadi harus bagaimana ya. Untung puluhan kali kesana belum pernah terjadi apa yang dibayangkan. Mungkin ini hal lain yang menantang dan membuat saya kembali lagi kesana.
Warungnya ada di sebelah kiri. Tempat parkir cukup untuk dua mobil. Tempat kecil ini hanya ada dua meja kayu dan empat bangku masing-masing sepanjang mejanya. Ada sebuah meja pendek kecil dengan beberapa kursi. Dapurnya tepat di sebelah ruang duduk. Istilah kerennya, it’s an open kitchen. Bebas mengawasi apa saja yang terjadi di sana.
Warung ini sederhana. Sangat sederhana namun terkesan bersih. Mbak Atun selalu menyambut pelanggannya dengan senyum manis, sedang seorang bapak yang selalu mendampinginya terkesan lebih pendiam. Walau ia juga ramah dalam melayani tamunya. Biasanya Mbak Atun akan menyodorkan buku dan pulpen, untuk kita menulis menu yang diingini.
Mbak Atun selalu fokus masak satu persatu pesanannya sesuai dengan urutannya. Memang dimana-mana pada umumnya mie Jawa itu harus dimasak satu persatu, dan di atas bara api arang pula. Cara memasak dan tehnik memasak tidak berbeda dengan tempat lainnya.
Lantas apa bedanya? Rasanya. Perpaduan telur bebek dengan bumbu membuat godogannya tidak amis, kematangan mie selalu tepat sekali. Ala dante. Hirupan pertama kuah putih keruh sungguh menakjubkan, perpaduan kemiri, bawang putih, dan ebi (udang kering) tidak bersaingan. Semua serba seimbang. Saya suka sekali menyantap mie godog panas ini dengan beberapa gigitan cabe rawit hijau. Sensasi panas dan pedas bersatu di dalam mulut. Nah itu dia.
Bersantap di tempat sunyi. Suasana pendalaman yang hening. Alamak sedapnya. Inilah alasan mengapa saya kembali lagi, lagi dan lagi.
Teman saya yang panik tadi berbisik, “Simpan nomor teleponnya untuk dirimu saja”
“Kenapa?”
“Nanti kalau warung ini ramai kita susah bikin reservasi. Ini sih gila enak banget.”
Saya hanya tersenyum sambil tepuk dahi.
Mampirlah ke tempat unik ini. Rasakan kehebatan tangan seorang perempuan desa.
Temukan nomor kontak Warung Bakmi Mbak Atun di google. Ingat, bikin reservasi.
Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.