Adik Kakak yang Bergentayangan di The Writers

Adik Kakak yang Bergentayangan di The Writers

Sebagai anak bungsu, awalnya aku paling ga suka sama anak kecil. Rewel dan ngeselin. Haha. Untung aku ga punya adik, begitu aku selalu bersyukur dalam hati. Padahal, kelakuanku sebagai adik kemungkinan besar ngeselin bagi dua kakakku ya. Hahaha.

Aku ingat, waktu kecil aku ngefans sama kakakku nomor dua. Mas, alias kakak laki. Dia cool abis. Kemana dia pergi, aku ngikut. Pokoknya tag along. Qiqiqi. Ternyata, dia bukan kesal karena diikutin adiknya. Dia kesal kenapa adiknya perempuan. Haha. Ga sensitif gender ya dia. Itu waktu kecil. Setelah dewasa, lainlah.


"Masak apa, Ras?" tanya si Mas ngecek aku di dapur. Waktu itu aku abis lahiran anakku, dan dia datang tengok. Dan akhirnya kami berdua memasak bersama. So sweet, kan?


Dalam perjalanan hidup, aku kemudian bertemu dengan orang-orang yang lebih muda dariku, dan mereka asyik! Ada si Nyonyah Meneer, sebut saja namanya begitu, mantan bosku, yang strengnya minta ampun soal beres-beres barang.


"Buang!" ujar si bos dengan nada tak bisa ditawar. Waktu itu kami beresin ruang kerja kami, dan ternyata kami terlalu banyak menimbun barang. Dia bak jelmaan Marie Kondo, meskipun waktu itu kami belum kenal dengan metode Konmari beres-beres itu.

Sebelumnya, aku berkesempatan kenal dengan anak muda, perempuan. Namanya Pemeluk Pohon. Dia dan teman-temannya ikutan sebuah program di tempatku kerja dulu. Di belakang punggungku, sambil cekikikan, mereka menyebutku Madame Cruella. Bisa dibayangin, kan betapa mengesalkannya diriku pada yang muda?

Ada juga, seorang adik perempuan yang seakan dikirimkan khusus untuk melengkapi timku. Karena paling muda, dia jadi korban bully sayang kami. Mana ada bully sayang? Ada dong! Setelah kami suruh-suruh, trus kami sayang-sayang. Hahaha. 


"Kopi, Jen," di jam sore biasanya ada saja yang minta dia untuk bikinkan kopi. Karena waktu itu organisasi tempat kerja termasuk kecil dan informal, maka yang namanya kopi di gelas jadi minuman bagi siapa saja yang pengen. Hehe.


Sayang kami ke dia apa, ya? Lupa. Haha. Tapi kami tahu bahwa dia tahu kami sayang dia. Nah! Semoga tidak bingung, ya? Coba saja tanya dia. Atau tunggu dia nulis (terlalu lama dia tidak menulis, entah karena apa).

Dan, ada satu adik yang fenomenal. Bermula kenal di dunia maya, yaitu ketika sekelas di pelatihan menulis The Writers. Oya, ini perempuan juga, ya. (Eh, kenapa selalu urusannya sama adik perempuan? Aneh?). Akhirnya kami bertemu di Yogyakarta untuk pertama kali. Bahkan nginap sekamar. Dia yang memilihku untuk sekamar dengannya. Belakangan dia ngaku karena dia merasa punya chemistry denganku. Wahaha.

"Perempuan pencinta hujan," begitu selalu dia melabeli dirinya. Dia tergila-gila sama buku (bahkan sama raknya. Hhmm... Rada2 ajaib kan, ya? Belum lagi hobinya dia ngumpulin daun. Lupa tanya dia, tapi sepertinya dia kumpulin sebagai herbarium). Dia hobi masak dan hobi nanam segala macem tanaman, terutama untuk keperluan memasak di dapur.

Sekilas sepertinya tidak aneh (kecuali hobi dan kelakuan si Adik ini ya.. Haha). Tapi kalo dianalisis lebih lanjut, ada anehnya. Kami bersama delapan teman lain nulis antologi tentang bidadari-bidadari yang berpuisi (baca review di sini, di sini, yuk follow official fanspage di sini dan IG di sini.. biar lengkap, tapi skip dulu bagi yang masih konsen di tulisan ini). Setelah itu, entah kenapa, tiba-tiba saja aku diseret masuk ke proyek lain, yang isinya ada si Adik ini lagi. Lah? Ketemu lagi? (Proyek ini masih dalam tahap penggodogan, jadi belum bisa diceritain detilnya dulu ya.) 


Kapan lupa, kami sempat ngobrol panjang via WA. Lho? Kok mirip ya? Begitu kami berdua saling konfirmasi. Sama-sama pernah anter-anter sayur ketika ngerjakan delivery sayur organik. Padahal jelas waktu itu belum saling kenal. Dia di Yogya dan aku di Bali.


"Kita ni kembar, beda ayah ibu," begitu dia menyimpulkan. Haha. Lucu ya?


Ngomongin soal kembar, aku malah jadi inget cerita tentang si kembar Ima dan Edith. Buat yang belum baca, please check di sini. Dia ini seperti Ima, dan aku Edith. Hahahaha. Kenapa dia Ima? Karena sering banget, dia ni kalo nulis chat nimbrung di grup, sering ga nyambung. Wkwkwk. Bisa dipastikan kalo dia begitu, artinya dia lagi asyik dengan imajinasi di pikiran bawah sadarnya. Alias lagi praktek automatic writing (ini salah satu materi pelatihan The Writers juga). Kalo dia nulis binggung dengan tiga g begitu, artinya juga sama. 


Trus, kalo dia nulis cerita, pasti panjaaaang. Hobinya nulis cerita yang bikin mewek. Aku ga suka. Hahahahaha. Aku jadi mirip Edith, kan? Mungkin karena aku dominan otak kiri. Mungkin juga sebenernya aku takut terlalu berimajinasi. Bahaya... Bisa out of control.


Anyway, gimana dengan soal gentayangan?


Sejak dibuatkan web The Writers, kami happy bangeeet dong... Setidaknya aku yang happy. Sebenernya aku sudah nulis blog sejak kapan dulu. Tapi entah kenapa, sering bosan. Pernah bikin akun di K*mp*s**n*, tapi cuman setor satu tulisan. Niat rajin nulis cuman niat doang. Hehehe. Pernah juga gabung di grup blogger, tapi rasanya ga pas.


Nulis di web The Writers buatku rasanya beda. Cocok. Jangan tanya kenapa ya, karena aku juga ga tau alasannya. Di awal-awal ada web The Writers, senengnya kayak punya mainan baru. Kebayang, kan, rasanya? Tiap ada yang posting tulisan baru, langsung deh baca. Semangatku untuk nulis dan posting juga tinggi.


Nah, di saat euforia itulah, si Adik ini kelakuannya mirip aku. Yaa.. mungkin itu tadi, kami kembar beda orang tua. Haha. Dia juga rajin nulis. Dia juga rajin baca tulisan teman lain. Daaan... Satu lagi kelakuan kami yang sama adalah kebiasaan menuliskan sesuatu di kolom komentar usai membaca sebuah tulisan. Responnya bisa apa saja, dari sekadar say hello, memuji tulisan, sampai mengomentari sesuatu. Pokoknya ada saja. Sekalian ngasah kreativitas. Kami lumayan tercekoki ramuan yang mendorong sikap kreatif alias creative attitude dari pelatihan The Writers yang kami ikuti setahun lalu (iyo! kami batch 2, tua ya? Hahaha...)

Yang aneh adalah: beberapa kali kami nulis komen di sebuah tulisan hampir bersamaan. Kadang dia duluan, lalu aku, kadang sebaliknya. Beda waktu antara tulisan komen kami hanya hitungan menit, ga sampai satu jam. Hiii... Lama-lama kami menyadari itu, dan tanpa janjian beberapa kali terjadi lagi. Weird.


Kami seakan bergentayangan. Begitu menurutku. Soalnya ... Nah.. ini catatan khusus pake garis bawah yaa... (karena termasuk reminder buat aku juga). Kelakuan buruk yang nulis di The Writers (ga semua, tetapi kebanyakan) adalah model hit and run. Nulis, posting, tinggal. Kadang ditinggalnya sampai berhari-hari, bahkan berbulan-bulan (hahahaha... aku pernah...). Padahal ada adik kakak yang dengan riang gembira (sambil bersenandung! ahai...) mencoretkan sesuatu di kolom komentar. Kami bagai hantu dan bayangannya (si Adik yang hantu, hahahaha). Meskipun kami melakukan dengan senang, tapi berkesan gentayangan, karena yang punya rumah, alias pemilik akun, jarang nengokin rumahnya. Ga balas tulisan adik kakak itu tadi. Mungkin ga ngeh malah kalo ada yang mampir. Rumah-rumah yang kosong, sepi, kasiaan. Katanya rumah kosong disukai hantu?


Si hantu dan bayangannya (eh, hantu ga punya bayangan ya? Dua-duanya hantu dong?) sudah lama juga sih ga bergentayangan. Mereka sedang sibuk dengan kehidupan satunya. Tetapi jika diperhatikan, ada satu yang setia (hingga kini) bergentayangan nulis di kolom komentar. Hahaha. Siapakah dia?


Jadi, bagi para pemilik akun di web The Writers, yuk disayang rumahnya. Kalopun belum bisa posting tulisan, mampirlah dan baca tulisan teman serta tinggalkan setangkai kalimat harum di sana. Juga, tengok-tengok rumahnya, siapa tahu ada yang mampir dan meninggalkan semangkuk kata-kata hangat. Jangan-jangan Anda bakalan nemuin beberapa helai kata dari adik kakak yang belum Anda balas. Nah! (rase)

Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.