MAYAT DILUAR KUBUR
Saat Sherlock Holmes bertemu Pengabdi Setan: Detektif, mistis dan investigasi berbuah ambisi
Pagi itu, tak jauh dari perkuburan tua di belakang sekolah negeri 04 Fajar Utama, seonggok mayat tergeletak di tepi jalanan kuburan. Tentu Pak Karsum sang penjaga kubur tak menyangka ada mayat yang baru saja dikuburkannya dua hari lalu kini bisa berada di luar kuburnya. Malingkah pikirnya tapi tak mungkin rasanya karena mayat-mayat ini dikuburkan tanpa membawa harta benda apapun.
Desas desus menyebutkan adanya praktik ilmu hitam tertentu. Segera pihak kepolisian membantahnya, mereka berkesimpulan lain. Penyelidikan lebih lanjut melihat motif tersembunyi, dendam berbalut cinta. Ada beberapa bekas pukulan benda tumpul dan cairan air mani pria pada tubuh mayat tersebut, mayat wanita berusia sekitar 33 tahun. Meski tak ada tanda pemerkosaan pada mayat tersebut tapi dari olah TKP, polisi bisa menyimpulkan hal ini.
Gonta, pria muda berusia 25 tahun berpenampilan casual dengan rambut gondrong agak bergelombang, asik memperhatikan kesibukan para polisi dari jauh. Para warga mengerubungi TKP seolah hendak melihat pagelaran musik dangdut. Mereka penasaran dengan peristiwa menghebohkan yang terjadi di kuburan Tanah Kusir itu.
Talui, teman Gonta yang memakai kaos berlogo partai, datang membawa sekaleng Coca Cola dingin yang baru saja dibelinya. Mereka berdua duduk di tembok kuburan yang sudah hancur setengah. Tak ada kata-kata yang diucapkan, hanya menatap tanpa perlawanan.
"Tiara Syahrini, itu nama yang tertera di papan nisannya dan ia meninggal saat usia kandungannya jelang 6 bulan." ucap Gonta sembari menengguk Coca Cola. Talui memandang sahabatnya, ia tau sahabatnya ini pasti memahami hal-hal yang tak dilihat oleh polisi sebagaimana biasanya. Tapi apalah mereka, tidak tergabung lembaga penegak hukum resmi manapun hanya bisa membuat perkiraan lalu membantu sekedarnya, itupun bila diterima.
Sama halnya dengan kasus pembunuhan seorang wanita muda yang sempat tak terungkap. Kondisi agak sulit karena tidak ada CCTV di sekitar rumah bergang sempit tersebut serta tidak adanya barang berharga yang diambil. Namun Gonta mampu mengungkap hanya dengan melihat paket-paket yang tergeletak di rumah wanita itu setelah wanita itu dibunuh. Dari sana, ia secara diam-diam memberikan clue kepada polisi untuk menelusuri paket-paket tersebut termasuk data pemotretan terakhir yang biasa dilakukan kurir saat mengantar paket.
Benar saja, penelusuran lebih lanjut membuktikan bahwa ada foto terakhir dari mendiang korban yang diambil oleh kurir paket di hari ia terbunuh. Dalam foto tersebut terlihat korban masih memakai baju yang terakhir ia kenakan, ia tampak berdiri tersenyum memegang paket dan dibelakangnya terlihat seorang pria kurus yang duduk di teras rumahnya. Meski agak blur, tapi wajah pria berkumis dengan usia kisaran 50 tahunan itu masih bisa dikenali terutama adanya ciri-ciri berupa tato kecil di lengan tangan kirinya.
Belakangan, berdasarkan foto tersebut, pria berkumis itu berhasil ditangkap. Motifnyapun terungkap yaitu masalah kecemburuan pria itu terhadap si korban yang adalah simpanannya tersebut. Ia gelap mata setelah korban bersikeras ingin berhenti menjadi simpanannya dan berniat menikahi pemuda dari desanya.
Talui saat itu memang menemani Gonta menuju ke lokasi pembunuhan wanita tersebut yang berbeda beberapa kelurahan dari tempat tinggal mereka dan ia melihat langsung bagaimana petunjuk dari Gonta akhinya bisa membantu kepolisian. Sudah kesekian kalinya Gonta melakukan hal ini, Talui sebenarnya berharap sahabatnya itu bisa mendaftar ke kepolisian dengan bakat analisanya itu ketimbang menjadi tukang parkir di Alfamart bersamanya.
"Menurutmu?" tanya Talui sambil melihat ke arah kerumunan massa di sekitar area perkuburan.
"Entahlah, ada yang ga beres tapi gua males nyeritainnya." jawab Gonta.
"Eh ayolah, ini pasti dendam asmara berujung nekrofilia, motif apalagi?" tanya Talui sedikit memaksa.
"Nekrofilia?" tanya Gonta.
"Itu lho penyimpangan seksual yang membuat pengidapnya menikmati berhubungan intim dengan mayat." jelas Talui dengan dagu terangkat seolah mau pamer kosakata barunya. Gonta mengangkat kedua bahu, berdiri, meremas kaleng Coca Cola lalu berjalan pergi tanpa mengucapkan kalimat apapun, Talui bergegas menyusulnya. Mereka meninggalkan area perkuburan.
"Lu tau, di dunia ini orang bisa melakukan apa aja demi hal yang mereka inginkan sekalipun harus mengakali kematian," ucap Gonta sembari mereka berjalan kembali ka Alfamart yang baru saja dibuka. Belum ada kendaraan pengunjung yang parkir kecuali hanya satu mobil Xenia hitam yang dari semalam memang sudah terparkir disitu. Biasanya memang ada penghuni atau tamu komplek yang sengaja menitipkan mobilnya di area parkir tersebut, kadang driver online atau supir taksi juga suka menginap disitu.
Talui memakai rompi berwarna hijau stabilo yang selalu dikenakannya saat menjaga parkiran, sebuah peluit dikalungkan dilehernya. Ramdan, pegawai Alfamart berjalan keluar dari toko sembari menyapa mereka lalu menghampiri seorang pemulung sambil membawakan setumpuk kardus bekas. Gonta duduk di kursi bakso sambil bersandar di tembok, Talui menyusul duduk di sebelahnya.
"Gua ga paham yang lo maksud soal mengakali kematian?" tanya Talui.
"Lu liat si Ramdan ama bapak pemulung itu," tunjuk Gonta ke arah mereka.
Talui memperhatikan keduanya, tak ada yang aneh. Ramdan hanya menyerahkan setumpuk kardus bekas lalu si pemulung mengangkutnya ke dalam gerobaknya. Mereka berbicara sekedarnya sebelum akhirnya si pemulung pamit.
"Yah terus kenapa ama mereka?"
"Kardus bekas itu harusnya udah ga kepake lagi saat produk sudah di-unboxing alias dikeluarin dari kardusnya, tapi manusia tetap berusaha menggunakannya untuk hal lain. Itulah yang gua maksud dengan mengakali kematian, Tiara uda meninggal, tapi ada yang manfaatin tubuh jasmaninya untuk hal lain, paham?"
"Hmm.. paham dikit,"
"Lu mikir deh, Tiara itu meninggal dalam kondisi mengandung janin bayi, bayi yang dinantikan selama 10 tahun usia pernikahannya. Bayi kembar pula."
"Kok lu tau?"
"Sosmed bro. Tiara tipikal pengguna sosmed yang nulisin semua unek-unek dia di sosmed. Facebooknya terbuka buat siapapun dan curhatan dia ada semua disitu bahkan sebelum dia jatuh sakit dan meninggal. Gua tinggal browsing sebentar pas liat namanya di papan nisan tadi, lagian mukanya rada familiar, dia kan sering belanja kesini."
Kedua bola mata Talui melirik ke atas langit seolah mencoba mengingat-ngingat apakah ia pernah melihat Tiara juga. Talui menghembus nafas panjang, menggeleng kepala tanda ia tak mengingat Tiara.
"Semua yang belanja disini, gua selalu merhatiin kebiasaan mereka. Contoh nih, kalo naik motor, ada yang nurunin standar dulu baru buka helm dan ada yang kebalikannya."
"Tiara yang mana?"
"Ngga dua-duanya, dia kalo kesini naik motor selalu dibonceng suaminya, suaminya yang nurunin standar dan dua-duanya ga pake helm, kadang pake mobil juga."
Bibir Talui sedikit ditekuk, ia merasa dipermainkan oleh pernyataan Gonta.
"Ok terus?"
"Yang gua bilang tadi, some people bakal ngehalalin segala cara bahkan ngakalin kematian demi dapetin apa yang dia pengen. Dan some people ini, datang ke kuburan Tiara, membongkarnya lalu menyetubuhinya dari luar buat dapetin arwah janin di dalamnya sehingga lahirlah bayi dalam tanda kutip,"
"Bayi dalam tanda kutip?"
"Bayi jadi-jadian! Semacam terlahir tapi tidak secara jasmani atau ragawi gini. Dan itu memungkinkan karena praktik ilmu ini ada. Pelakunya juga bukan orang yang bermaksud mencari ilmu hitam untuk membuat dirinya menjadi sakti atau kebal."
"Hmm, kalo gitu gua kayaknya tahu siapa orangnya,"
"Siapa?"
"Suaminya!"
"Kenapa?"
"Dia orang paling desperate buat dapetin anak dengan Tiara. Dia bisa saja kehilangan Tiara, tapi dia ga mau kehilangan bayinya, ya kan?"
Gonta tersenyum, Talui spontan berdiri dan mengangkat kedua tangannya sebagai tanda kemenangannya membelakangi Gonta.
"Yesssss.." sorak Talui.
"Lu salah." jawab Gonta pelan.
Wajah Talui mendadak berpaling ke arah Gonta, kedua tangannya masih terangkat ke atas.
"Salah gimana?" tanya Talui keheranan.
"Buat suaminya, ngga ada Tiara pun masih banyak wanita lain. Suaminya uda berapa kali ke sini dan selingkuhannya selalu nunggu di mobil, berapa kali gua lihat kadang dia ama Tiara - istrinya - tapi kadang ama wanita lain. Seperti gua bilang tadi, buat suaminya aman-aman aja ngelakuin kayak gitu, Tiara hanya kesini kalo lagi bareng dia. Tapi sejak Tiara hamil, dia ngga pernah lagi kesini dengan wanita lain." jelas Gonta.
"Jadi..?"
"Suaminya selingkuh karena dia ngerasa ga bisa dapet anak dari Tiara, sekalinya Tiara hamil, that's it, dia putusin selingkuhannya. Tapi kalo Tiaranya meninggal, ya dia tinggal balik ke selingkuhannya malah tinggal ngitung hari buat diangkat jadi istri baru, bereskan? Ngapain malem-malem kehujanan basah kuyup ngegali tanah kuburan istrinya dan ngelakuin itu semua."
Dua buah motor datang memarkir, Talui meniup peluitnya sembari mengarahkan mereka lalu duduk lagi di sebelah Gonta.
"Ok, tapi tadi polisi sempet bilang di tubuh Tiara terlihat bekas pukulan benda tumpul, itu darimana?" tanya Talui.
"Pelaku ga dateng pakai sekop atau pacul, mungkin dia bawa linggis atau kayu dan saat dia menggali, beberapa pukulan alatnya sempat mengenai mayat Tiara, pola galian tanahnya sendiri uda jadi bukti kalo digalinya bukan pake sekop atau pacul." jelas Gonta.
"Make sense sih, cuma motifnya apa donk kalo bukan suami Tiara pelakunya?"
"Dugaan gua, ada orang yang pengen nyari pesugihan lewat kematiannya, seperti gua bilang tadi, praktik ini ilmunya ada. Pas dia tau Tiara meninggal, ga nunggu waktu lama, dia dateng dan ngelakuin itu semua lalu dia dapet semacam arwah bayi jadi-jadian itu buat dipiara dan dijadiin tuyul."
"Ah gila lo, teori gilaaaa!"
"Pernah ngga teori gua meleset?"
Talui bungkam, ia tau sahabatnya selalu memberikan teori yang tak bisa diredam bahkan oleh logika terdalam.
"Dan kemungkinan gua tau orangnya siapa," jawab Gonta.
"Hah? Siapa orangnya? Siapa?" cecar Talui penasaran.
"Orang yang paling banyak nge-like dan komen tiap kali Tiara nge-posting perihal proses kehamilannya dan orang itu pas gua lihat latar belakangnya, ternyata dia emang penganut aliran kebatinan tertentu. Dia juga sering komen di Facebook Tiara perihal tanggal baik untuk melahirkan, pantangan tertentu dan banyak hal lainnya terkait hal mistis,"
"Direspon ama Tiara?"
"Kagalah, Tiara sama kayak kita, orang-orang Jakarta yang ga percaya hal-hal mistis seperti itu. Paling cuma dianggap agak gila atau orang kurang kerjaan ama Tiara, makanya dia cuma ngasi emoticon ketawa."
"Jadi lo uda tahu orangnya siapa?"
Gonta mengangguk. Terdengar suara pintu mobil terbuka, satu-satunya mobil yang menginap di area parkir Alfamart tersebut. Mobil tersebut parkir sejak malam sebelumnya saat Gonta sedang libur dari tugas jaga parkirnya. Gonta dan Talui melihat ke arah pintu mobil yang terbuka itu.
Seorang pria berbadan gempal dengan usia sekitar 50an, turun dari mobil itu. Wajahnya masih terlihat mengantuk, ia membetulkan kacamatanya sejenak lalu mengusap matanya. Gonta memperhatikan bagian bawah celana panjang pria tersebut agak basah dan sendalnya yang dipenuhi bekas lumpur yang mengering, semalam memang hujan lebat di daerah sekitar itu termasuk area kuburan.
"Ga jauh malah," sambung Gonta.
"Hah? Deket sini? Terus lo kagak laporin polisi?" tanya Talui dengan sedikit panik.
"Cerita mistis gini? Gua jelasin pun palingan gua yang dianggep nyari sensasi."
Gonta masih terus menatap pria tersebut, ia mengenali wajah pria itu karena dialah pria yang sering menuliskan komen di beranda Facebook Tiara. Keduanya bertatap mata sejenak, pria itu segera menutup pintu mobilnya dan berjalan masuk ke dalam Alfamart sambil tangan kanannya ditekuk seperti sedang memegang sesuatu. Gonta melirik sejenak ke arah tekukan tangan pria tersebut, ia tahu apa yang digendong oleh pria itu adalah janin bayi tak kasat mata yang hanya bisa dilihat dengan kemampuan indigonya.
"Buat kasus kali ini, gua milih diem." lanjut Gonta.
"Ngga, lo harus kirim petunjuk lagi ke polisi, terserah mereka mau percaya apa ngga." paksa Talui.
"Ya kali mereka mau percaya ama pengangguran macam gua,"
"Lo pinter bro, cuma sayang kuliah lu berhenti tengah jalan karena ga ada duit. Dan lo ngelamar sana sini ga dapet kerjaan karena ga ada ijazah S1 kan? Lo bukan pengangguran, lo cuma belon ada kesempatan aja."
"Gitu yah?"
Talui menggelengkan kepala pelan, heran dengan sikap tidak percaya diri sahabatnya yang selama ini ia anggap hebat.
"Kalo elo biarin tuh orang bebas, sama aja elo ngebiarin calon maling bebas. Kan tadi lo yang bilang, tuh bayi jadi-jadian mau dijadiin tuyul, ya kan?"
Gonta mengangguk pelan lalu ia berdiri dan berjalan pergi.
"Lo mau kemana?" tanya Talui
"Kantor polisi." jawab Gonta sambil berhenti sejenak di dekat mobil, ia menurunkan tangannya seperti memungut sesuatu lalu berjalan meninggalkan area parkir. Talui memperhatikan dari jauh.
"Tangan lo kenapa Ta?" teriak Talui
"Gpp cuma kram dikit, cabut dulu yah." balas Gonta sembari melambaikan tangan kirinya, sementara tangan kanannya tampak ditekuk kaku persis tangan pria yang turun dari mobil tadi. Gonta tahu sahabatnya itu pasti masih penasaran kenapa selalu kalah langkah dengan dirinya bahkan sahabatnya lupa dengan petunjuk yang sudah diberikannya tadi perihal Tiara meninggal dalam posisi mengandung bayi kembar.
Asal kau tau, pria yang turun dari mobil tadi hanya memegang salah satu bayi saja, sedangkan bayi lainnya sudah berada di tangan Gonta. Bingung? Mari kita ulang sejenak. Saat pria itu turun dari mobilnya, entah karena masih mengantuk atau karena tak sengaja bertatapan dengan Gonta yang memiliki kemampuan indigo, ia pun bergegas berjalan ke dalam Alfamart dan tanpa sadar meninggalkan salah satu janin bayi tergeletak di jalanan.
Janin-janin ini memang ringan dan pasti pria itu berpikir bahwa kedua janin masih dipegangnya saat berjalan masuk. Kesempatan baik bagi Gonta, ia segera mengambil janin tersebut, membawanya pergi dengan sedikit berbohong kepada Talui soal tangannya.
Janin bayi jadi-jadian ini memang masih berada antara dunia nyata dan tidak nyata. Janin ini juga masih rapuh, ia bisa berpindah tuan begitu dipegang manusia lainnya yang memegang tanah kuburan. Gonta tau itu semua, itu sebabnya saat di kuburan ia sempat memegang tanah kuburan dekat mayat tersebut saat sahabatnya sedang pergi membelikannya Coca Cola.
Bagi Gonta, janin ini bisa menjadi bukti sekaligus cara ia meyakinkan polisi tentang motif pesugihan ini. Ia berjalan dengan penuh harap. "Mungkin bener apa yang dibilang Talui, kalo gue bisa buktiin, polisi-polisi itu bakalan mandang gua lebih serius." ucapnya dalam hati sembari terus berjalan.
Hanya saja lama-lama langkah Gonta bukan mengarah ke arah kantor polisi yang ada di persimpangan jalan dekat kantor Pos, ia malah berjalan pulang ke arah rumah kostnya. Sembari berjalan, tiba-tiba dia berhenti dan melihat ke arah kita, "Lu semua tahukan? Gua capek miskin, punya skill tapi ga ada kesempatan, gua juga pengen kaya karena gua adalah some people itu juga."
Maka bergemalah kembali suara Gonta yang tadi sempat ia ucapkan pada sahabatnya Talui,
"..some people bakal ngehalalin segala cara bahkan ngakalin kematian demi dapetin apa yang dia pengen."
Gonta lanjut berjalan, kali ini langkahnya terasa lebih ringan seringan janin bayi di tangannya.
Jakarta, 27 Agustus 2022
Yohanes Gatot Subroto
Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.