STASIUN

STASIUN
Foto : Google

 

Aku bermimpi berada di stasiun ini bersama seseorang yang dengan senang hati menemani, menikmati perjalanan tanpa banyak bicara, menuju rumah kami. Ia sibuk membaca buku sambil sesekali menggenggam tanganku dan tersenyum. Sesekali memeluk dan mencium rambutku.

Dua tahun berlalu aku berada di stasiun impian, sendirian. Perjalanan terasa lebih lambat, bangku biru beludru sebelahku sepi penghuni.

"Sebelum kamu menerima dunia sebagai tempat bermain, kamu tak akan punya cukup air mata untuk menangis."

Sebuah suara berat mengejutkanku. Seorang laki-laki, yang entah dari mana tiba-tiba duduk di sebelahku.

"Jangan kebanyakan melamun. Waktumu terbuang, sayang. Istirahatlah. Bersandarlah di bahuku jika kau mau. Aku tahu kau lelah. By the way kau takut kematian, Ing?"

Aku menggeleng. Bingung, dari mana dia tahu namaku.

"Aku juga, aku tak pernah takut kematian. Aku hanya takut melupakan."

Dia bicara sambil membuka tas dan mengeluarkan tiga buku novel baru yang masih terbungkus plastik.

"Kematian? Melupakan?" Suaraku pelan, nyaris menggumam.

"Iya, melupakan. Lupa bahwa aku harus menemanimu. Kubawa beberapa buku, sambil membacanya boleh kugenggam tanganmu, memeluk dan mencium rambutmu?"

Aku diam saja, tak tahu harus bagaimana saking bingungnya. Bisa dia tahu apa yang kuinginkan. Dia ini siapa? Aku tak pernah mengenalnya.

Kuperhatikan wajahnya, bersih dengan garis rahang yang tegas. Rambut ikal panjang yang dikuncir sembarang, alisnya tebal dan matanya itu, sewarna kuning madu. Terang penuh bintang. Dia tersenyum, lalu tiba-tiba aku seperti berada di ruang luas bernuansa merah.

 

Masih dengan perasaan bingung kulihat sekeliling. Ruang yang nyaman. Bagaimana tidak, sudah luas, bersih, wangi, lengkap lagi. Busa tebal nan empuk, sprei merah darah dan ranjang kayu berukir. Di dekat jendela besar, buku-buku tertata rapi dengan rak-rak kayu yang dicat putih. Cukup banyak. Tiga gambaran tangan berbingkai merah menempel di dinding. Di pojok ruang, berdiri patung perempuan telanjang yang juga berfungsi sebagai lampu. Kap merah di atasnya bagus, bisa dibuka seperti payung kecil dan lampunya pun bisa dibuat redup atau terang. Beberapa barang juga berwarna merah; sofa panjang, tirai jendela, kain tenun khas Lombok di sandaran kursi, kotak rokok dan asbak.

Di atas meja, sebuah perahu kecil berwarna hitam dengan dua layar terkembang berwarna merah menarik perhatianku. Buatan tangan yang rapi meski bentuknya sederhana.

"Kamu suka, Ing? Perahu itu untukmu, simpan saja."

Laki-laki asing itu sudah berdiri di pintu, jangkung dan berkulit bersih. Kulihat tato bertuliskan Seize the Day di tangan kanannya saat dia menggulung kemeja hitamnya. 

Sambil berjalan ke arah jendela dan membukanya dia bilang, "Duduklah, Ing, kubuatkan cokelat hangat ya."

Sesaat hening, kami duduk bersebelahan. Dia sibuk membuka tas dan mengeluarkan isinya, aku sibuk dengan pikiranku sendiri.

"Kamu ini siapa? Aku tak mengenalmu dan kenapa aku di sini?"

Dia melihatku, lagi-lagi tersenyum, malah lebih lebar dari yang sudah-sudah. Tiba-tiba dia memelukku seraya berbisik, "Singkatnya begini, mumpung waktu berpihak kepadaku, aku ingin bersamamu, Ing. Jangan cemas, semuanya akan baik-baik saja. Nikmati saja. Kamu lelah, istirahatlah."

Pelukannya erat, hangat dan entah bagaimana aku tertidur.

 

*

 

"Mbak, mbak, bangun, sudah sampai. Mbak ini tasnya jatuh tadi, semoga tak ada barang yang hilang. Hati-hati mbak, jaga diri baik-baik."

Seorang ibu membangunkanku, entah siapa. Belum sempat mengucapkan terima kasih dia sudah menghilang, cepat sekali. Kulihat sekeliling, orang-orang bergegas turun dari kereta. Dari jendela terlihat tulisan--Stasiun Balapan Solo.

Lalu kemana laki-laki asing itu? Dan tas yang jatuh ini, bukankah miliknya? Buru-buru kubuka. Tiga buku novel baru, kain merah khas Lombok di sandaran kursi kamar itu, kotak rokok, asbak dan perahu kecil berlayar merah!

Ah apa aku mimpi? Kucubit lenganku, sakit!

Jadi laki-laki itu siapa? Hantu atau alien penghuni pikiranku sendiri?

 

 

 

                                                          *** 

 

 

Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.