PENULIS DAN EDITOR

PENULIS DAN EDITOR
Penulis dan editor itu seperti Tom and Jerry. Mereka hampir selalu bertengkar. Keduanya berdebat dengan argumentasinya masing-masing. Banyak orang yang tidak mengetahui titik permasalahannya, termasuk penulis dan editornya sendiri. Sebenarnya apa, sih, yang membuat keduanya berselisih? Saya mencoba menganalisis fenomena ini.
RUANG IMAJINASI DAN RUANG EDITING
Dalam proses penulisan fiksi, ada dua ruangan yang perlu kita masuki. Yang pertama adalah Ruang Imajinasi. Dan yang kedua adalah Ruang Editing. Kedua ruangan ini sama pentingnya. Kedua ruangan itu harus kita masuki satu persatu.
RUANG IMAJINASI
Yang pertama kali kita masuki adalah ruang imajinasi. Di ruangan ini kita dilarang keras mengedit sebuah tulisan. Biarkan tulisan terpampang seperti apa adanya. Jadi bila kita sudah terlanjur menulis sebuah kata makian yang dilontarkan seorang bapak pada anaknya, “Anjing lu!”, biarkan aja begitu. Jangan diedit. Kenapa demikian?
Di ruang imajinasi, kita sedang memberdayakan imajinasi kita. Kata-kata yang sudah tertulis adalah jejak emosi dari cerita yang sedang kita buat. Setiap kata yang tertulis adalah jembatan emosi yang sedang kita lalui menuju ke imajinasi berikutnya. Kalau kita berhenti lalu mengedit tulisan tersebut, itu sama saja kita memutus imajinasi yang sedang berjalan. Jadi biarkan semua kata tertulis apa adanya. Teruslah menulis sampai cerita selesai.
Di ruang imajinasi ini kita harus MENGHAMBA PADA KEBEBASAN. Lupakan kesalahan ejaan, acuhkan soal norma dan aturan, jangan ada nilai-nilai yang mengekang, misalnya kekerasan, pornografi, SARA dll. ABAIKAN SEMUA. Nikmati kebebasan itu, bersenang-senanglah dengan imajinasi yang sedang berjalan. Biarkan imajinasi itu menjadi liar tak terkendali. Biarkan imajinasi itu akhirnya mengambil kontrol atas pikiran dan tangan kita. Ikuti saja kemana dia pergi. Biarkan jemari kita menari di tuts komputer tanpa kendali.
Ketika sampai di taraf itu, kita seakan-akan merasa ada makhluk lain yang mengambil alih kontrol kita. Makhluk lain itulah kini yang sedang menulis cerita dengan meminjam jemari kita untuk mengetik di komputer. Tapi tidak usah takut. Ikuti saja. Biarkan cerita berjalan sampai akhirnya selesai.
Ketika proses ini dijalankan sebebas-bebasnya maka kita akan terkejut sendiri, “Masak sih ini tulisan gue? Rasanya gak mungkin gue menulis seperti ini.” Sulit dipercaya memang tapi itulah yang selalu terjadi pada saya setiap kali menulis.
Proses menulis memang biasanya begitu terjadinya. Pertama, kita berpikir. Setelah itu kita berpikir sambil berimajinasi. Selanjutnya kita berimajinasi masih dalam kontrol kita. Akhirnya imajinasi mengambil kontrol dan bekerja sendiri. Jari-jari kita terus mengetik seolah jemari itu bukan milik kita.
Luar biasa banget! Itu sebabnya ketika teman-teman membaca tulisan tersebut, mereka gak percaya bahwa itu tulisan kita. Jangankan temen, bahkan kita sendiri gak percaya kita bisa menulis seperti itu. Rasanya seperti ada makhluk lain yang menguasai tubuh kita. Makhluk itulah yang menulis dengan meminjam jari-jari kita.
Ruang imajinasi adalah domain dari SUBCONSCIOUS MIND atau pikiran bawah sadar. Di ruang imajinasi, logika sudah tidak terlalu berperan lagi. Di sini kepintaran penulis akan mencapai puncaknya. Imajinasi berjalan dengan liar, menabrak semua penjara termasuk penjara logika di dalamnya.
RUANG EDITING
Ketika tulisan sudah rampung, barulah kita memasuki ruang editing. Ruang editing adalah domain dari CONSCIOUS MIND atau pikiran sadar. Ruang ini adalah domain dari logika.
Di ruang editing, kita bisa membaca lagi cerita dari awal dan merevisi semua kata yang rasanya terlalu kasar, terlalu porno, atau sesuatu yang tidak logis. Pokoknya di sinilah kesempatan kita untuk mengedit cerita dari awal sampai akhir. Di sinilah kita memasang kembali kembali penjara-penjara yang dilabrak oleh penulis di ruang imajinasi, Kita mulai memasang penjara agama, penjara norma, tata bahasa dan lain-lain.
Artinya, di ruang imajinasi kita menjadi PENULIS. Di ruang editing kita menjadi EDITOR. Seorang editor, sahabat saya, Oksand, pernah berkata bahwa di ruang editing, kita harus bertindak sebagai dosen yang paling killer atas karya kita sendiri.
EDITOR PENERBIT
Ketika naskah buku tersebut rampung, Si Penulis akan mengirimkannya pada penerbit. Jika naskah tersebut lulus seleksi, pihak penerbit akan menunjuk seorang editor untuk mengedit naskah tersebut.
Sang Editor akan bekerja persis seperti yang kita lakukan di ruang editing. Mereka akan merevisi tata bahasa, norma-norma. Memangkas bagian yang terlalu sadis, terlalu porno, mengandung SARA dan lain-lain. Intinya adalah Sang Editor hanya bekerja di CONSCIOUS MIND alias pikiran sadar. Nah di sinilah biasanya perdebatan terjadi antara penulis dan editor.
Penulis merasa terganggu dengan editan Sang Editor tapi dia sendiri gak ngerti dan gak bisa menjelaskan apa yang menyebabkan tulisannya terganggu. Nah, yang terjadi sebetulnya adalah sebagai berikut.
Sang Editor, tanpa terasa, rupanya ikut memangkas alur IMAJINASI yang telah dibangun Si Penulis. Editornya tentu saja tidak bisa menangkap hal itu, kenapa? Karena dia hanya bekerja di ruang EDITING. Sementara bagian yang terpangkas adalah bagian yang terdapat di ruang imajinasi. Sang Editor merasa tidak ada yang berubah dengan naskah buku itu. Dia merasa hanya memperbaiki hal-hal yang seharusnya dia lakukan di ruang editing.
Perdebatan gak pernah mencapai kata sepakat. Karena keduanya tidak berbicara dengan bahasa yang sama. Mereka tidak berbicara dari sudut pandang yang sama. Yang satu bicara dari ruang imajinasi dan yang lainnya berbicara dari ruang editing.
Seorang penulis sering mempunyai hubungan emosional dengan sebuah kata tertentu. Misalnya ada seorang penulis yang menggunakan kata 'Saya' sebagai kata ganti orang pertama. Secara emosional, dia merasa kata 'Saya' menggambarkan karakter tokoh yang lebih tangguh. Sementara kata 'Aku' dianggap terlalu childish.
Di penerbit, ternyata semua kata 'Saya' diganti oleh editor menjadi kata 'Aku'. Alasannya, semua novel umumnya menggunakan kata 'Aku' daripada 'Saya'. Lalu ributlah keduanya. Tom and Jerry mulai kejar-kejaran lagi.
Itu baru satu kata. Masalah akan timbul lagi ketika editor mengubah kalimat, menghapus adegan porno, memangkas bagian yang sadis bahkan bisa jadi editor juga menyunat beberapa halaman yang dirasa tidak sesuai dengan kebijakan yang dianut oleh penerbitannya. Itu sebabnya pertengkaran antara Tom and Jerry berlangsung abadi.
Teman-teman sekalian. Ruang imajinasi akan membuat karya kita jadi unexpected karena kita melepaskan imajinasi kita melanglang buana sebebas-bebasnya tanpa penjara. Ruang editing akan membuat karya kita menjadi sempurna karena kita meluruskan sesuatu yang tidak wajar atau melanggar norma-norma dan bahasa.
Tidak mudah membahas masalah ini dalam satu artikel pendek. Ilmu Penulisan adalah ilmu yang lumayan kompleks. Kalau ingin mengetahui lebih jelas seputar literasi, gimana kalo kalian ikutan aja Kelas Penulisan Batch 24. Seperti biasa kelas akan diadakan di group WA dengan 8X pertemuan. Mulainya tanggal 8 Agustus, 2023, pukul 20 - pukul 22. Kelas akan diadakan setiap hari Selasa, Rabu dan Kamis.
Buat yang belum pernah ikut, silakan daftar. Seperti biasa, biayanya seikhlasnya. Jangan menunda-nunda lagi. Ilmu tidak mencari manusia tapi manusialah yang harus mencari ilmu. Kontak admin The Writers di no. WA 0811 909 100
4Yulia M, Rizky Alvian and 2 others
Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.