DULU NGANTOR SEKARANG NGONTEN

DULU NGANTOR SEKARANG NGONTEN
Lagi sholat juga dijadiin konten.

Social media benar-benar merupakan media ajaib. Orang bisa menjadi terkenal tanpa membutuhkan media TV, koran atau majalah… itu, mah, barang kuno. Sekarang ini semua orang bisa jadi selebriti melalui social media. Baik itu lewat Tiktok, Youtube, Instagram, Twitter dan lain-lain. Dan ini sudah dibuktikan oleh Atta Halilintar, Ria Ricis, Pesulap Merah dan masih banyak lagi seleb-seleb social media yang dilegalisasi dengan centang biru.

Melihat kesuksesan para seleb ini, banyak orang ngiler, dooooong. Mereka berpikir, ‘Ternyata untuk jadi seleb gampang banget. Apa yang gue gak punya dibanding seleb-seleb itu? Semua aplikasi bisa diinstall. Selanjutnya tinggal bikin konten heboh di social media…..langsung terkenal, deh. Kalo terkenal berarti punya banyak follower. Abis itu gue bisa meraup uang banyak dengan menjadi endorser sebuah brand.' Begitu pikiran pendek mereka.

Mindset seperti ini membuat dunia tambah kacau. Orang rela melakukan apa aja untuk memproduksi konten yang berpotensi viral. Ada yang selfie di tempat-tempat berbahaya. Ada yang mencegat truk yang lagi melaju kencang sampe kegiles sendiri. Ada yang pansos alias panjat social dengan cara bikin konten yang isinya menghina orang terkenal. Kalo orangnya marah gimana? Malah bagus. Tinggal minta maap dan momen minta maap itu bisa dijadiin konten berikutnya. Pokoknya apa aja dilakuin biar viral. Ancur, kan?

Satu hal yang paling bikin saya miris adalah, di jaman digital ini, nama baik tidak penting lagi. Yang paling penting buat mereka adalah EXPOSURE! Coba perhatikan public figure jaman sekarang? Banyak dari mereka kita gak tau apa prestasinya. Kita mengenal mereka gara-gara sensasinya. Gara-gara exposure-nya gila-gilaan di social media.

Misalnya Rocky Gerung atau Fadli Zon? Apa prestasi mereka? Mungkin mereka punya prestasi yang hebat. Masalahnya banyak yang gak tau apa prestasi keduanya. Buat kita, mereka terkenal gara-gara suka membully Jokowi doang. Dan membully presiden hampir pasti akan mendapatkan exposure, baik itu dari media tradisional maupun share para netizen. Yang kasian adalah rakyat Indonesia. Setiap hari mereka disuguhi konten-konten receh, konten hoax, konten fitnah…semua atas nama eksistensi diri. Parah!

Ada temen saya namanya Rafli. Dia hobi banget ngonten. Sepertinya dia sangat bernapsu pengen jadi public figure. Hampir 24 jam sehari dia sibuk dengan kameranya. Bangun pagi dia udah ngomong di depan kamera, “Hi Guys. Sekarang gue lagi sarapan. Kali ini gue sarapan dengan bubur ayam. Oh, ya, gue termasuk golongan yang suka bubur ayam diaduk, loh.”

Berangkat ke kantor dia ngomong dari dalam mobil melaporkan situasi jalan raya yang dilaluinya. Makan siang kameranya beraksi lagi, terus begitu dari bangun tidur sampai tidur malam. Isterinya sering ngomel karena merasa tidak diperhatikan. Bahkan anaknya pernah komentar gini ke Rafli, “Ayah, bisa nggak kita menjalani satu hari aja tanpa kamera?” Gila, ya?

Suatu hari saya ngelewatin rumahnya. Rafli sedang mencuci mobilnya sambil ngoceh di depan kamera, “Hi, Guys. Gue selalu nyuci mobil sendiri. Karena mobil itu punya hubungan emosional sama kita. Jadi jangan percayakan dia dimandikan oleh orang lain.”

Ngeliat saya lewat, Rafli menyapa saya tanpa mematikan kameranya, “Halo, Om Bud. Mau ke mana?”

”Ya, ngantorlah. Elo gak ngantor, Raf?” tanya saya balik.

“Orang jaman dulu ngantor. Orang jaman sekarang ngonten,” jawabnya.

TOBAAAAAAAAT!

Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.