Sampan Basah

Sampan Basah

Ini bukan yang pertama.
Berkali-kali kau memberikan wajahmu untuk mengicip pinggiran laut. Bahkan air laut begitu mengenal gerak laku dayungmu yang plintat-plintut. Kecipaknya terdengar nyaring, tapi tak kunjung sampai.

Masih dengan sampan itu, ke sana kemari membawa bermacam-macam isi kepala. Sementara pagi sudah berteman riuh, kau belum menemukan ombak untuk menepi. 

Sampai akhirnya, 
datanglah saatnya kau menapak daratan berbatu. Penuh lumut. Jauh lebih pejal dari yang kau duga.

"Boleh saja," jawabku setelah kau bertanya apakah boleh singgah sejenak di tempatku. Kau tampak lega mendengarnya setelah sekian waktu menunggu aku berkata-kata. Jujur, aku lebih lama berpikir tentang mengapa kau bertanya itu daripada apa yang harus kujawab.⁣

"Asal jangan sekali-kali kau buat basah sampanmu setelahnya," pungkasku menyudahi siang. ⁣

Datang dan pergi bukanlah perkara remeh seperti sangkamu.  Datang adalah saat seorang ayah mendapatkan anak perempuan dan pergi adalah saat seorang anak perempuan kehilangan ayahnya. Kau tak akan mengerti karena kau bukan keduanya.

Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.