Lorong

Membaca huruf-hurufnya, disadari atau tidak, berarti kamu bersepakat untuk berbahagia.

Lorong
Image source: Freepik

Pernahkah kau berangkat ke arah gelap?

Tempat segala yang bernama lelah hinggap?

Berdiri saja dengan tenang.

Aku akan mengajakmu menyentuhi lorong-lorong yang tak kaukenal, cuma dengan matamu. Dengan hatimu. Dengan napasmu yang tenang dan SEKARANG kauatur tarikan dan hembusannya

satu demi satu

Lalu dengar degup jantungmu yang ritmik, dan sedikit kaubesarkan suaranya

Kaudengarkan suaranya

Kaubesarkan suaranya

Dan kaudengarkan suaranya

Lalu kausebarkan rasa tenang dan nyaman itu

Dari pusat jantung ke seluruh tubuhmu

Dan bayangkan saat ini kau berdiri dengan tenang

Pada sebuah hutan yang gelisah

Bebauan daun-daunnya merambati wajahmu dengan jelas

Menebarkan aroma sejuk yang mengaliri bagian dalam lehermu,

paru-parumu,

bahumu,

kedua tangan dan telapak tanganmu,

perutmu,

menjalari betis hingga setiap sisi telapak kakimu

dan sekujur tubuhmu yang tetap berdiri tenang

dalam bayang-bayang

Tak sedikit pun kau rela beranjak

Karena kau semakin ingin memahaminya dengan menutup matamu rapat-rapat

Sehingga keindahan ini semakin sedemikian jelas kaulihat

dengan tarikan napasmu

dan degup jantungmu

 

Berdirilah dengan tenang, dan beri dunia yang kaukenal ini warna

Beri ia suara, seperti desau angin atau bunyi-bunyi malam yang hening

Semakin membuat kelopak matamu terkunci rapat, dan sedikit bergerak

(Biarkan saja dan tetap berdirilah di sana dengan tenang)

Lihatlah

Persis di depanmu ada lorong yang gelap

Lorong di antara bongkahan batu cadas yang keras

Batu dengan lumut belantara hutan yang basah

Di mana aku ingin mengajakmu ke sana

Melangkahlah dengan pelan, masuki keheningannya dengan sabar

Dan sedikit demi sedikit kautinggalkan cahaya hutan yang remang

Pandanganmu mulai mengabur, sedikit masih seperti ada saputan putih yang pudar,

lalu gelap dan sunyi

Sunyi dan gelap

Sesunyi desau dedaunan yang semakin jauh

Kamu hanya bisa melihat dengan kaki yang telanjang

Merambati tanah dengan sedemikian hati-hati

Tanah yang lembut dan basah, pada lorong yang semakin jauh.

Dan gelap semakin ada pada di antara dua kelopak matamu

Lalu kedua kelopak matamu semakin berat menekan ke bawah,

dan kau pun tenggelam dalam ketenangan

 

Kini, aku ingin mengajakmu berjalan pada sepuluh langkah yang kaukenal

Dan pada langkah kesepuluh, kau akan menuju cahaya di sebuah mulut lorong

Langkah satu, berjalanlah dengan senyap

Langkah dua dan tiga, matamu mengenali warna lorong yang gelap

Kakimu menyentuhi detail tanah lembut yang basah

Langkah empat, kau semakin jauh, dan matamu seribu kali lebih teduh

Langkah lima, enam, tujuh, kau meneliti tarikan dan hembusan napasmu yang tenang

Degup jantungmu pun ritmik terdengar dengan gerak yang teratur

Langkah delapan kau mulai melihat satu titik cahaya di depan, dan napasmu semakin tenang

Langkah sembilan, kau semakin mendekati cahaya yang kian membesar, membentuk spektrum yang memasuki lorong di mana kau berada

Matamu mulai mengenal dinding sekelilingnya. Kau memberi warna, kau memberi rasa, dan kau mulai memahami, bahwa saat ini kau semakin mendekati mulut lorong itu

Langkah sepuluh, kau kini persis berada di mulut lorong yang terang

Di luar, cahaya kabut hutan yang damai, menenggelamkanmu dalam kesempurnaan hidup

Kau hirup energinya, memasuki sel-sel tubuhmu, menebarkan kesehatan yang merambat dari kepala, wajah, leher, dada, tangan, perut, betis dan telapak kakimu

Dan bersamaan dengan itu, kamu memandang hidup dengan semangat kebahagiaan yang sempurna

Hidup adalah cahaya kabut yang damai, adalah detak jantung yang sehat dan teratur, adalah tarikan napas yang segar dan lepas, adalah masa depan yang cerah

adalah tubuh yang kuat

adalah impian indah yang menjadi ada

 

Hiruplah cahaya kabut itu, dan kau menghirup semangat hidup yang menjalari setiap jalur napasmu

Lalu diam. Dan nikmati saja ekstase diri, dalam senyap yang membuatmu malas untuk bergerak

Malas bergerak, dalam sunyi dan senyap

Dalam tidur yang lelap

 

(Lalu pada tiga puluh detak jantungmu sejak ini waktu, kau pun terjaga pelan.

Pada tiga puluh detak jantungmu sejak ini waktu, kau terbangun dengan tenang.

Maka berhitunglah hingga tiga puluh detak jantungmu, sejak ini waktu...)

Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.