Sang Pengetuk Jendela
![Sang Pengetuk Jendela](https://thewriters.id/uploads/images/image_750x_5fec4e858da80.jpg)
Sang Pengetuk Jendela
Udara Senin pagi ini cukup hangat. Matahari bersinar kuning memandikan pucuk-pucuk tanaman di halaman rumah Pak Eko yang cukup luas. Rumah berpagar putih itu tampak sepi, Pak Eko berangkat dinas ke Jakarta Subuh tadi, Bu Eko pun mendampingi. Hanya ada Mang Ade, tukang kebun andalan yang sudah lebih dari sepuluh tahun bekerja di rumah itu, sedang merapikan tanaman-tanaman hijau, bunga-bunga dan pohon-pohon buah yang mulai bersemi. Di dalam kamarnya Kevin, putra tunggal Pak Eko, sudah berpakaian seragam sekolah dengan rapi. Dengan langkah malas dia menuju ke meja belajarnya, menyalakan laptopnya dan bersiap melakukan sekolah daring. “Huh, mari kita memulai hari membosankan sekali lagi!” gerutunya di dalam hati.
Kevin sesungguhnya adalah anak yang cerdas, dia bersekolah SMP Sinergi Bangsa, SMP yang cukup bergengsi di kota Bandung. Orang tuanya memilih SMP Sinergi Bangsa karena percaya bahwa sistem pendidikan yang diterapkan disana bisa membentuk karakter dan mengarahkan kecerdasan Kevin. Kevin sendiri memilih sekolah tersebut lebih karena fasilitas ekstra kurikuler olah raga dan seni yang sangat menarik,lapangan olahraga yang luas, guru-guru yang kreatif dengan programnya, alat-alat musik yang lengkap di studio sekolah, teman-teman yang baik baik dan seru. Semua itu bisa mengobati kesepiannya di rumah sendirian sebagai anak tunggal. Namun sejak pandemi beberapa bulan yang lalu , segala kegiatan ekskul terpaksa dihentikan. Pertemuan langsung dengan guru-guru dan kawan-kawan pun diganti dengan pembelajaran daring. Kevin pun makin bosan dan kesepian, dia merindukan kebersamaan fisik di sekolah. Kevin tidak suka belajar daring.
“Kevin, Kevin.. tolong nyalakan kameranya !!” “Kevin, are you still there?!” sayup-sayup
suara seorang wanita memanggilnya...
“Tok tok tok !! Tok tok tok !!” tiba-tiba suara ketukan di kaca yang keras mengagetkannya
dari arah belakang.
Spontan Kevin terbangun dan menoleh ke jendela kamar di belakangnya. Dengan mata yang setengah buram dia melihat sesosok orang bermasker hitam, berbaju hitam dengan rambut tak beraturan berdiri tepat di luar jendela kamarnya. Jantung Kevin hampir saja berhenti karena kaget. Sosok itu menempelkan wajahnya di kaca dan mengisyaratkan Kevin untuk segera menoleh ke layar komputernya. Kevin spontan menghadap ke ke komputernya, di layar tampak wajah Miss Irna sudah sangat kesal. Rupanya pagi ini Kevin tertidur lagi saat zoom pelajaran Biologi. Dan ini sudah yang keempat kalinya terjadi di semester ini. Bahkan hal ini sudah dilaporkan ke orangtuanya minggu lalu. Namun Kevin dan orangtuanya belum menemukan solusi yang tepat untuk mengatasi hal ini.
“Kevin, open your Camera please! Do you hear me??” Nada suara Miss Irna mulai meninggi.
Kevin pun menyalakan kameranya sambil mengucek matanya yang terasa silau menatap layar.
“Are you sleeping Kevin?”
“Nggak Miss, udah bangun kok” jawab Kevin gugup yang disambut tawa teman-teman sekelas di Zoom roomnya.
“Ini tidak bisa dibiarkan Kevin, ini sudah keempat kalinya!” Miss Irna terdengar sangat kecewa.
“Maaf Miss, saya gak sengaja Miss, gak sadar kapan tidurnya, tau-tau bangun aja.. “ Jawab Kevin dengan sejujurnya.
“Baiklah Kevin dengan sangat berat hati Miss Irna harus memberimu hukuman, Miss kasih kamu waktu 3 hari. Tolong kumpulkan tugas biologi khusus untukmu yaitu: Merangkumpelajaran biologi Bab 3 tentang Akar tanaman , dan sertakan 3 contoh tanaman aslinya lengkap dengan nama latinnya di dalam laporanmu. Ditulis tangan! dan diupload di link tugas selambat-lambatnya hari Kamis pagi. Bagaimana sanggup?”
“Sanggup Miss”, jawab Kevin cepat dan asal-asalan. Sesungguhnya dia sama sekali tidak ingat apa isi materi Biologi Bab 3. “Bagus, dan ingat Kevin, jika kamu tidak mengumpulkan tugasmu dalam 3 hari, maka kamu tidak berhak ikut ujian semester ini. Paham?”
“Paham Miss”
Setelah hukuman Kevin diberikan, Miss Irna pun menutup pertemuan daring itu karena waktunya sudah habis. Setelah leave meeting, Kevin buru-buru menengok ke jendela di belakangnya. Cahaya Matahari masuk dari jendela dan membuat pandangannya sedikit silau dan buram, sosok itu sudah tak ada disana. Dengan penasaran Kevin menghampiri jendela dan membukanya. Tak ada siapapun disana.. hanya tanaman-tanaman cantik yang menyapanya. Kevin jadi merinding, “jangan-jangan... “ Kevin berusaha membuang jauh-jauh imajinasinya sendiri.. tapi nyatanya rasa kaget akan ketukan di jendela tadi membuat Kevin bisa bertahan terjaga sampai akhir seluruh pelajaran hari ini.
Beberapa hari kemudian, saat makan malam.
“Kevin, ada yang ingin Papa bicarakan sama kamu, ini serius”, Pak Eko memulai pembicaraan di meja makan. Sambil menyuapkan nasi rawon ke mulutnya dia menatap Kevin dalam-dalam, anak tunggal yang sangat disayanginya dan dibanggakannya.
“Soal sekolah pasti..” kata Kevin kesal.
“Miss Irna telpon Mama untuk kesekian kalinya, lho Vin” kata Mama selembut mungkin.
“Pasti ngadu deh, Kevin tidur lagi pas jam pelajaran dia? Ya kan? Kevin gak tau Ma, Pa.
Kevin bosan, masa tiap hari ngobrol sama komputer terus. Kevin kangen teman betulan.
Mama sih kenapa anaknya cuma satu. Papa Mama juga sibuk keluar kota terus. Kevin bosan banget.”
Mama mengusap lembut bahu Kevin sambil berkata : “Sabar ya Vin, kan lagi pandemi begini. Ini hanya sementara . Mudah-mudahan tahun depan kamu sudah bisa kumpul teman-teman di sekolah lagi.”
“Papa tahu kamu. Kevin anak yang sangat cerdas, aktif dan tidak mudah menyerah. Kamu pandai bergaul, suka menolong. Masa hanya karena alasan ‘bosan’ nilai akademismu, kamu relakan terjun bebas?” Papa mencoba memotivasi Kevin.
“Ingat Vin, kamu sudah kelas 3. Sebentar lagi Ujian kelulusan SMP. Tunjukkan dong semangatmu! Miss Irna meminta Mama memastikan bahwa selama pembelajaran Kamera kamu harus selalu on. Agar Miss Irna bisa memantau gerak-gerikmu.”
“Tiga hari terakhir ini kameraku on terus dan aku gak tertidur kok Ma!”
“Nah itu kok bisa? Pertahankan dong. Tugas-tugas mu juga selalu disubmit tepat waktu kan?” tanya Papa bersemangat.
“Tugas? Oh My God. Hari apa ini Ma?”
“ Hari Rabu. Kenapa?”
“Ya Ampuuuun, Mati aku! Pa, Ma maaf Kevin duluan !” dengan terburu-buru Kevin meninggalkan meja makan dan berlari ke kamarnya. Tugas Biologi harus selesai besok pagi. Kalau tidak, berakhir sudah masa depannya.
###
“Kring!!!!!” suara weker yang memekakkan telinga membangunkan Kevin yang tidur tertelungkup di meja belajarnya. Kevin terjaga semalaman mengerjakan tugas rangkuman dari Miss Irna. Namun lewat tengah malam setelah rangkuman itu selesai, Kevin baru sadar. Dia harus menyertakan 3 contoh tanaman dari masing-masing jenis akar. Mana mungkin dia sanggup? Dimana mencari tanaman-tanaman itu tengah malam? Kevin pun tertidur kelelahan di mejanya. Kevin sudah pasrah. Ia harus terima bila Miss Irna marah lagi dan melarangnya ikut ujian.
Tiba-tiba dia mendengar ketukan keras di kaca jendelanya, spontan ia mematikan wekernya.
“Tok tok tok, tok tok tok!!” ketukan itu semakin keras. Jantung Kevin berdegup kencang, dia beranjak menuju ke jendela. Jendela itu masih tertutup tirai, rasa penasaran dan rasa takut berperang dalam batinnya. Sosok itu begitu dekat, tiga langkah lagi di depannya. Siapakah dia?
Kevin mengumpulkan semua keberaniannya, dia menarik nafas.. Satu, dua, tiga dan Hop! Disingkapnya tirai jendelanya! Tapi tidak ada siapa siapa! Mana mungkin? Dibukanya jendelanya, udara segar pagi pun menyeruak masuk ke dalam kamarnya. Hari masih sangat pagi, langit bersemburat jingga seolah menyapanya dengan ramah. Kevin merasa ada yang berbeda dengan jendelanya, ternyata dua buah kantong plastik hitam menggantung disana. Satu plastik bertuliskan Serabut, dan satu lagi Tunggang. Dia memeriksa isinya, ternyata contoh contoh tanaman! Di plastik Serabut ada 3 tanaman dengan tulisan Padi = Oryza sativa, Kelapa=Cocos nucifera, Salak=Salaca edulis. Sementara di plastik Tunggang, Kevin menemukan Singkong=Manihot utilisima, Kacang panjang=Vigna sinensis, Putri malu=Mimosa pudica
Seketika wajah Kevin berubah cerah dan hilang semua kantuknya. “Yuuuuhuuuu!!!” teriaknya “Terimakasih Tuhan!! Terimakasih siapapun Kamu! Kamu selamatkan masa depanku!!!” Kevin berjingkrak-jingkrak sendirian, bahagia karena berhasil menyelesaikan tugasnya. Pagi ini, seperti biasa Kevin sudah siap dengan seragamnya lalu menyalakan laptopnya. Tidak seperti biasanya, sekarang Kevin selalu terjaga saat zoom karena, karena Kevin penasaran pada sosok misterius yang membuat ketukan-ketukan di jendelanya.
“Hmm aku harus menangkap pelakunya, tapi bagaimana ya” pikir Kevin dalam hati. Dia memutar otaknya, mencari cara untuk memancing dan menemukan sosok itu. Beberapa kali Kevi menerima pesan WA di Hpnya dari sebuah nomor tanpa identitas. Pesan-pesan itu selalu berhubungan dengan tugas-tugas sekolahnya. Entah dari mana dia tau tugas-tugas sekolah Kevin. Tapi pesan-pesan itu sering dikirim dalam bentuk jawaban-jawaban yang kurang lengkap, sehingga memaksa Kevin membuka buku untuk melengkapinya. Pesan-pesan itu selalu dikirimkan semalam sebelum deadline pengumpulan tugas. “Iseng banget sih orang ini, apa tujuan dia sebenarnya?” gumamnya.
“Kevin! Kevin mendengarkan saya tidak? Coba Kamu sebutkan 3 sifat cahaya pada cermin cembung!” Suara Pak Arif membuyarkan lamunannya.
Kevin yang sejak tadi tidak fokus memperhatikan kebingungan dan tidak tahu harus
menjawab apa.
“Ayo Kevin, jawab! Dari tadi sudah Bapak sebutkan berulang-ulang lho” tegas Pak Arif.
“Hmm anu pak, sebentar” Kevin berusaha mengingat-ngingat.
tiba tiba di layar muncul notifikasi WA dari HP Kevin yang tersambung ke Laptop, dari nomor misterius itu lagi!.
“Diperbesar, Tegak, Semu..” Kevin membaca tulisan itu
“Betul!! Seratus buat Kevin!” kata Pak Arif gembira.
“Duh ini siapa sih?” Kevin kebingungan, sepertinya orang ini selalu tahu saat Kevin sedang kesulitan dalam pelajaran. Apakah mungkin salah satu teman sekelasnya yang mengirimkan jawaban tadi untuk menolongnya? Kevin pun mencoba memperhatikan satu persatu wajah teman-temannya di zoom room. Kira-kira siapakah diantara mereka yang membantunya Adi? Arman? Sepertinya bukan karena mereka tampaknya sibuk sendiri dan terlalu ambisius untuk selalu jadi nomer satu di kelas. Faris kah? Atau Alex? Tapi setau Kevin, Faris dan Alex tidak cukup pandai Fisika. Iseng-iseng Kevin men screen shoot layar laptopnya.
Setelah sekolah selesai, Kevin melihat hasil screen shot laptop tadi dengan detil satu per satu.Kevin pun terkejut melihat gambar wajahnya sendiri. Di sisi kanan bahunya terlihat bayangan sosok laki-laki bermasker hitam di luar jendela. Dia menggunakan kaos polo berwarna kuning biru. Baju itu tampak tak asing buat Kevin. Dia sepertinya sering melihatnya di suatu tempat. Tapi dimana?
Duh Kevin makin penasaran, dia membuka jendelanya lebar-lebar. Di luar hanya ada Mang Ade sedang merapikan rumput di luar.
“Mang Ade, lihat orang yang berdiri disini gak tadi?” tanya Kevin
“Orang? Orang siapa A’? Dari tadi Mang Ade disini kok , gak ada siapa-siapa tuh..”
“Orang pake kaos kuning biru Mang, pake masker hitam, kira-kira badannya setinggi saya lah. Masa gak liat?”
“Aduh Maaf A’, Mang Ade dari tadi fokus sama rumput jadi gak liat. Maaf ya A’ ” Huh, Kevin makin gemas. “Siapa sih orang ini? Mengapa dia peduli amat dengan urusan sekolahku?”
Malam harinya saat makan malam, Papa memberi tahu Kevin bahwa besok Papa harus pergi dinas lagi ke Jakarta. Mama pun ikut sekalian menengok Nenek. Papa sempat memuji kemajuan akademis Kevin. Papa dapat laporan dari Miss Irna bahwa Kevin semakin rajin dan tak pernah tertidur lagi.
“Papa bangga atas usahamu Vin, Papa dan Mama janji. Jika kamu berhasil melampaui ujian daringmu dengan nilai yang baik, Kamu boleh minta apa saja di hari ulang tahunmu nanti”
“Apapun? Yakin pa?” Kevin menggoda
“Iya Papa serius, tapi permintaannya yang rasional, dan bisa dikabulkan di saat pandemi”
“Aaah gak seru! Pasti gak seru! Mau minta kumpul-kumpul merayakan ulang tahun pasti gak boleh”
“Eh, gak boleh gitu Vin. Buktikan dulu kalau kamu mampu menjawab tantangan kami dong. Lagian memang kamu mau dibikinin pesta ulang tahun kaya jaman SD dulu? Hahaha” Mama terkekeh ngeledek.
Pikiran Kevin pun melayang ke perayaan jaman dulu bersama teman-teman sekelasnya sewaktu SD. Seru, mereka bisa bermain bola bersama di halaman rumah Kevin yang luas, tiup lilin dan berfoto bersama. Bahagianya masa kecilnya.
“Eh, apa? Berfoto bersama? Aha!” Kevin tiba-tiba teringat sesuatu. Dia berlari ke ruang tamu lalu mengambil sebuah pigura foto dari atas meja. Setengah berlari Kevin menunjukkan foto itu pada papanya.
“Papa! Baju polo punya Papa ini masih ada?” tanya Kevin,
“Wah rasanya sudah di kasih ke orang, tapi lupa ke siapa.” Jawab Pak Eko
“Coba Papa ingat-ingat, dikasih ke siapa?”
“Wah lupa Vin sudah lama sekali. Kenapa, kamu mau kaos seperti itu ya? Nanti Papa beliin ya”
Kevin kesal, titik terangnya menabrak jalan buntu lagi. Dengan lunglai dia kembali ke kamarnya.
“Iya Pa suka banget, beliin ya... sama orang yang pakenya sekalian” ocehnya ngawur.
###
“Hari ini aku harus tahu siapa dia” gumam Kevin. Teka-teki tentang si pengetuk jendela ini membuat Kevin sulit tidur nyenyak. Tapi juga sekaligus membuatnya lebih bersemangat. Kevin juga yakin, bahwa orang ini ingin membantunya. Sekarang rasa penasaran Kevin untuk menemui sosok itu lebih besar daripada rasa takutnya.
Setelah menyelesaikan makan siangnya di meja makan sendirian, Kevin membuka Hpnya. Mencoba mengamati dan mencari petunjuk identitas dari nomer tersebut, tapi nihil. Dia pun melangkah keluar rumah, mencari udara segar sambil terus memperhatikan Hpnya. Kevin memencet tombol dial ke nomor misterius itu. Kevin tau, pasti nomor itu tidak akan menjawabnya seperti biasa. Dia hanya iseng-iseng mencoba. Tapi ternyata Kevin mendengar ringtone berbunyi tidak jauh dari tempatnya berdiri! Bahkan dari.. arah samping rumah! Secepat kilat Kevin menuju ke sumber suara itu dan dia menemukan Mang Ade sedang memegang Handphone yang berdering!
“Mang Ade?!” Kevin tercengang.
“Jadi selama ini Mang Ade yang bantuin Kevin? Mang Ade yang nakut-nakutin Kevin di jendela?” Mang Ade terlihat bingung: “Maafin Mang Ade ya A’ Kevin,” suaranya lirih
“Tapi kenapa? Bagaimana bisa dan ngapain sih? Terus kenapa gak terus terang aja? Apa-apaan sih Mang Ade?”Nada Kevin meninggi.
“Ampun A’ Kevin, jangan dibilangin Bapak ya, nanti Mang Ade dipecat”
“Bukan salah Bapak A’ , saya yang maksa melakukan hal ini” tiba-tiba sesosok berbaju polo kuning biru muncul dari gudang kebun.
“Siapa kamu?” Kevin terbelalak seperti melihat setan.
“Itu Cecep, anak sulung Mang Ade” kata Mang Ade.
“Cecep terpaksa putus sekolah dua tahun lalu, karena mengalah biaya sekolah untuk ketiga adiknya. Seharusnya tahun lalu dia sudah lulus SMP.”
“Maafkan saya A’ Kevin, saya lancang. Saya hanya merasa sayang. A’ Kevin punya kesempatan untuk bersekolah di sekolah hebat, tapi tidak dimanfaatkan. Sementara saya sangat ingin bersekolah tapi Bapak saya tidak mampu. Selama ini saya mencuri dengar setiap pelajaran SMP Sinergi Bangsa dari jendela kamar Aa’. Seandainya saya jadi A’ Kevin mah, segala fasilitas yang diberikan Pak Eko untuk bersekolah. Pasti saya manfaatkan semaksimal mungkin.” Cecep menjelaskan sambil tertunduk.
“Terus apa peduli kamu sampai kamu ketuk-ketuk jendelaku kalau aku tertidur? Apa
untungnya buat kamu” Tanya Kevin
“Sa-saya sesungguhnya merasa berhutang pada A’ Kevin. Sudah numpang dengar. Masa kalau A’ Kevin kesulitan tidak saya bantu?” Jawab Cecep gugup.
“Tapi kalau bantu kenapa setengah-setengah? Kenapa jawabannya sering tidak lengkap?”
“Punten A’, saya yakin Aa’ sanggup menyelesaikan soal-soal itu. Aa’ mah cerdas, hanya perlu buka buku sedikit saja.”
“Buka buku sedikit.. Bab 3 banyak tau, kenapa gak kamu rangkumin sekalian aja biar aku tinggal ngorok? Hahaha” Kata Kevin bercanda.
“Maafkan anak saya ya A’, dia terlalu berambisi untuk sekolah, mang sudah melarangnya. Jangan sampai Pak Eko tahu ya A’. Nanti saya tidak boleh kerja disini lagi.” Ratap Mang Ade.
“Hmm.. Ok Mang Ade, Gimana kalau kita membuat deal?”
“Deal? Oh perjanjian?”
“Iya perjanjian, mulai sekarang, Cecep boleh mengikuti pelajaran di kelas daring saya setiap hari, asal membantu saya dalam mengerjakan tugas. Dengan catatan Papa Mama dan guru-guru di sekolah tidak boleh tahu. Jadi kamu tidak boleh terlihat Cep, gimana deal?” Ujar Kevin.
“Maksud Aa’ Kevin, saya ikut belajar di kamar Aa’ gitu? Apa Pak Eko gak marah kalau tau?” Cecep terlihat ragu.
“Makanya jangan sampai tahu!, ini rahasia kita bertiga. Kamu tenang aja Cep, kita satu tim. Kita pasti bisa cari cara untuk menjalankan rencana kita. Gimana?"
“Siap Komandan Kevin!” Jawab Cecep berlagak seperti tentara, diikuti gelak tawa Mang Ade dan Kevin.
###
Begitulah, rencana mereka pun berjalan dengan lancar. Setiap pagi sebelum zoom pertama dimulai, Kevin menyelundupkan Cecep ke kamarnya lewat jendela.
Selama pelajaran berlangsung, Cecep duduk di kursinya di sebelah belakang laptop, diluar jangkauan kamera agar tidak terlihat di zoomroom. Cecep mendengarkan dan membantu Kevin menulis hal-hal penting yang mungkin keluar saat ujian. Kevin pun terlihat lebih aktif dan percaya diri di kelas. Dia selalu menjawab pertanyaan yang dilontarkan guru dengan cepat. Tugas-tugas di link tugas pun selalu diselesaikan bersama Cecep dan disubmit tepat waktu. Nilai akademis Kevin makin membaik setiap hari.
Kevin juga mengajarkan pada Cecep bagaimana cara mengoperasikan aplikasi-aplikasi daring dan program-program di komputernya. Hal baru untuk Cecep karena sekolahnya dulu tidak menggunakan teknologi secanggih SMP Sinergi Bangsa.
Pelajaran Bahasa Inggris dan kesenian adalah favorit Kevin. Pelajaran Biologi dan Fisika yang dulu dibencinya, sekarang mulai menjadi lebih menarik karena Cecep sering menunjukkan contoh-contoh pengaplikasiannya dalam kehidupan sehari-hari di luar rumahnya.
Semua pelajaran berjalan lancar. Kecuali satu, Matematika. Awalnya semua bisa diikuti dengan baik, Tapi pada bab terakhir , mereka belajar tentang bangun ruang. Materi ini tidak mudah dimengerti hanya dengan mendengarkan suara Bu Djum. Cecep harus melihat bangun ruang yang ada di share screen Bu Djum agar dapat mengerjakan soal-soal tugas. Tapi Cecep tidak boleh sampai terlihat di layar. Mereka pun mencoba mencari cara agar Cecep invisible.
Benar ucapan Pak Eko, Kevin anak yang kreatif dan tidak mudah menyerah. Ia sangat menyukai bidang seni dan seringkali mempunyai ide yang bisa dibilang“tidak lazim”. Dia mengambil kamera Hpnya lalu memotret suasana kamar ke arah jendela lalu mengeluarkan satu set seprai hijau dari lemarinya.
“A’ Kevin teh mau ngapain? Mau kemping?” Cecep bertanya keheranan.
“Diam Cep, nanti kamu juga ngerti. Tolong bantu aku bentangkan seprai ini menutup
dinding”
Cecep pun membantu, sambil masih tidak mengerti rencana Kevin. Setelah seprai terbentang, Kevin mengeluarkan Jaket tim Basket Celtic kesayangannya, oleh-oleh dari Papa saat perjalanan dinas ke luar negeri.
“Ini Cep pakai” Katanya sambil menyodorkan pada Cecep.
“Buat saya A’?”
“Jangan!, pake aja saya pinjemin”
Kevin menarik kursi Cecep ke depan Laptop menyalakan kameranya dan meminta Cecep duduk disitu. Cecep makin bingung.
“Hmm.. sebentar. Gunting mana gunting Cep? “
“Eh Aa’, saya mau dicukur?” Cecep terbelalak sambil memegangi rambut gondrongnya.
“Iih, bukan! Udah kamu nurut aja! Siniin guntingnya!”
Sedetik kemudian Kevin mengambil sarung bantal hijaunya dan menggunting 2 buah lubang kecil di bagian atas.
“ Cep, sorry ya.. demi Matematika nih” Kata Kevin sambil memasukkan sarung bantal itu ke kepala Cecep. Cecep gelagepan. Kevin lalu mengutak-atik background di Laptopnya beberapa saat . Lalu..
“Taraaa... , Cep coba lihat layar komputernya” Kevin tersenyum bangga.
Setelah berhasil mengatasi gelagepan dan menemukan dua lubang kecil di sarung bantal untuk mengintip, Cecep melihat ke ke layar laptop dan..
“Gusti Allah! Cecep jadi ghaib?” Cecep kaget dan ketakutan.
“Hahahaha... Cecep-Cecep” Kevin tertawa terpingkal-pingkal.
“Ini teknologi greenscreen Cep, aku jadikan foto situasi kamar yang kosong tadi sebagai background. Nah,dengan berpakaiaan serba hijau begini, tampilan kamu akan menyatu dengan background, jadi tidak akan terlihat oleh guru di seberang kamera sana. Berarti, kita bisa duduk tenang belajar Matematika berdua di depan laptop, asal kamu gak berbicara sama sekali. Gimana canggih kan ?”
“Wah hebat A’ Kevin mah, cerdas. Canggih! Cecep jadi tau sekarang. Jadi sekarang tiap hari Cecep harus kerudungan sarung bantal begini ?”
“Hahaha, Iya, gimana pengap ya Cep?”
“ Pengap sih dikit, tapi gak papalah A’, Cecep ridho demi Ilmu pengetahuan kita,hehehe”
“Mantap, jadi siap Cep?”
“Siap Komandan! Tim ulat keket hijau siap bertugas! Hahaha”
###
Tibalah masa akhir semester, Senin depan depan ujian akhir akan dimulai. Setelah berminggu minggu belajar bersama Cecep, Kevin mulai merasa yakin bahwa ia dapat mengerjakan soal-soal ujian nanti bersama Cecep. Kevin pun mulai memikirkan hadiah apa yang akan diminta pada Mama Papa saat ulangtahun ke 15-nya tiga minggu lagi. Jika hasil ujiannya nanti memuaskan. Kevin akan menagih janji orang tuanya.
“Cep, kamu siap kan untuk ujian?” tanya Kevin
“Harusnya Cecep yang tanya ke A’ Kevin atuh, kan Aa’ yang sekolah di Sinergi Bangsa
mah..”
“Iya siih, tapi kita kan satu tim. Aku mana bisa kalau gak ada kamu Cep..”
Cecep terdiam sejenak, lalu menjawab “Insyaa Allah komandan, siap”
“Naah, gitu dong! Kita punya waktu 2 hari untuk santai dulu masing-masing. Sampai ketemu hari Senin ya Cep.” Cecep hanya mengangguk lalu pulang bersama Mang Ade.
###
Minggu malam jam 19.00. Kevin sedang asik mengutak-atik gambar di laptopnya saat tiba-tiba suara ketukan terdengar di jendelanya.
“Hah Cecep? Ngapain malam-malam gini?” pikirnya. Tanpa ragu dia langsung berjalan ke arah jendela untuk menemui Cecep. Tapi, ternyata bukan Cecep yang berdiri disana, tapi Mang Ade.
“Lho, Mang Ade sama siapa? Cecep mana Mang?”
“Sendiri A’ Kevin, Mang Ade Cuma mau mengantarkan ini dari Cecep. Cecep tidak bisa kesini sendiri karena kalau Minggu malam dia bertugas mengajar mengaji anak-anak di TPA dekat rumah.” Mang Ade menyodorkan kantong plastik hitam.
“Apaan sih ini? Pakai ngerepotin Mang Ade segala. Kan Cecep bisa bawa besok sekalian?”
“Saya gak tau A’ Kevin, pesan Cecep harus sampai di tangan A’ Kevin malam ini. Saya pamit ya A’, selamat Malam” Mang Ade pun berlalu. Kevin membuka isi plastik itu. Ternyata isinya adalah jaket Celtic hijau dan Sarung bantal hijau berlubang yang sudah dicuci dan disetrika rapi. Serta sepucuk surat.
Assalamu’alaikum A’ Kevin.
Bismillah, Sebelumnya Cecep mau minta maaf sama A’ Kevin.
Cecep tidak bisa datang untuk mendampingi Aa’ Senin besok.
Cecep harus mengantar Emak ke Garut selama satu Minggu.
Aa’ Kevin yang Cecep hormati. Terimakasih karena telah
memberikan kesempatan Cecep menyerap ilmu dari fasilitas
yang Aa’ miliki. Banyak sekali hal baru yang Cecep pelajari dari
pertemanan kita beberapa bulan terakhir ini. Terus terang Cecep
merasa sangat beruntung dan bangga berteman dengan A’
Kevin. Membuat tim ulet keket dan menjaga rahasia bertiga bersama Bapak juga menjadi pengalaman tak terlupakan buat
Cecep.
Tapi A’, Cecep tidak mau menjadi pengaruh buruk buat Aa’. Buat
Cecep, Ujian Akhir itu bukan hanya sebatas nilai yang bagus di
rapor. Tapi bagaimana kita berjuang mendapatkannya dengan
kejujuran. A’ Kevin sudah melakukan persiapannya selama ini
dengan sangat baik. Cecep mah hanya mendampingi sambil
numpang dengar. Sekarang tinggal selangkah lagi untuk
membuktikan pada orang tua bahwa A’ Kevin mampu. Jangan
sampai pembuktian ini kita gagalkan dengan ketidakjujuran
kita sendiri. Bekerjasama saat belajar itu baik, tapi Bekerjasama
saat ujian bukanlah perbuatan yang terpuji. Maafkan, Cecep
tidak akan bisa memaafkan diri sendiri bila sampai membantu
Aa’ berbuat curang dalam ujian.
Selamat ujian ya A’, percaya pada diri sendiri. Aa’ mah cerdas
dan tidak mudah menyerah. Pasti Aa’ bisa.
Wassalam,
Cecep.
###
Hari pembagian rapor pun tiba, bertepatan dengan hari ulang tahun Kevin. Hasil kerja keras semua murid SMP Sinergi Bangsa semester ini disampaikan pada orang tua masing masing secara daring. Seharusnya Kevin bergembira di hari ulang tahunnya. Tapi cuaca yang mendung disertai angin seolah tidak ingin mendukung moodnya. Kevin gugup memikirkan hasil ujiannya. Papa Mama berada di kamar Kevin, terdengar sayup-sayup suara Miss Irna dari laptop. Entah apa yang dibicarakan, hampir 45 menit sudah Papa Mama di dalam kamarnya. Kevin menunggu orang tuanya diluar kamarnya dengan Mang Ade dan Cecep yang Kevin undang untuk datang hari itu. Mereka bertiga deg-degan seperti menunggu orang melahirkan.
Beberapa saat kemudian Papa dan Mama membuka pintu. Mereka keluar dengan muka datar, tanpa ekspresi, tanpa kata-kata dan langsung masuk ke kamar mereka. Membiarkan Kevin dengan wajah bertanya-tanya.
“Waduh, kok mereka diam saja. Jangan-jangan nilaiku di bawah kkm” ujar Kevin dengan mata berkaca-kaca.
“Duh, masa iya sih? Aa’ sudah mengerjakan semua ujian seperti latihan biasa kan?”,jawab Cecep khawatir.
“Seingatku sih begitu Cep..”
“A’ Kevin gak ketiduran saat ujian kan?” Mang Ade ikut khawatir.
Tiba-tiba pintu kamar Mama terbuka dan “Surprise!!” mereka keluar dari kamar dengan kueulang tahun and balon-balon, “Selamat ulang tahun Kevin!! Papa bangga dengan usahamu, nilaimu meningkat drastis.”
“Aduh, Mama papa nakut-nakutin!, selama 15 tahun terakhir, ini surprise paling sukses deh buat Ulang Tahun Kevin!” Kata Kevin sambil berkaca-kaca.
“Selamat ya Aa’ Kevin, Cecep ikut bahagia” kata Cecep sambil mengulurkan tangannya.
“Nah sekarang saatnya memenuhi janji kami, Apakah kamu sudah memilih hadiah ulang tahun istimewamu Vin?” tanya Mama.
“Sudah Ma, tapi Kevin minta Papa Mama jangan marah ya? Kevin sudah pikir masak masak keinginan Kevin ini. Mungkin ini agak berat buat Papa Mama“
“Bilang saja Vin, Papa sudah berjanji, Papa akan berusaha untuk memenuhinya” tegas Papa.
“Sebentar Pa”, Kevin berlari menuju kamarnya, lalu keluar sambil membawa selembar kertas. Diberikannya kertas itu pada Papa.
“Formulir Kejar Paket B? Untuk Apa ini Vin? Atas nama Septian..?”
“Septian itu Cecep Pa, putra sulung Mang Ade. Sejak dua tahun yang lalu Cecep putus sekolah. Seharusnya sekarang Cecep sudah punya ijazah SMP dan sudah kelas satu SMA“
“Putus Sekolah? Kenapa Mang Ade tidak pernah cerita ke saya?” Kata Mama. Mang Ade hanya tertunduk, dan Cecep kebingungan penuh tanda tanya menduga-duga apa rencana Kevin menyebut namanya disitu.
“Kalau Mama dan Papa merasa bangga atas pencapaian nilai Kevin semester ini, semua itu tidak terlepas dari jasa Cecep. Dia yang mengembalikan semangat belajar Kevin, diayang bertugas menjaga Kevin dari serangan kantuk di depan Laptop setiap hari Ma...” Kevin pun menceritakan secara segala kelakuannya bersama Cecep dan selama ini pada Mama dan Papa, dengan sejujur-jujurnya. Mulai dari ketukan pertama di jendela hingga ujian yang dijalankan tanpa pendampingan Cecep.
“Begitulah ceritanya Pa, Ma.. Sekarang maukah Papa Mama mengabulkan keinginan Kevin, agar Cecep bisa punya ijazah SMP dan bisa bersekolah di SMA bersama-sama Kevin?” wajah Kevin mengiba.“Waduh jangan A’ Kevin, jangan merepotkan. Bapak dan Ibu saya mohon maaf, anak saya Cecep sudah lancang ikut campur urusan A’ Kevin.” , Mang Ade merasa khawatir mendengar pemintaan Kevin.
“Mang Ade, saya jadi malu.. Mang Ade sudah lama sekali bekerja setia membantu kami, tapi saya tidak cukup peka untuk merasakan kesulitan Mang Ade membiayai keluarga Mang Ade selama ini” kata Mama.
“Iya Mang Ade, seharusnya tanpa Kevin minta kami bisa membantu biaya sekolah Cecep selama ini. Cecep anak yang rajin, cerdas dan jujur. Dia punya masa depan yang baik yang menunggu di hadapannya. “ Mata Papa tampak sedikit berkaca-kaca.
“OK Kevin, Papa akan penuhi janji Papa. Papa kabulkan permintaan ulang tahunmu. Papa akan mengusahakan agar kalian bisa sekolah bersama-sama di SMA. Deal! “ Kata Papa
“Alhamdulillah, terimakasih Pak Eko, Bu Eko” ungkap Cecep gembira sambil menyalami Pak Eko dan Bu Eko.
“Horee!!! Terimakasih Ma Pa!” Kevin dan Cecep berjingkrak-jingkrak kegirangan. Mang Ade berlari ke kebun lalu bersujud syukur di atas rumput hijau peliharaannya. Mama dan Papa terlihat sangat bahagia. Bukan hanya karena rapor akademis Kevin yang baik, tapi juga karena mereka menyadari bahwa Kevin putra tunggalnya, telah berhasil mengatasai kesepiannya. Dia juga telah banyak belajar dan membangun karakternya. Persahabatannya dengan Cecep telah mengajarkan pada Kevin tentang kepekaan sosial, kejujuran dan kerja sama.
Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.