Stasiun Harapan

Aku menuliskan cerita ini dalam buku harianku, di dalam kereta Sembrani. Kereta yang akan membawaku ke ladang pengabdian baru.
Probolinggo.
Istriku Ida dan putriku Adel mengantarku ke Stasiun Tawang.
Aku peluk Adel. Aku dekap erat. Air matanya menetes. Sejenak kemudian Adel memeluk ibunya. Adel menangis. Mata Ida berkaca kaca.
Tepat pukul 15.15 aku tinggalkan belahan jiwaku. Aku tinggalkan buah hatiku.
Ku tengok ke belakang menatap lagi wajah Adel dan Ida, sembari terus melangkahkan kaki.
Aku bergumam dalam hati,” Berkat merekalah aku tetap harus berjuang “.
Aku lambaikan tanganku. Sejenak kemudian aku kepalkan tanganku.
Aku melempar senyum semangatku. Sedikit cepat jalanku, mengikuti porter yang menyeret koperku.
Aku membatin dan bersyukur kepada Allah,” Ya Allah begitu banyak nikmat-Mu. Dalam compang camping ibadahku,Engkau masih menyayangiku,Subhanallah”.
Kereta Sembrani ini akan membawaku dari Semarang ke Surabaya.
Menjelang senja aku menanyakan kepada Mbak Ayunda, nama sopir yang akan menjemputku di Stasiun Pasar Turi.
“ Sopir Pak Erik, nanti Bapak akan menempati mess no 4”
Sekitar pukul 17.00 kereta berhenti di stasiun Cepu. Aku masih kirim WA ke Ida. Ida pun bercerita.
“Bahagia aku dapat celana Army untuk Adel di DP Mall”
Ida kirim photo sambil tersenyum. Aku pun kirimkan photoku sambil tersenyum.
Kursi kereta banyak yang kosong.
Di sampingku duduk seorang Bapak dengan anak gadisnya yang masih remaja. Gadis ini bergelayut di Pundak bapaknya. Aku bisa merasakan kebahagian mereka. Dalam buku harianku aku menulis, “ I Love You IDA, I Love you ADEL”
Catatan : Sebelum ke stasiun Anil dan Erma traktir aku makan bersama di RM Padang Sederhana jalan Pandanaran. Di sinilah aku pertama kali aku makan nasi Padang. Terima Kasih Erma& Anil. Kulihat Adel lahap sekali menikmati sate padang.
Catatan Buku Harian di Kereta Sembrani Semarang – Surabaya 23 feb 2025
Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.