HIDUP ITU PERJALANAN #1

HIDUP ITU PERJALANAN #1
HIDUP ITU PERJALANAN #1
HIDUP ITU PERJALANAN #1
HIDUP ITU PERJALANAN #1

Family trip dimulai. Bersama anak isteri, saya nyetir sendiri dengan tujuan ke tiga kota berbeda. Kebahagiaan itu bukan pergi ke mana tapi pergi dengan siapa. Setuju gak, Guys?

Rencananya saya ingin mengunjungi tiga teman: M Dedy Vansophi di Wisatapari, Pemalang. Besar alias Titok, di Semarang dan Gandhi Suryoto, di Yogya. Mereka semua teman baik saya. Dan sebaik-baiknya pergi adalah bersilaturahmi.

Setelah nyetir selama 3 setengah jam, akhirnya kami sekeluarga sampai juga di Wisatapari, Pemalang. Di sana mata kami dimanjakan dengan sederetan bangunan antik yang di letakkan di tengah persawahan. 'Wah, buat nyepi dan nulis novel tempat ini cocok banget.' gumam saya dalam hati,

Sayangnya kami gagal bertemu dengan ownernya, Dedy Vansophi. Dia ternyata harus mengajar di Bandung. Sayang banget, Padahal saya pengen sekali bercengkerama bersama penulis buku Rumah Tepi Kali yang legendaris itu.

Saya bukan promosi, loh. Tapi memang semua orang, saya anjurkan untuk membaca buku 'Rumah Tepi Kali.' Isinya penuh dengan pembelajaran hidup yang sangat menyentuh hati. Salah satu cerita favorit saya adalah KISAH POHON MATOA DI HALAMAN RUMAH. Kalo kalian ingin membacanya, silakan klik di sini https://m5.gs/SThUVX

Untungnya, Dedy yang sudah tau bahwa saya akan datang langsung memberi instruksi pada Omnya, Mas Teguh, untuk melayani kami sekeluarga, Kami dibawa tour di Wisatapari. Dijamu dengan hidangan khas para petani yaitu, nasi dengan terong, belut goreng, tempe mendoan dan kopi tubruk. Manteb banget!

Selesai makan, Mas Teguh mengajak kami untuk bertemu dengan ayahnya Dedy. Wah, tentu saja saya langsung girang. Beliau inilah sllah satu tokoh yang banyak berperan dalam menanamkan nilai-nilai kehidupan pada anaknya. Sang ayah juga menjadi tokoh di dalam buku tersebut, di samping ibu dan kakaknya.

Perjalanan menuju rumah Ayahnya Dedy tidak jauh sehingga kami cukup berjalan kaki. Di tengah perjalanan kami menyeberangi sebuah kali dan Mas Teguh berkata, "Bukunya Sophi judulnya 'Rumah Tepi Kali' kan? Nah, ini kalinya."

Mendengar omongan Mas Teguh, saya langsung mengajak anak dan isteri saya untuk berfoto di sana. Kalinya, mah, biasa banget. Tapi kita tau bahwa ketika ada sebuah cerita di dalamnya maka sesuatu yang nampak biasa menjadi luar biasa.

Tiba di rumah ayahnya Dedy, kami disambut ramah sekali. Di luar dugaan saya, ayahnya Dedy ini ganteng banget. Dia biasa dipanggil dengan Pak Kisno. Tanpa ice breaking suasana langsung cair dan kami ngobrol seperti keluarga dekat yang sudah lama tidak bersua.

Lagi asyik-asyiknya ngobrol, sekonyong-konyong Mas Teguh menyelak pembicaraan kami, "Mas Bud. Ini ada pesan dari Sophi. Katanya Mas Bud harus berfoto sama Bapak di bawah pohon Matoa."

"Hahahaha...." Saya ngakak sekaligus terharu mendengarnya sambil melanjutkan, "Emang pohon Matoanya yang mana?"

"Itu." sahut Mas Teguh menunjuk ke salah satu pohon di halaman rumah.

"Ayok kita foto. Namanya amanat harus dilaksanakan," kata Pak Kisno.

Tanpa ragu-ragu saya pun bangkit dan berfoto bersama dengan Pak Kisno di bawah pohon Matoa yang dimaksud. Perasaan saya berkecamuk, campur aduk. Ada rasa bahagia, terharu, sedih karena teringat pada cerita di dalam buku tentang pohon Matoa tersebut.

Puas ngobrol, kami kembali ke Wisatapari. Di sana saya mengajak anak isteri untuk berjalan di sepanjang pematang sawah. Anak saya setiap hari makan nasi jadi sudah selayaknya dia memahami darimana nasi yang dia makan selama ini.

Saking asyiknya berjalan di persawahan, saya gak sadar ternyata sepatu saya jebol solnya. Hahahahaha.... Ya gapapalah. Sepatu bisa dibeli. Quality time bersama keluarga jauh lebih berarti.

Dari Wisatapari kami melanjutkan perjalanan ke Semarang.

Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.