KENTUT

Tugas Cerpenting workshop The Writers batch #2

KENTUT
Foto: Dok. Republika.

Derap langkahku menderu cepat. Puluhan anak tannga kulalui, "drap... drap... drap... drap...", sambil sesekali nafas tersengal dan peluh membasahi baju, "hahhh... hahhh... hahhh...", begitu kira-kira suaranya. Setelah beberapa lantai kulalui, tibalah aku di tempat yang kutuju; mushala. 


Belum terlalu ramai. Kulangkahkan kaki sesegera mungkin dan segera masuk ke dalam sambil melirik ke angka di arlojiku yang menunjukkan pukul 14:45. “Alhamdulillah, masih keburu nih. Gas!” pekikku dalam hati, dan aku langsung bergabung begitu melihat ada dua orang yang sedang melakukan salat berjama’ah. Tanpa pikitr panjang aku langsung ikut ke dalam barisan dan menunaikan salah zuhur.

“Lega”, pikirku. Di tengah meeting yang padat, aku masih sempat melaksanakan ibadah wajib ini. Kadang aku tak habis pikir, meski menjadi ibadah paling utama, mengapa banyak muslim yang dengan sangat enteng meninggalkannya. Bukankah salat adalah momen keintiman kita dengan Tuhan? Bayangkan, sehari minimal 5 kali, Tuhan meminta kita untuk berkomunikasi dengan-Nya. Bukan hanya meminta, namun juga bersyukur atas segala nikmat yang tak pernah lupa Ia berikan.

Dengan sangat khusyu’ aku melafalkan bacaan salat di dalam hati, hingga akhirnya aku merasakan hal aneh. Perutku tiba-tiba mual dan ingin kentut! Duh, bagaimana ini? Padahal baru raka’at pertama? Terang saja, perasaan ingin kentut ini membuyarkan konsentrasiku. Raka’at demi raka’at pun terlewat. Gas dari dalam perut sudah di ujung lubang anus. Tak ada hal yang lebih kuantikan saat ini selain ucapan “assalamu’alaikum” dari sang imam. Arghhh! Semakin di ujung! Ya Allah, segerakanlah imam menyelesaikan salatnya. Jangan sampai salatku di pengujung waktu ini batal hanya karena kentut!

Setelah waktu yang dinanti, akhirnya sang imam menyelsaikan tahiyat akhirnya dan mengucapkan “assalamu’alaikum warahmatullahi wa barakatuh” dua kali. “Alhamdulillah”, gumamku dalam hati. Aku segera keluar musahala dan kentut perlahan-lahan agar tidak ada yang mendengar. 

Sambil bersantai di bangku panjang tempat di hadapan rak sepatu kuliaht kembali arlojiku. Sebentar lagi jam 3 sore, beberapa saat lagi akan datang waktu salat ashar. Tunggu, sepertinya ada yang aneh. Mengapa lengan kemeja dan rambutku kering?... Astaga! Aku belum wudhu!

Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.