Es Krim

Cerita Perth

Es Krim
 
"Di umur segini kamu masih suka es krim?" tanya seorang teman dengan takjub, di suatu hari ketika kami tengah makan bersama.
 
"Justru aku baru suka sekarang ini," jawabku sambil menunjuk es krim mana yang ku-mau ke pramusaji restoran.
 
Begitulah. Seperti tiba-tiba saja di satu saat, belum lama berselang dari saat di atas itu, aku menjadi suka es krim. Padahal, waktu muda dulu es krim tak termasuk kudapan favorit. Aku bahkan cenderung tak suka. Kecuali pada saat datang bulan, masa di mana mulutku maunya ngunyem yang manis-manis melulu, maka barulah es krim akan kucari.
 
Maka, jangan heran ketika berada di Perth aku menjadi girang, ketika 'menemukan' sekarton es krim cone atau drumstick di freezer box di rumahnya Ami, sepupuku. Kotaknya sih sudah terbuka. Namun, isinya masih banyak. Hmmm…
 
"Memang buat dihabiskan oleh Nina," Ami menjawab ketika kutanya boleh minta apa tidak.
 
Rupanya, Ami ingat betapa riang gembiranya aku saat makan es krim di Jakarta beberapa waktu sebelumnya.
 
Ami sekeluarga tak ada yang makan es krim. Serumah di situ semua lactose intolerant parah. Jadi, tak akan ada yang merugi kalau es krim itu kuhabiskan. Aku sendiri juga lactose intolerant sebetulnya, tapi ringan saja sifatnya. Kalau kena susu atau cream, perutku akan berontak. Namun, terhadap turunan susu seperti keju atau, terlebih, es krim, wow, untungnya tak soal. Jadi, horeee...
 
Tak setiap hari selama di Perth kumakan es krim itu. Kapan sempat saja. Nikmatnya, duh... Meskipun hawa di Perth yang dinginnya bisa sampai belas-belasan derajat Celcius membuatku menggigil, makan es krim buatku tetap kenikmatan nan tiada tara.
 
Bicara soal es krim dan Perth, tak kusangka adikku Nala pernah ke Perth demi es krim. Tepatnya, untuk pembuatan TVC (film iklan TV) es krim bermerek W yang terkenal di Indonesia.
 
Wah, jauh amat, Nal? Kenapa nggak di Jakarta saja seperti umumnya pembuatan film iklan?
 
“Karena, ternyata mengirimkan peralatan dan lain-lain keperluan untuk bikin film iklan itu ke Jakarta biayanya lebih mahal, dibandingkan dengan mengirimkan aku dan tim-ku ke Perth,” cerita Nala.
 
Adikku Nala ini waktu itu kapasitasnya adalah sebagai art director dari sebuah agensi periklanan, yang menangani pembuatan film iklan TV es krim W.
 
Nala seumuran dengan Ami. Mereka lahir di tahun yang sama, dan satu angkatan di SD dan SMP. Menurut pandanganku, mereka itu seperti anak kembar saja layaknya. Kembar yang berbeda jenis kelamin.
 
Catatan, Nala adalah laki-laki ya. Namanya tidak diambil dari nama istrinya Simba yang terkenal itu. Melainkan, dari nama tokoh laki-laki di kisah Nala dan Damayanti dalam budaya Jawa. Yang memberikan nama itu adalah Ayah De, ayah kandung Ami—Al fateha untuk Ayah De.
 
Nala ke Perth sekitar 1996 atau 1997. Waktu itu Ami masih di Jakarta. Jadi, mereka selisih jalan.
 
Es krim merek W yang membawa Nala ke Perth juga beredar baik di Perth maupun Australia pada umumnya. Meski dengan nama merek yang berbeda, yaitu S bukannya W. Sementara, es krim yang aku makan dan boleh dihabiskan itu mereknya P. Suatu merek yang juga beredar di Indonesia dengan nama yang sama.
 
Meski boleh kuhabiskan, es krim itu pada akhirnya masih tersisa dua cone ketika aku sudah harus pulang kembali ke Indonesia.
 
Sebabnya bukan karena aku tak mau menghabiskannya, bukan pula enggan karena sungkan—tak boleh sungkan kalau ke Ami, katanya. Tapi, aku dilarang oleh Kak Drup, kakak kandungnya Ami. Sebab, di akhir liburan kami di Perth, lambungku sudah berantakan. Bisa jadi karena lactose intolerant-ku meningkat, tapi mungkin juga karena makan yang selalu tak kira-kira sehingga lambung pun marah. Terpaksa, dengan berat hati aku pulang meninggalkan dua es krim itu hikz...
 
Pada Desember 2023—aku ke Perth September 2023—Ami sekeluarga mampir di Jakarta. Dalam waktu yang sempit, kami sempat bertemu dan segala kabar kami pertukarkan. Aku juga bertanya soal nasib para es krim itu.
 
"Masih ada tuh, masih dua," jawab Ami.
 
Aduh, aku ngiler lagi deh...   =^.^=
 
 

Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.