Gempa & Tsunami Aceh 2004
Minggu, 26 Desember 2004
GEMPA TSUNAMI ACEH
Setelah beberapa hari menikmati liburan kuliah di Kuala Simpangn- Aceh Tamiang, saya dan saudara sepupu berencana ke Banda Aceh untuk melajutkan perkuliah di Unsyiah Darussalam Banda Aceh.
Saya dan sepupu sepakat kembali ke Banda Aceh minggu tanggal 26 Desember 2004 dengan kenderaan Travel.
Saat bersiap –siap menunggu mobil travel menjemput tiba –tiba terjadi gempa yang sangat keras, seisi rumah kaget segera bergegas keluar rumah sampai gempa berhenti, dan menganggap gempa biasa terjadi di daerah lain, dan supir travel menenangkan kami untuk tetap berangkat ke Banda Aceh.
Mengingat hari Senin harus mengikuti ujian semester, dengan berat hati kami meneruskan perjalan ke Banda Aceh
Memasuki daerah Idi dan Peurelak –Aceh Timur terlihat banyak puing-puing sampah yang berserakan di jalan, atap-atap rumah warga banyak yang hancur. Mobil travel disuruh berhenti untuk mencari informasi apa yang terjadi.
Dari seorang warga di Peurelak bahwa telah terjadi musibah gempa dan tsunami melanda wilayah Aceh. Bencana Tsunami saat itu kata yang tidak dipahami oleh sebagian masyarakat yang dampak nya sangat merusak.
Kami tetap melanjutkan perjalanan ke Banda Aceh, sepanjang jalan yang kami lalui ternyata keadaan semakin buruk banyak puing-puing dan rumah-rumah warga banyak yang hancur.
Sekitar Pukul 17.00 WIB kami memasuki Kota Bireuen dan terlihat banyak bangunan yang hancur terkena gempa dan tsunami dan jalan utama menuju kota banda Aceh sudah tidak bisa di lewati. Ada warga menyarankan untuk tidak melanjutkan perjalanan tersebut karena kota banda aceh sebagian telah hancur lebur, mendengar informasi ini hati gundah dan air mata pun mengalir, ingin membatalkan perjalanan ke banda aceh, tetapi kendaraan umum tidak ada lagi yang beroperasi.
Supir mencoba menenangkan penumpang agar tidak khawatir dan melanjutkan perjalanan melalui jalur alternative supaya para penumpang bisa sampai di Kota Banda Aceh.
Setelah menempuh perjalanan yang menyedihkan melihat banyak rumah hancur dan kegelapan tanpa penerangan listrik sepanjang jalan yang dilewati , sekitar pukul 23.00 wib kami tiba di Banda Aceh.
Keadaan Kota Banda Aceh dengan bantuan cahaya lampu mobil terlihat jelas puing-puing bangunan yang roboh, suasana kegelapan yang mencekam (seluruh kota tanpa penerangan listrik) serta mayat-mayat begelimpangan di jalan-jalan. Menangis, sedih dan rasa takut menghatui perasaan.
Semua penumpang hanya bisa duduk terdiam serta mengucapkan Istigfar memandangi kota banda Aceh yang sudah luluh lantak di terpa badai gempa dan tsunami. Tiba-tiba supir bertanya kepada kami yang akan diantarkannya ke tempat tujuan masing-masing. Namun semua penumpang menjawab tidak bisa lagi menemukan rumah tujuan nya karena sudah tidak bisa lagi mengenal jalan yang akan dilaluinya. Maka kami berdiskusi dengan supir didaerah mana yang tidak terdampak tsunami. Akhirnya kami menemukan lokasi atau daerah yang aman untuk bermalam sampai menunggu pagi datang.
Pada malam itupun semua penumpang di izinkan menginap di teras rumah milik family supir tersebut yang berlokasi di daerah Ulee Kareng.
Malam pun semakin larut, tapi kami satu pun tidak ada yang bisa tidur karena gempa susulan terus datang. Kami hanya bisa berdoa semoga pagi segera datang dan mencari saudara-saudara yang ada di Banda Aceh.
Akhirnya pagi pun datang dan semua penumpang diantarkan ke tujunnya masing-masing.
Sepanjang di perjalanan itu kami melihat begitu banyak mayat bergelimpangan dan bangunan-bangunan yang hancur dan roboh hampir tidak berbentuk lagi.
Semua yang ada di mobil itupun menangis membayangkan bagaimana sanak keluarga nya, begitu juga saya yang sudah tidak bisa berkata-kata lagi melihat kondisi banda aceh yang porak poranda yang hamir semuanya tidak berbentuk lagi, hancur dan sudah tidak ada lagi kehidupan yang sy lihat.
Kami hanya bisa pasrah dan berdoa semoga keluarga selamat dan segera di pertemukan dengan kami. Pada saat itu jaringan telepon pun tidak bisa di gunakan karena kejadian tersebut.
Maka dari itu sy memutuskan untuk mengecek keadaan rumah kami terlebih dahulu.
Rumah yang kami tempati berlokasi di kampung suka damai simpang Surabaya. Kami tinggal di rumah nenek yang selama ini kami tempati selama kuliah bersama-sama dengan anak-anak kost yang lainnya.
Sesampainya di rumah kami bersyukur bahwa daerah yang kami tempati itu tidak terkena dampak tsunami. Akhirnya kami pun masuk ke dalam rumah dan muli membersihkan rumah yang kotor. Setalah semua nya bersih maka kami pergi ke rumah adik angkat kami yang di daerah Ulee kareng.
Disana kami menginap selama 2 hari dan pada akhirnya kami semua pulang kerumah orang tua adik angkat kami itu yang berlokasi di daerah kota Lhokseumawe.
Setelah menginap di Lhokseumawe selama 1 malam , sy bersama adik sepupu memutuskan untuk pulang kembali ke kampung halaman di kuala simpang-aceh tamiang.
Dengan diantarkan oleh orang tua adik angkat kami. Setalah sampai di kuala simpang para orang tua kami pun mengucapkan rasa syukur nya kepada Allah SWT bahwa anak-anak nya selamat dari gempa n tsunami.
Pada saat orang tua kami mengetahui kabar bahwa wilayah aceh mengalami gempa n tsunami, orang tua kami sangat terkejut dan sangat khawatir dengan keadaan kami yang pada saat itu lagi dalam perjalanan menuju Banda Aceh.
Setelah mengetaui bencana tersebut orang tua kami mencoba menghubungi kami melalui telepon seluler, namun pada saat itu jaringan telepon sudah tidak bisa di gunakan lagi.
Maka mereka mencoba meminta salah satu orang terdekat nya untuk mencari kami di banda aceh. Namun pada saat itu kami tidak bertemu dengan orang suruhan orang tua kami itu.
Makanya kami memutuskan untuk pulang kampung lagi supaya tidak ada lagi kecemasan pada mereka
Pada saat itu pun jika kami tidak memutuskan untuk pulang kampung lagi, maka bagaimana dengan kehidupan kami di banda aceh. Semua hancur hampir tidak bersisa. Kami hanya bisa makan mie instant pakai nasi. Namun kami bersyukur masih bisa diberi keselamatan sehingga kami bisa pulang lagi ke kampung dan berkumpul dengan keluarga dengan selamat.
Ada hikmah yang sangat besar di setiap kejadian
Setelah peristiwa gempa dan tsunami yang melanda wilayah Aceh dan sekitarnya pada Desember 2004 maka dengan izin Allah Banda Aceh dan sekitarnya sekarang menjadi kota Banda Aceh yang sangat indah dengan penduduk nya yang beragam.
Lebih indah dari pada sebelum bencana…………..
Manusia perlu mengingat bahwa tidak ada kejadian di bumi ini melainkan atas pengetahuan Allah. Sehelai daun yang jatuh ke tanah saja berada dalam genggaman Allah apalagi bencana alam yang se dasyat gempa dan tsunami.
Musibah yang menimpa manusia itu pada dasarnya untuk memberikan peringatan kepada manusia agar kembali pada kesadaran akan kemaha kuasaan Allah SWT, Pencipta alam semesta.
Semoga kita senantiasa menjadi orang-orang yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT, selalu di lindungi disetiap langkah kehidupan kita. Amiiin
#kisahpengalamanpribadi
The End
Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.