Julad Julid Jilid Jilid

Julad Julid Jilid Jilid

 

 

JULAD JULID JILID JILID


Kadang ada jengahnya kalau buka media sosial. Facebook, Instagram, YouTube. Isinya pencapaian semua, pameran diri, apalagi YouTube. Kalau udah cek views-nya, subscriber-nya, darah julid langsung mengucur. Saya jadi debat dengan diri sendiri.

"Kan medsos emang buat jual diri, Bro."
"Bahasa lu, ambigu banget."
"Ya lu taulah maksudnya. Medsos tuh emang untuk pamer karya, buat jualan siapa tau ada temen atau follower yang tertarik. Kan lumayan jadi cuan?"
"Iya tapi jadi males aja. Apalagi banyak juga yang upload kesuksesan-kesuksesan, achievement, emang kita perlu tau?"
"Itu kan akun punya dia, bebaslah mau upload apa aja. Kalau gak mau liat, scroll aja, atau hide. Beres kan. Mau ekstrem, unfollow. Lebih ekstrem lagi, unfriend. Kelar perkara."
"Kejauhan sih itu. Bertemannya gak masalah, tapi apa yang diposting."
"Lu yang iri berarti. Dengki. Julid bahasa sekarang mah."
"Kayaknya sih, Bro. Pantesan di di Al-Falaq ada disebut berlindung dari dengki juga ya. Kayaknya gua lagi dengki nih."
"Mungkin posisi lu lagi di bawah. Coba lu lagi banyak prestasi, gatal juga kan ingin posting di medsos?"
"Ya, bisa jadi. Tapi kadang mikir juga sih, kalau posting prestasi, nanti orang yang lagi down kayak gua sekarang ini perasaannya ya kayak gini."
"Jadi?"
"Kayaknya sih ya, bolehlah posting, tapi jangan berlebihan."
"Ah, posting juga paling sekali kan. Dan bahasanya gak lebay juga kan?"
"Gimana ya ngobatinnya?"
"Yang mana? Yang dengki atau yang pamer?"
"Yang dengki kayak gua."

Dia mikir. Lalu enggak lama angkat kepala lagi. Tarik napas.

"Gua juga gak ada ide."
"Halahhh... udah nungguin juga."
"Saran sih, kalau emang lagi malas medsosan, tapi ingin banget lihat-lihat, cari yang inspiratif."
"Contoh?"
"Ya kalau YouTube jangan buka yang pamer-pamer, jangan buka yang subscribenya udah banyak, yang viewnya banyak. Coba cek yang sedikit playnya. Cek yang subsnya baru sedikit banget. Dengan gitu lu lihat ke bawah. Kalau lihat ke atas, bawaannya bisa dengki. Mestinya kan termotivasi ya. Tapi psikologis orang beda-beda. Jadi kalau lihat yang berprestasi, opsinya kalau gak termotivasi ya julid."
"Kalau FB? IG?"
"Ya skip aja, sekrol. Lihat yang posisinya lagi di bawah. Dengan gitu bisa bikin lu lebih bersyukur dengan keadaan sekarang."
"Hm, bener juga. Kebanyakan ngelihat yang lagi di atas kali ya gua."
"Bisa jadi. Jangan dongak mulu. Pegel, hahaha."
"Tetap merapat ke tanah. Oke."
"Nah, itu dia. Dan satu lagi, pas lu lagi di atas nanti, coba lu mikirin orang-orang yang kayak lu sekarang gini. Jangan over, kalau bisa disimpan sendiri ya simpan aja. Dengan lu posting, banyak faedahnya, atau malah bikin orang iri? Atau mungkin cara lu posting perlu di-improve."
"Gimana?"
"Storytelling. Lu cerita jangan langsung suksesnya. Dari awal lu itu lagi ngapain, terus prosesnya kayak apa, sampai bisa sukses itu struggle seperti apa."
"Oke, dicoba. Trims, Bro."
"Simsim, Bro."
"Lu panjangnya bro apa?"
"Combro."
"Oh, gua misbro. Jokes lokal, Bro."

Dia tertawa.

Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.