Komunikasi Adalah Kunci

Tentang kasih sayang seorang ibu kepada anaknya

Komunikasi Adalah Kunci

Klise. Begitulah bagian ini akan dimulai. Kita lahir dari seorang ibu, ibu yang mengandung kita selama sembilan bulan. Menunggu datangnya buah hati ke dunia. Tidur tidak enak. Makan tidak enak. Jalan kaki tidak enak. Beraktifitas tidak enak. Namun, begitulah, seorang ibu yang menanti buah hatinya datang ke dunia.

Bayi yang baru lahir itu kini telah menjadi anak kecil yang menyenangkan. Tawanya senantiasa mengisi kehidupan. Hingga akhirnya, sang bayi kini telah bisa mengucapkan satu kata. "Ibu". Ibu yang mengajari kita berbicara, ibu dengan sangat sabar mendidik kita, memandikan kita, memberi makan kita, memberi semua kebutuhan kita. Karena Ibu tahu, tanpa bantuan Ibu, sang bayi tidak memiliki kekuatan. Dan. ketika bayi telah berhasil mengucapkan kata "Ibu". Hati orang tua mana yang tidak amat senang?

Masa-masa kecil telah dilewati. Sang bayi tumbuh dan kian membesar. Memasuki jenjang pendidikan, TK, SD, SMP, SMA, hingga masuk ke jenjang kuliah.

Dan...

Masalah itu datang. Sang anak melakukan kesalahan, fatal, ia menjadi anak yang pemarah dan keras kepala. Dia dibutakan oleh dunia. Mencari kesenangan di luar sana. Kini, rumah tak lagi menjadi favoritnya. Ia sibuk untuk mengejar kebahagiaan bersama teman-temannya. Kini Ibu ditinggalkan. Usia Ibu yang sudah tak lagi muda, juga kian tergerus oleh zaman. Ibu merasa tidak bisa menemani anaknya lagi. Dan ketika anaknya akan memasuki bangku kuliah. Ibu hanya bisa pasrah, "Terserah kamu saja, nak"

Konflik yang pelik membuat seluruh kebaikan yang pernah dilakukan oleh ibu kepada anaknya terlupakan. Sang anak hilang kepercayaan kepada orang tuanya. Tidak lagi menaruh harap. Mereka terlalu ketinggalan zaman, pikirnya. Rasa salah paham sang anak kepada Ibu semakin besar. Di dalam hatinya ia berujar "Ibuku tidak pernah mengertiku". Waktu berlalu, dan kini ia telah resmi menjadi seorang mahasiswa. Memutuskan untuk merantau, meninggalkan kampung halaman.
 
Ibunya bukanlah tipikal orang tua yang bisa mengungkapkan kasih sayangnya. Keluarga yang rumit. Dan sang anak tidak pernah tahu itu. Tidak pernah tahu, Ibunya begitu sayang kepadanya. Tidak pernah tahu bahwa disetiap sujud dan doanya. Ibu selalu menengadahkan tangannya sambil berdoa, "Semoga anakku diberikan kemudahan dalam menjalani kehidupan"
 
Tahun demi tahun berlalu. Kehidupan kuliah tidak sebahagia itu. Pergaulan yang mengerikan. Diri yang terombang ambing ditengah ketidakpastian. Lalu sang anak sadar, "Ibuku benar. Aku tidak seharusnya melakukan hal yang salah, membuat Ibuku kecewa. Aku hanya ingin... pulang"
 
Ketika pulang, sang anak melihat senyuman Ibunya yang masih merekah, menanti kedatangan anak yang sudah tak lama pulang. Di dalam hatinya ia berujar "Aku salah, aku menganggap Ibuku tidak menyayangiku." Dan kini semuanya menjadi jelas, sang anak mengungkapkan perasaannya kepada Ibu, meminta maaf dan Ibu membalasnya. Bahkan, Ibu sudah memaafkan kesalahan anaknya jauh sebelum sang anak mengucapkan permintaan maaf.
 
Kasus selesai.

Komunikasi adalah kunci. Iya, jika bukan kunci, setidaknya bisa meminimalkan terjadinya konflik, dan kesalahpahaman diantara manusia. Ketika tidak ada komunikasi, manusia cenderung lebih banyak berfikiran negatif terhadap orang lain. Meskipun tidak semuanya. Untuk itu, komunikasi perlu dibangun dengan baik, oleh semua manusia. Baik orang tua kepada anaknya, anak sulung kepada anak bungsu, atau dengan orang asing sekalipun. 

Karena hidup ini tidak sempurna, dan berisi orang-orang yang tidak sempurna pula. Komunikasi menjadi penting. Tanpa adanya komunikasi, masalah kecil menjadi terlihat sangat besar. Seperti kasih sayang seorang ibu yang dilupakan anaknya seiring ia bertambah usia.

Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.