Bertemu Marsinah 2
Aku melihat Marsinah duduk di depan sebuah altar. Ia menunduk lesu sembari menghela nafas lunglai. Rambutnya lusuh tergerai menutup wajah sebagian.
Aku melihat Marsinah duduk di depan sebuah altar.
Ia menunduk lesu sembari menghela nafas lunglai. Rambutnya lusuh tergerai menutup wajah sebagian.
Tak lama lelaki gempal datang, mirip seorang yang pernah kukenal. Ia tersenyum dingin, dengan satu sudut bibir yang terangkat tak imbang.
Ia mengambil kursi besar lalu duduk di sebelah Marsinah yang masih tunduk.
Menepuk pundak Marsinah, sembari berkata “Piye kabare? Kepenak jam…”
Aku tersentak berdiri cepat, terpotong ia bicara. Celaka! Kenapa aku di sini? Apakah aku sedang mati juga?!
Marsinah terkejut mendongak ke arahku. Bawah matanya sembab dan hitam, seperti tak tidur semalam.
Lelaki tadi mengangkang, menaruh kursi di bawah selangkangan.
Ia tampak sibuk merogoh sakunya mencari sesuatu, mengeluarkan pistol kecil seukuran kepalan tangan.
Menaruh pistol itu di atas kursi yang masih dikangkang. Menyetel-nyetel tata letak pistol kecil tepat dibawah selangkangan.
“Karena itu aku di sini” Ucap Marsinah lirih dan pelan.
Perempuan itu tak menatap apapun. Matanya kosong, pipinya lebam.
Aku diam.
Lelaki diam.
Marsinah diam.
Orang orang dunia juga pada diam.
Aku menengadahkan kepala melihat ke atas altar mereka. Di sana tertulis Heroes' Eden
Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.



