Bonus Demografi, Berkah atau Musibah
Mari kita sambut bonus demografi untuk Indonesia pada tahun emas 2045 sebagai berkah.

Tahun 2045 Indonesia genap berusia se abad (100 tahun) merdeka, suatu usia emas yang patut dibanggakan oleh seluruh rakyat Indonesia sebab kalau mengingat masa-masa perjuangan sebelum kemerdekaan, kita patut merenungi dalam-dalam berapa banyak jiwa melayang, berapa banyak darah tertumpah di bumi pertiwi? Benar-benar hal yang tidak mudah namun, semangat untuk merdeka sungguh-sungguh menyala dan sulit dipadamkan. Bermodalkan tekad, jiwa yang bergelora dan senjata bambu runcing yang sangat sederhana, Indonesia berhasil mengusir penjajah yang telah beratus-ratus tahun menikmati kekayaan alam Indonesia.
Sehari setelah proklamasi kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945, yakni tanggal 18 Agustus 1945 langsung ditetapkanlah Undang-Undang Dasar 1945. Cita-cita yang terkandung dalam falsafah bangsa Indonesia yakni Pancasila dengan sila-silanya yang rumusannya telah berganti-ganti melalui proses panjang dan tidak mudah untuk mencapai kesepakatan bersama, akhirnya menjadi tetap dan utuh, yakni:
- Ketuhanan Yang Maha Esa
- Kemanusiaan yang adil dan beradab
- Persatuan Indonesia
- Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan.
- Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Telah terbukti bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang religius; sangat peduli pada hal-hal yang menyangkut sisi kemanusiaan, tetap memegang teguh persatuan dan kesatuan, dengan semangat demokrasi yang dibangun berdasarkan musyawarah dan mufakat, maka kini lah saatnya seluruh warga negara Indonesia menuju kepada hal yang sangat penting yaitu mewujudkan sila ke 5 – Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Adalah suatu momentum yang sangat tepat bila di bawah kepemimpinan Bapak Jokowi telah ditancapkan tonggak-tonggak pembangunan, terutama membangun SDM unggul yang nantinya mendiami ‘rumah’ Indonesia di usia emasnya. Semua telah disiapkan dengan matang dan penuh perhitungan bahwa anak-anak yang kini berusia 5 tahun yang sedang belajar di tingkat PAUD dan SD, jika nantinya mereka tamat sarjana (strata satu), yang diperkirakan mereka rata-rata berusia 23 tahun. Saat yang sangat dinantikan untuk mengisi kemerdekaan, yang kita kenal dengan sebutan Bonus Demografi.
Usia potensial generasi Z yang mempunyai cara pikir tidak hanya keluar kotak (think out of the box) tetapi sudah tidak menggunakan kotak (box) lagi atau no box. Cara pikir yang dipandang cocok di era digital, karena mereka tidak dapat lagi dikendalikan oleh cara-cara lama yang lambat. Mereka adalah generasi milenial yang hidup di era digital yang ditandai dengan berpikir cepat dan bertindak cepat kalau tidak ingin di disrupsi oleh kemajuan IPTEKS (Ilmu Pengetahuan Teknologi dan Seni) yang luar biasa pesatnya.
Bonus Demografi
Apa itu? Menurut United Nations Population Fund, Bonus Demografi adalah kondisi ketika masyarakat berusia produktif lebih banyak daripada masyarakat berusia non produktif. Sedangkan menurut Wikipedia, Bonus Demografi berdasarkan istilah dari Data Penduduk PBB adalah potensi pertumbuhan ekonomi yang tercipta akibat perubahan struktur umur penduduk, dimana proporsi usia kerja lebih besar daripada proporsi bukan usia kerja. Atau bisa juga dimaknai bahwa Bonus Demografi adalah suatu kondisi dimana jumlah penduduk produktif atau angkatan kerja (usia 15 – 64 tahun) lebih besar dibandingkan penduduk yang tidak produktif (di bawah 5 tahun dan di atas 65 tahun).
Bonus Demografi ini sangat mungkin terjadi karena adanya perubahan struktur umur penduduk Indonesia. Adapun penyebabnya antara lain adalah karena angka kematian bayi (infant mortality rate) menurun sehingga jumlah bayi yang tetap hidup hingga dewasa terus meningkat. Kepedulian terhadap ibu hamil dan kesehatan bayi yang tinggi karena kemajuan ilmu pengetahuan di berbagai bidang. Digencarkannya edukasi kepada seluruh lapisan masyarakat akan arti penting hidup sehat dan berpendidikan tinggi untuk menyongsong hari esok yang lebih sejahtera harus terus digaungkan sehingga generasi milenial ini nantinya mampu mandiri dan memandirikan orang lain.
Bonus Demografi ini pasti akan terjadi di Indonesia, bahkan sudah terbayang di pelupuk mata, sehingga mulai sekarang harus dididik dan diarahkan untuk giat berkiprah dengan mengoptimalkan potensinya demi menciptakan pertumbuhan dan perkembangan negara, memicu dan memacu pertumbuhan ekonomi negara dan menaikkan PDB (Produk Domestik Bruto). Semua itu dilakukan untuk menghadapi tantangan meningkatnya pengangguran terdidik. Menghapuskan atau setidaknya meminimalkan ketidakseimbangan antara kualitas SDM dengan standar kualifikasi yang dibutuhkan dunia kerja.
Sebelum sampai pada tahun 2045 atau diawali lebih kurang 10 tahun lagi sejak sekarang Indonesia diperkirakan akan ‘panen’ generasi milenial dengan usia produktif. Oleh karena itu, kiranya Bonus Demografi ini harus disyukuri sebagai berkah atau anugerah yang luar biasa namun, apabila berkah ini tidak dikelola dengan benar maka bisa terjadi keadaan sebaliknya yaitu ‘musibah’ karena usia potensial itu menjadi sia-sia. Semua negara akan mengalami Bonus Demografi yang cuma sekali saja sepanjang sejarah. Setelah itu, perbandingan antara masyarakat produktif dan masyarakat non produktif diprediksikan akan kembali normal karena mereka yang berusia produktif sudah mulai memasuki usia non produktif. Itulah siklus hidup manusia yang tidak bisa diremehkan/diabaikan oleh insan pendidikan.
Pendidikan merupakan instrumen utama untuk membentuk SDM unggul yang akan mengisi NKRI di usia emasnya. Mari segera benahi sistem pendidikan di Indonesia dengan melibatkan pemikir-pemikir handal di kalangan ahli atau pakar dari Perguruan Tinggi (yang tentunya sesuai dengan bidangnya masing-masing), dosen, guru dan organisasi kemasyarakatan yang memiliki kesungguhan hati untuk ikut membangun NKRI tercinta, niscaya dunia pendidikan mengalami kemajuan yang signifikan. Bangsa yang maju adalah bangsa yang peduli kepada pendidikan, percayalah bahwa Bonus Demografi di Indonesia nantinya akan menjadi berkah bagi seluruh rakyat Indonesia.
Jakarta, 15 September 2021
Salam penulis: E. Handayani Tyas; Universitas Kristen Indonesia – [email protected]
Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.