TRAINING ...... OH TRAINING

Aku mencarikan training untuk anakku. Tapi katanya, itu lebih cocok untuk ayah ibunya. Haaa????

TRAINING ......  OH TRAINING

 

TRAINING ….  OH  TRAINING

 

Memiliki anak laki-laki usia 11 tahun yang pintar ngeyel, jelas membuat orang tua kudu pintar mengolah kata-kata agar tak kalah ngeyel pula dari alasan si anak ketika sedang diskusi (baca: debat). Apalagi ketika membahas ini dan itu, yang bagi anak itu “perintah”, sedangkan bagi orang tua itu adalah saran yang bermuatan nuansa “wajib”.

Putra kesayangan kami, termasuk tipikal bujang kecil yang pandai beralasan untuk segala hal yang baginya “untuk apa dilakukan”. Jadi, kalau dia belum tahu manfaat akan sesuatu, dia akan sibuk membahas hal tersebut dari pada melakukan, apalagi menyelesaikannya. Jadilah dalam melakukan banyak hal, dia menunggu disuruh sekalipun itu untuk kepentingannya sendiri.

Hari beranjak minggu. Masa Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) yang serba online membuatnya semakin asyik dengan kesukaannya sendiri. Seperti biasa, hal-hal penting dan mendasar kudu diawali dengan diingatkan. Tahu-tahu si bujang sudah jadi anak kelas enam. Sebentar lagi bakal abegeh. Tanggung jawab terhadap diri sendiri, apalagi mengenai hal-hal mendasar harus sudah terbentuk. Tapi bagaimana caranya?

Untung sekali dalam laman facebook lewat testimoni tentang parenting yang intinya mengajak orang tua mengubah anak. Coach-nya adalah Michael Yo. Wah … ini informasi yang dicari. Tidak gratis, berbayar, tapi ada diskon yang lumayan. Saya pun mendaftar, dan mengajak suami ikutan mendengar seminarnya. Kami ikut dengan suasana santai. Kami menyimak dari dalam kamar, suami mendengar sambil duduk-duduk tenang di pinggiran tempat tidur.

Rupanya itu adalah seminar pembuka. Bagi yang ingin merasakan manfaatnya, diajak ikutan training yang diperuntukkan untuk family. Harganya lumayan, tapi kembali ada diskon yang jor-joran. Kesimpulannya, kami sepakat untuk ikut serta. Kapan lagi bisa dapat pelatihan dengan biaya minim. Si bujang pun diberi tahu.

“Nak, kita akan ikut training bersama-sama. Buat melatih kamu agar punya bekal untuk jadi remaja. Kan, sebentar lagi mau jadi abegeh. Banyak hal yang harusnya kamu sudah miliki sebelum masuk SMP nanti. Dunianya bakal berbeda dengan yang di SD.  Bla …. Bla …. Bla....”

Pokoknya ibu berusaha menjelaskan kalau training ini woth it untuk diikuti olehnya. Dia pun setuju.

Okkay,” katanya.

Hari pembukaan training pun tiba. O,ya training ini berlangsung selama satu bulan dengan pertemuan online yang wajib dihadiri setiap minggu. Waktu acara pembukaan, Ayah membuat keputusan sederhana namun maknanya besar. Laptop dibawa keluar dari kamar. Diletakkan di atas meja ruang tengah. Televisi dimatikan. Dan diberi tambahan speaker agar suaranya yang terdengar kencang. Kami bertiga: ayah, ibu, dan anak duduk di atas sofa di depan meja. Lalu dicarikan kursi kecil yang membuat si bujang bisa duduk lebih ke depan, sehingga bisa lebih mudah menulis di buku maupun di kolom chat yang disediakan.

Hari  itu kami bersama-sama menyimak semua yang disampaikan coach. Kemudian semua peserta diwajibkan menulis family agreement, yang berisi kesepatan antara anak dengan orang tua tentang apa yang akan dilakukan anak untuk ke depan.  Lembaran ini ditandatangi oleh kedua belah pihak, orang tua dan anak. Kami ayah dan ibu memutuskan untuk sama-sama menandatanginya di bagian kolom parents dan si bujang menandatangi di bagian kolom anak. Lembar family agreement ini diikuti dengan lembaran daily tasks yang berisi rincian tugas-tugas harian yang harus dilakukan anak. Bila tidak, akan ada konsekuensi yang ditanggung anak.

Sepintas tugasnya sederhana saja, bangun pagi jam 04.30 agar bisa sholat jamaah di masjid, membaca buku yang bukan komik selama 10-15 menit sehari, membersihkan kamar dan meja belajar, menyapu lantai atas, menyelesaikan tugas sekolah yang diberikan hari itu, dan membuat tulisan kreatif sesuka yang menulis. Simpel bagi kami, tapi sebuah perjuangan bagi anak yang susah menjauh dari bujuk rayu gadget.

Malam sebelum tidur, si bujang mengatakan sebenarnya dia tidak begitu setuju dengan pekerjaan-pekerjaan yang tercantum dalam daily tasks tersebut. Tapi baiklah, karena sudah tanda tangan dia akan tetap mencoba.  Malam ini kami tidur lebih awal. Jam 21.30 WIB sudah mematikan lampu kamar, karena point pertama yang akan dilakukan besok adalah bangun pukul 04.30 WIB, dan sholat subuh ke masjid bersama ayah.

Hari pertama pelaksanaan implementasi training pun tiba. Pagi itu dia dibangunkan dengan mudah, tanpa drama. Ikut serta ke masjid. Pulang ke rumah sekitar pukul 05.30 WIB. Tidak tidur lagi, langsung memegang partisi gundam yang ingin dirakitnya. Diingatkan bahwa ada tugas menyapu. Dia pun menyapu lantai atas, sarapan, mandi, dan bersiap untuk sekolah daring.

Hari itu saya sebagai ibu, berkali-kali mengamati list yang tertera pada lembaran daily tasks dan juga mengecek tugas-tugas sekolahnya via googles class room, apakah sudah dikerjakan atau belum. Siang sudah beranjak sore, dia tampak kesal. Project dari sekolahnya untuk menjelaskan sistem excretory belum selesai dan ada kendala. Sementara daftar di daily task juga berderet yang belum dikerjakan. Suaranya sudah serak mencoba menahan tangis, air mata sudah berlinang.

Ayah turun tangan membantu, menghampirinya dan menjelaskan inti tugas project dan tetap di samping si bujang sampai turut memvideokan saat si bujang mendemonstraikan bagan dan gambar-gambar yang dibuatnya. Alhasil tugas sekolah pun selesai. Sore sampai malam, satu persatu yang menjadi keharusan berhasil dirampungkan. Tugas terakhir adalah membuat tulisan kreatif. Ia bebas menuliskan sesuatu, yang penting mengeluarkan apa yang ada dalam pikirannya. Biasanya untuk membuat satu kalimat bisa satu jam lebih. Tapi kali ini, sebuah tulisan singkat bisa rampung tidak sampai setengah jam dengan cerita imajinasi yang cukup menarik. Sebelum jam 9 malam semua sudah tertunaikan.

Ada sebuah pertistiwa lagi. Saat membuat tulisan, tidak sengaja ia menjatuhkan kumpulan jasad nyamuk. Si bujang senang mengumpulkan jasad-jasad nyamuk yang sudah mati kena setrum raket listrik, dan meletakkannya di atas tissue yang ditutupi oleh botol plastik terbalik, agar tidak mudah diambil gerombolan semut. Dia menyebutnya sebagai museum nyamuk.

“Yaaa …. museum nyamuk aku jatuh…” katanya setengah menjerit.

Ayah bergegas keluar kamar, menghampiri dan membantunya mengumpulkan nyamuk-nyamuk itu dan meletakkannya kembali persis seperti semula di atas meja. Ia senang sekali, museum nyamuknya terselamatkan. Dan, ayah mau membantunya melakukan hal yang sangat sepele menurut orang dewasa.

Menjelang tidur, ibu bertanya pada si bujang.

“Bagaimana perasaan mu malam ini, nak?”

“Iya senang, senang banget malah,” jawabnya.

“Senang karena semua tugas sudah selesai ya?” kataku setengah tertawa.

“Iya benar. Semua selesai. Tapi ada yang bikin aku lebih senang,” jawabnya dengan mata berbinar.

“Apa itu?” tanya ku sumringah.

“Aku senang ayah ibu hari ini tidak ngomel-ngomel dan tidak marah-marah. Kayaknya training ini bagus deh. Ayah dan ibu harus sering-sering ikut training seperti ini, jadi nggak marah-marah lagi,”katanya.

Haaah …. Aku jadi sedikit ternganga. Rupanya bagi si bujang, training yang baru berjalan satu hari ini  telah membuat ayah dan ibu lebih sabar dan jadi lebih nice. Jadi, menurutnya yang selama ini perlu diubah itu adalah sikap atau cara ayah dan ibu yang sering membuatnya kesal dan tidak nyaman. Dia merasa dirinya baik-baik saja. Ibu dan ayahlah yang harus berubah.  Hahahaha…..

“Apa tidak terbalik, nak?” Pertanyaan ini bergema di kepala di antara tawa yang tertahan, tapi tidak aku lontarkan padanya. Aku memilih menceritakannya pada ayahnya. Kami mengambil satu kesimpulan. Bahwa benar juga kata Mister Michael Yo, training ini tidak akan berhasil kalau Anda sebagai orang tua tidak mendekatkan diri pada anak.  

So…. untuk mengubah anak, ya ubah dulu diri menjadi lebih baik di mata anak, menjadi sahabat anak. Tidak mudah memang untuk mengenali dan mengakui kelemahan diri, tapi itulah perjuangan. Rasanya tidak bisa ditawar. Mulai detik ini kami harus mengubah diri untuk membawa anak menjadi lebih baik di masa depan. Semangattttttt!!!!

 

Jakarta, 14 September 2021

 

 

 

 

 

Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.