SINKRONISASI

Part 2

SINKRONISASI

"Ya Allah, mimpi apa sih aku ini bisa ketemu Afi?" Pintaku sendiri sembari menyusuri jalanan menuju kosan. Yap bener, ini adalah salah satu alasanku tidak mengingat 'pria' tadi karena aku merantau jauh dari kota kelahiranku untuk berkuliah sekaligus bekerja dan tidak menyangka akan bertemu dengan orang yang berasal dari kota kelahiranku.

Tiba-tiba notif aplikasi L*ne ku berbunyi, sudah sekian lama aku tidak menggunakannya untuk personal chat karena telah menggunakan Wh*tsA*p. Sebait pesan dari @hanaafi

"Be carefull and i'm happy meet you again, btw sorry belum bisa nganterin kamu pulang. Next time i hope we can share a lot in the future"

"It's okay, don't matter. Insya Allah me too"

Hatiku dag dig dug membaca pesannya dan secepat mungkin membalasnya. Mungkin terkesan aku adalah wanita "redflag" ya dari balasanku?! Tapi aku bener-bener gak bisa mikir harus balas apa.

 

FLASHBACK ON

"Mama, tadi Ila dibantuin mengerjakan soal MTK nya sama Afi. Pinter banget anaknya ma" Kataku gembira sambil menunjukkan buku latihanku. FYI, aku biasa di rumah dipanggil Ila bukan Ifa. 

"Oh iya? Terus kamu bisa mengerjakannya sendiri sekarang?" Tanya Mama kepadaku

"Bisa-bisa" Kataku dengan PD nya.

"Bagus, Afi baik dan pinter banget ya, semoga kamu bisa ketularan pinternya dan naikin derajat keluarga kita. Yaudah sekarang kamu kerjain PR dulu terus bantuin Mama menyetrika pakaian Ibu Rudi itu ya setelah itu jaga Aci sebentar sebelum kamu berangkat ngaji" 

"Iya Ma" 

Salah satu funfact ku sudah agak terlihat ya guys, yaps aku berasal dari keluarga sederhana dengan kedua orang tua yang bekerja dengan pendapatan yang tidak tetap. Selain itu, aku juga sudah terbiasa 'bekerja' sejak kecil untuk membantu orang tuaku terutama untuk sekedar mencari uang tambahan jajan atau bayar les MTK yang ku ikuti. Meski begitu pendidikan harus tetap menjadi yang pertama.

FLASHBACK OFF

 

Aku adalah anak satu-satunya dari 5 bersaudara yang memutuskan untuk melanjutkan pendidikan tinggi di Pulau Jawa yang ketat peradaban dan persaingan hidupnya dibandingkan kota kelahiranku. Aku mendapatkan kesempatan berkuliah di 2 Universitas Negeri berbeda dan gelar pendidikan yang berbeda pula serta mendapatkan beasiswa, hal ini tidak jauh dari impian dan motivasiku untuk memutuskan stigma "anak dari keluarga pra sejahtera tidak bisa melanjutkan pendidikan tinggi karena biaya" dan stereotipe negatif "anak perempuan gak perlu merantau jauh-jauh apalagi cuman mengejar pendidikan yang ujung-ujungnya tidak berdampak ke pekerjaan yang layak".

Now, i'm here to make my dream's come true. Tidak mudah dilalui dan tepat saat ini aku berada di puncak untuk menyelesaikan semuanya dan bersiap untuk menyongsong masa depan cerah dan kembali ke kota kelahiranku untuk mengabdi.

Aku bergelut kembali dengan laptopku untuk menyelesaikan revisi skripsi 1 dan menyusun tugas akhir 2. Seperti double kill ya, but it's for my life balance yang penting semuanya dapat diselesaikan dengan baik.

Tiba-tiba aku mendapat panggilan telepon dari temen organisasiku di P*kanbaru. 

"Halo Syarifah, Assalamualaikum, apa kabar kamu?" 

"Waalaikumussalam, alhamdulillah baik. Apa kabar mu Dik? Tumben nelpon? biasanya kamu ngechat doang"

"Haha kabarku baik, duh jangan marah dong kan aku nelpon karena ada gosip hot banget sumpah" 

"Waduh gosip apaan lagi dik? Kalau gosipnya tidak hot aku tutup nih ya."

"Sumpah hot pake banget Syar. Dikau ada dikirimkan undangan pertunangan bang Ahmad tidak? Dia mau tunangan bulan depan dan bakal nikah 3 bulan lagi" Kata Dika dengan nada kegirangan.

"Lah terus hubungannya sama aku apa dik?" Tanyaku bingung.

"Syar, kan dulu dikau pernah cerita kalau dia ngejar-ngejar kau wak, sampe dikau bolak-balik tolak hah. Masa lupa sih wak?"

"Heem sudah kuduga arah pembicaraanmu Dik, iya bener tapi kan aku udah lama banget gak berkomunikasi dsbnya dengan ybs. So, i feel you have a mistake for that."

"Nggak do Syar, maksudnya kamu diundang apa tidak nih? Soalnya dia kan confess banget dulu ke kau, kan mana tau isi calonnya dikau." Katanya sambil menggodaku.

"Nih anak mengada-ada, aku aja gak pernah ketemu dia terus darimana pula aku bisa nikah sama dia. Aneh aja nih anak, udah dulu ya aku lagi fokus menyelesaikan beban negara nanti aku telpon lagi. Have a nice day."

Setelah ku tutup telepon dari Dika, bukannya fokus melanjutkan beban negara yang ku sebut tadi justru pikiranku melayang ke bang Ahmad ini. Aku teringat dulu sewaktu aku masih stay di organisasi dan di P*kanbaru pasti akan ketemu dia dan dia akan berusaha menggodaku didepan semua anak-anak organisasi hingga aku merasa tidak nyaman. Yah, aku bukan wanita yang mudah digombalin dan agak "redflag" jadi jika aku tidak suka maka tidak akan suka.

Aku bersyukur akhirnya dia menemukan pasangan sejatinya, semoga dia bahagia selalu serta tidak pernah menotice nama ku lagi sampai kapan pun. Dulu saat dia menyatakan confessnya ke aku secara terang-terangan dan gigih sekali, berulang kali juga aku menolaknya mulai dari cara yang halus dan bercanda hingga kasar dan serius pake banget supaya dia sadar. Namun nihil, dia tetap terus menggodaku seakan aku akan berubah pikiran dan hati hingga nyatanya aku pergi merantau jauh dan tidak akrab dengan teman-teman di organisasiku dengan harapan "dia" bisa melupakanku dan hidup bahagia dengan wanita yang jauh lebih baik dariku. Sangat pede sekali ya aku, tapi nyatanya emang 'segila' itu dia kataku.

 

FLASHBACK ON

Hari ini adalah pembagian rapor semester dan hal yang paling di nanti-nanti akhirnya tiba yaitu pengumuman juara tiap kelas dan angkatan. Saat itu..

"Juara 1 kelas 2B diraih oleh Syarifah Ardila, Juara 2 ..., Juara 3..." 

"Juara 1 kelas 2A diraih oleh Hanafi Ulhaq, Juara 2 ..., Juara 3..." 

"Juara umum 1 diraih oleh Hanafi Ulhaq dengan nilai rata-rata 93,8"

Mendengar namaku disebut sebagai juara aku pun maju kedepan, disitu untuk pertama kalinya aku meraih juara kelas sehingga aku merasa kegirangan dan lompat-lompat bahagia. Kemudian saat pengumuman juara kelas Afi, aku pun sudah tidak terkejut jika dia akan menjadi juara 1 kelas sekaligus juara umum. Namun, aku yang kegirangan karena telah mendapatkan juara dan tidak menghiraukan apa-apa lagi dengan spontan aku menggenggam erat tangan Afi, dan tanpa perlawanan Afi pun diam saja. Hingga akhirnya aku sadar pada saat Afi ingin melepaskan tangannya dari genggaman tanganku karena akan menerima hadiah juara.

Lagi dan lagi karena masih anak-anak wajar ya guys masih belum mengerti mahrom gitu. Aku tahu dan kenal Afi tapi mungkin Afi tidak mengenalku, seperti layaknya fangirl dan idol, seperti hiperbola tapi kalau dibayangin memang seperti itu. Aku ngefans banget sama tuh anak karena pinternya kebangetan dan pengen banget ketularan prestasi dia.

Dan sekarang saat aku menginjak kelas 4 SD aku bisa akrab dengannya bahkan di kelas 5 aku menjadi sahabat dia. From fangirl to be friend, keren banget roller coaster ini. Dan aku juga ketularan pinter dari dia, hingga dia menjadi alasanku hingga menyukai matematika. Hubungan sahabatan kami hanya bertahan hingga kelulusan SD karena aku dan dia masuk ke SMP yang berbeda. Aku memilih SMP Negeri yang dekat dari rumah sementara dia memilih SMP Negeri terbaik di kotaku, sebenarnya aku juga bisa ikut masuk ke SMP tersebut namun apalah daya jika kondisi finansial keluargaku saat itu sangat sulit hingga lebih mementingkan masuk SMP Negeri mana saja asalkan tidak SMP Swasta.

FLASHBACK OFF

 

Next...

 

Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.