Aksara

Ada beberapa kenyataan yang harus direlakan sebab semesta yang tak bijak menempatkan.
Ada beberapa perasaan yang harus diselesaikan. Meski tak pernah ada yang memulakan.
Kehidupan acapkali adalah roda yang terus berputar tanpa pandang apakah penghuninya pusing atau gemetar.
Jingga, namanya. Seorang gadis dari Ibu kota yang mengadu nasib di pelosok Indonesia. Niatnya baik, hanya ingin mencerdaskan anak bangsa. Tidak lebih. Tidak kurang.
Dalam perjalanan, setiap kali ia menengok ke belakang. Sungguh sangat berat baginya. Menyimpan lara dalam dalam dan duka yang tak kunjung padam.
Perjuangannya di masa lalu untuk mengenyam pendidikan tidak akan pernah ia lupakan. Hingga saat ini ia berpijak di atas perahu nelayan yang sedang membelah lautan kepulauan, tak mudah percaya bahwa gelar sarjana telah tersangkut mengikuti namanya.
Lagi lagi, semesta kadang tak selalu benar. Tak selalu bisa diandalkan. Dalam niatnya yang tulus ingin mengabdikan diri lantaran ingin berbakti membalas budi kepada negeri. Seseorang menyusup entah melalui celah mana membuyarkan segala tujuan.
Aksara. Seorang pria yang tiba-tiba menyelipkan sebait puisi itu. Menyatu dalam cerita perjuangan pengabdian. Entah lara entah bahagia yang harus ia damba.
Bahwasannya. Seseorang yang ia temui di dalam tempat yang begitu jauh dan tak terukur jaraknya. Harus tetap menghilang dan hanya bisa dicinta dari kejauhan.
Kemudian, ia melirih dalam sesak "Cinta hanyalah lara dalam hidup yang penuh rekayasa semesta".
@ririsaput
Jakarta, 6 Juni 2020
00.00
Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.