DESKRIPSI DAN SINEMATOGRAFI

DESKRIPSI DAN SINEMATOGRAFI

Sewaktu menjadi juri di lomba iklan Citra Pariwara, kami, para juri, harus menilai sebuah TV Commercial untuk kategori sinematografi. Sebelum menilai, kami berdiskusi dulu, apa, sih, yang dimaksud dengan sinematografi. Diskusi membahas definisi sinematografi ternyata banyak memakan waktu karena setiap juri mempunyai pemahaman sendiri-sendiri tentang sinematografi.

Sinematografi memang terlalu luas untuk didefinisikan dengan kalimat yang singkat. Saya sangat memahami itu. Akan tetapi sebagai orang yang berkecimpung dalam dunia literasi, saya punya cara ampuh untuk memudahkan pengertian tentang makna sinematografi. Caranya adalah dengan menggunakan analogi. Yaitu: sinematografi (dalam dunia perfilman) adalah deskripsi (Dalam dunia literasi).

Analogi antara sinematografi dan deskripsi menjadi cara yang ampuh untuk memahami bagaimana elemen visual dan naratif bekerja dalam masing-masing domain. Berikut adalah penjelasan yang lebih rinci:

VISUALISASI

Sinematografi:

Sinematografi bertanggung jawab untuk menggambarkan adegan, karakter, dan emosi melalui gambar-gambar bergerak. Ini melibatkan penggunaan kamera, pencahayaan, komposisi, warna, dan gerakan kamera untuk menciptakan suasana dan menceritakan kisah.

Deskripsi:

Dalam literasi, deskripsi adalah cara penulis menggambarkan adegan, karakter, dan emosi melalui kata-kata. Penulis menggunakan detail sensorik dan bahasa kiasan untuk menciptakan gambaran mental bagi pembaca.

MENCIPTAKAN SUASANA DAN MOOD:

Sinematografi:

Penggunaan pencahayaan, warna, dan komposisi untuk menciptakan suasana hati tertentu dalam sebuah adegan. Misalnya, pencahayaan yang redup dan bayangan yang tajam dapat menciptakan suasana misteri atau ketegangan.

Deskripsi:

Penulis menggunakan kata-kata yang dipilih dengan hati-hati dan detail sensorik untuk menciptakan suasana dan mood dalam narasi. Misalnya, deskripsi tentang malam yang gelap dan angin yang menderu dapat menciptakan suasana yang menyeramkan.

MENYOROTI DETAIL PENTING:

Sinematografi:

Menggunakan teknik seperti close-up atau fokus selektif untuk menyoroti detail atau elemen penting dalam adegan. Ini membantu penonton memperhatikan aspek-aspek tertentu dari cerita.

Deskripsi:

Penulis menggunakan detail yang tajam dan spesifik dalam deskripsi untuk menyoroti elemen penting dari cerita. Misalnya, penulis mungkin menggambarkan wajah karakter dengan detail untuk menyoroti ekspresi emosi mereka.

MENGARAHKAN PERHATIAN PENONTON/PEMBACA:

Sinematografi:

Gerakan kamera dan framing digunakan untuk mengarahkan perhatian penonton ke bagian tertentu dari layar, seperti mengikuti aksi karakter atau memperkenalkan elemen baru dalam adegan.

Deskripsi:

Penulis menggunakan struktur kalimat dan fokus naratif untuk mengarahkan perhatian pembaca ke elemen penting dari cerita, seperti memperkenalkan karakter baru atau menggambarkan aksi yang sedang berlangsung.

Kesimpulan

Sinematografi dalam film bisa dianalogikan dengan deskripsi dalam literasi karena keduanya berfungsi untuk menggambarkan dan menceritakan cerita secara detail. Mereka menggunakan alat dan teknik yang berbeda—kamera dan pencahayaan untuk sinematografi, kata-kata dan bahasa untuk deskripsi—namun tujuan utama mereka adalah sama: menciptakan gambaran yang hidup dan menyampaikan cerita kepada audiens.

___________________________________

PS: Kalau kalian juga mendalami dunia literasi, pastilah keterangan saya di atas sangat mudah dipahami. Kalau kalian ingin mendalami dunia literasi, nah....pas banget! Kebetulan saya dan Asep Herna lagi bikin Kelas Penulisan The Writers ZOOM, batch 3. Buat yang berminat langsung aja daftar, bayarnya boleh setelah gajian.

Kelas akan dimulai tanggal 3 Agustus, 2024. Kelas ini akan berlangsung selama 8 kali pertemuan, setiap Sabtu dan Minggu, dari jam 20 - jam 22. Kontak management The Writers, Kak Devina, di nomor WA 0811 877 4466.

Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.